Hukum-Hukum dasar Ilmu Kimia
Dalam ilmu kimia, stoikiometri (kadang disebut
stoikiometri reaksi untuk membedakannya dan stoikiometri komposisi) adalah ilmu
yang mempelajati dan menghitung hubungan kuantitatif dari reaktan dan produk
dalam reaksi kimia (persamaan kimia). Kata ini berasal dari bahasa Yunani
stoikheion (elemen) dan metric (ukuran).
Stoikiometri reaksi adalah penentuan perbandingan
massa unsur-unsur dalam senyawa dalam pembentukan senyawanya. Pada perhitungan
kimia secara stoikiometri, biasanya diperlukan hukum-hukum dasar ilmu
kimia.
Hukum kimia adalah hukum alam yang relevan dengan
bidang kimia. Konsep paling fundamental dalam kimia adalah hukum konservasi
massa, yang menyatakan bahwa tidak terjadi perubahan kuantitas materi sewaktu
reaksi kimia biasa. Fisika modem menunjukkan bahwa sebenamya yang tedadi adalah
konservasi energi, dan bahwa energi dan massa saling berhubungan suatu konsep
yang menjadi penting dalam kimia nuklir. Konservasi energi menuntun ke suatu
konsep-konsep penting mengenai kesetimbangan, termodinamika, dan
kinetika.
Hukum tambahan dalam kimia mengembangkan hukum
konservasi massa. Hukum perbandingan tetap dari Joseph Proust menyatakan bahwa
zat kimia mural tersusun dan unsur-unsur dengan formula tertentu kita sekarang
mengetahui bahwa susunan struktural unsur-unsur ini juga penting.
Hukum perbandingan berganda dari John Dalton
menyatakan bahwa zat-zat kimia tersebut akan ada dalam proporsi yang berbentuk
bilangan bulat kecil (misalnya 1:2; 0:11 dalam air = H20); walaupun dalam
banyak sistem (terutama biomakromolekul dan mineral) rasio ini cenderung
membutuhkan angka besar, dan sering diberikan dalam bentuk pecahan. Senyawa
seperti ini dikenal sebