Home » , » Laporan Praktikum Jangka Sorong - Praktikum Fisika Dasar - KA14

Laporan Praktikum Jangka Sorong - Praktikum Fisika Dasar - KA14

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

                     Untuk mengukur panjang suatu benda, kita dapat menggunakan berbagai macam alat ukur panjang diantanya mistar, rol meter, jangka sorong, dan mikromter sekrup. Masing-masing alat ukur panjang tersebut memiliki ketelitian yang berbeda. Dalam mengukur panjang suatu selain memperhatikan keteletian alat ukurnya juga memperhatikan jenis dan macam benda yang akan diukur. Jika benda yang akan diukur memiliki bentuk yang sangat besar maka pengukuran tidak mementingkan ketelitian yang besar. Contohnya untuk mengukur meja, mengukur suatu ruangan, mengukur suatu benda seperti bola, balok dan lain- lain untuk diameternya dapat menggunakan mikrometer sekrup dan jangka sorong (Ishaq, 2007).
            2.1     Jangka Sorong
          Jangka sorong adalah alat ukur yang memiliki ketelitiannya dapat mencapai seperseratus milimeter. Pada umumnyya tingkat ketelitiannya adalah 0,05 mm untuk jangka sorong dibawah 30 cm dan 0,01 mm untuk yang diatas 30 cm, jangka sorong memiliki dua macam skala yaitu skala utama dan skala nonius dengan satuan mm.
          Secara umum, jangka sorong memiliki dua jenis skala. Skala pertama tertera pada rahang pertama (utama) jangka sorong. Skala ini disebut skala tetap. Skala kedua tertera pada rahang yang bergerak disebut  skala nonius.
          Jangka sorong mempunyai dua fungsi pengukuran, yaitu :
1.         Mengukur panjang isi luar suatu benda seperti diameter kawat atau tabel plat logam.
2.         Mengukur panjang sisi dalam suatu benda seperti diameter rongga pipa atau diameter suatu logam (Abdullah, 2006).

2.2     Bentuk dan Bagian Jangka Sorong
          Jangka sorong terdiri dari 2 bagian utama yaitu pada kaki pengulus, merupakan bagian yang cembung untuk mengukur panjang benda dan bagian

yang cekung kedalam untuk mengukur diameter dalam sebuah benda, misalnya diameter cincin. Bagian-bagian ini sering juga disebut sebagai bahan rahang jangka sorong. Rahang  tetap memiliki skala yang disebut skala utama. Satu bagian skala utama, besar panjangnya 1 mm. Sedangkan bagian rahang jangka sorong memiliki 10 bagian skala yang disebut dengan skala nonius. Panjang 10 skala nonius adalah 9 mm, jadi 1 bagian skala nonius sama dengan 0,9 mm.

2.3     Macam- macam Jangka Sorong
          Jangka sorong yang umum digunakan mempunyai  2 jenis yaitu jangka sorong analog dan jangka sorong digital.
2.3.1  Jangka Sorong Analog
          Jenis jangka ini masih sangat konvensional bahkan untuk mengukur suatu benda cukup dengan menggeserkan bagian pada jangka itu. Pada badan jangka tersebut telah dilengkapi dengan ukuran layaknya penggaris.
2.3.2  Jangka Sorong Digital
          Jangka sorong ini sudah mengalami perkembangan zaman sering sehingga menerapkan unsur digital pada bagiannya. Jangka sorong digital ini mempunyai ketelitian 0,01 mm (0,001 cm). Pada jangka sorong ini, panel digital akan tampak ketika melakukan pengukuran. Panel tersebut akan bergerak secara otomatis berupa angka yang menunjukkan ukuran benda yang diukur tersebut. Dengan menggunakan jenis angka ini tentu pekerjaan akan menjadi lebih mudah (Halliday, 1998).

2.4     Prinsip Kerja Jangka Sorong
          Jangka sorong terdiri dari 2 skala utama yaitu skala utama dengan skala terkecil dalam milimeter (1 mm= 0,01 cm) dan skala nonius. Besarnya skala dalam skala nonius juga menyatakan ketelitian jangka sorong tersebut, yaitu :
a.         Apabila panjang skala nonius 9 mm yang dibagi menjadi 1/10 bagian yang sama mengakibatkan perbedaan antara satu bagian skala nonius dengan satu bagian skala utama sebesar 1/10 bagian atau 0,1 mm, sehingga ketelitian jangka sorong ini sebesar 0,1 mm atau 0,01 mm.
b.         Apabila panjang skala nonius 9 mm yang dibagi menjadi 20 bagian yang sama maka mengakibatkan perbedaan antara satu bagian skala nonius dengan satu bagian skala utama 1/20 bagian atau 0,05 mm sehingga ketelitiannya sebesar 0,05 mm.
c.         Apabila panjang skala nonius sebesar 9 mm yang dibagi menjadi 1/10 bagian yang sama mengakibatkan beda skala nonius dengan satu bagian skala utama 1/50 bagian atau 0,02 mm dengan demikian ketelitian jangka sorong menjadi 0,02 mm.
Apabila kunci pada jagka sorong ditetapkan dengan melonggarkannya, maka papan skala nonius dapat digerakkan sesuai keperluan. Dalam kegiatan pengukuran objek yang hendak diukur panjang atau diameternya maka dijepit antara 2 penjepit yang ada pada jangka sorong. Panjang objek dapat ditentukan secara langsung dengan membaca skala utama sampai sepersepuluh cm (0,1 cm) kemudian menambahkannya dengan hasil pembacaan pada skala nonius sampai seperseribu cm (0,001 cm).

2.5     Kalibrasi Jangka Sorong
          Jangka sorong dikalibrasikan dengan cara mendorong rahang geser hingga menyentuh rahang tetap. Apabila rahang geser berada pada posisi- posisi diangka nol, yaitu angka nol pada skala utama dengan angka nol pada skala nonius sering berhimpit pada satu garis lurus, maka jangka sorong tersebut sudah terkalibrasi dan siap digunakan. Hal- hal yang menyebabkan kegagalan kalibrasi dan pengukuran mengguakan jangka sorong adalah :
1.         Kesalahan umum (orang yang melakukan pengukuran).
2.         Kesalahan sistematis (kerusakan alat lingkungan).
3.         Kesalahan acak (tidak diketahui penyebabnya).
          Faktor terjadinya kerusakan alat adalah ketidakstabilan suhu rung penyimpanan sehingga memungkinkan jangka sorong untuk memuai atau menyusut, terbentur dan tergores (Indrajit, 2007).


2.6     Mengukur dengan Jangka Sorong
          Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat melakukan pengukuran dengan menggunakan jangka sorong, yaitu :
1.         Sebelum melakukan pengkuran bersihkan jangka sorong dengan alat pembersih bersama dengan benda yang akan diukur.
2.         Sebelum jangka sorong digunakan, pastikan skala nonius dapat bergeser dengan bebas.
3.         Pastikan angka “0” pada kedua skala bertemu dengan tepat.
4.         Sewaktu mengukur usahakan benda yang diukur sedekat mungkin dengan skala utama. Agar menghasilkan pengukuran yang kurang akurat.
5.         Tempatkan pada pengukuran jangka sorong tegak lurus dengan benda yang diukur.
6.         Tekanan pada pengukuran jangka terlampau kuat, karena akan menyebabkan terjadinya pembengkokan pada rahang ukur maupun tangkai pengukuran kedalaman. Jika sudah tepat, kencangkan baut pengunci agar rahang tidak bergeser, tetapi jangan terlalu kuat karena akan merusak baut pengunci.
7.         Dalam membaca skala nonius upayakan dilakukan setelah jangka sorong diangkat keluar dengan hati- hati dari benda yang diukur.
8.         Untuk mencegah salah pembacaan, miringkan skala nonius sampai hampir sejajar dengan bidang pandangan, sehingga akan memudahkan dalam melihat dan menentukan garis skala nonius yang segaris dengan skala utama.
9.         Untuk mencegah karat, bersihkan jangka sorong dengan kain yang dibasahi oleh oli setelah dipakai.

2.7     Prosedur Pengukuran Jangka Sorong
          Berikut adalah langkah-langkah penggunaan jangka sorong dalam pengukuran dimensi benda ukur.
2.7.1  Mengukur Diameter Luar
          Untuk mengukur diameter luar dapat dilakukan sebagai berikut :
1.    Geserlah rahang jangka ke kanan sehingga benda yang diukur dapat masuk
diantara kedua rahang.
2.    Geserlah rahang ke kiri sedemikian sehingga benda yang diukur dapat
masuk diantara kedua rahang.
2.7.2  Mengukur Diameter Dalam
          Untuk mengukur diameter dalam sebuah benda misalnya diameter dalam sebuah benda seperti sebuah cincin dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1.    Geserlah rahang jangka sorong sedikit ke kanan.
2.    Letakkan benda licin yang akan diukur sedemikian sehingga kedua rahang
                   jangka sorong  menyentuh kedua dinding dalam benda/ cincin yang diukur.
3.    Catatlah hasil pengukurannya (Albert, 1989).
   Pengukuran panjang sisi luar suatu benda dapat dilakukan dengan menjepit benda yang diukur menggunakan rahang jangka sorong yang besar, sebaliknya, pengukuran jangka sorong pada bagian  panjang sisi dalam suatu benda yang ingin diukur dengan menggunakan rahang jangka sorong yang kecil (Kamajaya, 2007






BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1     Alat dan Bahan
3.1.1  Peralatan yang digunakan
      1. Jangka sorong

3.1.2  Bahan yang digunakan
 1. Pipa plastik  (PVC) 1 buah
 2. Pipa plastik kecil 1 buah
 3. Pipa besi 1 buah

3.2         Prosedur Kerja
          Adapun prosedur kerja yang dilakukan adalah sebagai berikut :
3.2.1   Pengukuran Diameter Luar
1 Diletakkan pipa secara melintang antara rahang AB lalu digeser roda R         sehingga benda tersebut terjepit diantara dua rahang.
2. Dibaca angka skala pada skala utama yang berada disebelah kiri dari angka   
    skala nonius. Dilihat garis angka skala nonius yang keberapa terhimpit dengan garis skala utama. Hasil penjumblahan angka pada skala utama dengan angka nonius x 0,05 mm merupakan hasil pengukuran tersebut.
3.2.2  Pengukuran Diameter Dalam
 1. Dimasukkan pipa atau silinder kedalam rahang CD kemudian digeser roda R kearah luar sehingga kedua rahang itu tepat menyentuh sisi bagian dalam pipa.
 2. Dilakukan pembacaan pengukuxran dengan cara yang sama seperti pada no. 2 diatas.
3.2.3  Pengukuran Tinggi atau Kedalaman Suatu Pipa
 1. Diletakkan pipa secara tegak diatas meja lalu digeser roda R kearah luar sehingga tangkai T kelihatan kedalam pipa sehingga menyentuh meja an pinggir jangka sorong meyentuh bagian atas pipa.
  2. Selanjutnya dilakukan pembacaan pengukuran seperti pada no.2 A diatas

0 comments:

PopAds.net - The Best Popunder Adnetwork

Popular Posts - Last 30 days

 

Dapatkan Hosting dengan Diskon Hingga 20%


Selesaikan misinya dan dapatkan hingga ratusan dolar per hari


Download Aplikasinya dan Dapatkan Promo Menarik


Get paid to share your links!
Support : Chemical Engineering | Himatemia Unimal 2014/2015 | Teknik Kimia
Copyright © 2018. Berkah Mencari Ilmu - All Rights Reserved
Contact us +6281288573161
Published by Mhd Haris lazuar Saragih Saragih | Linda Ratna Sari
Proudly powered by Berkah mencari Ilmu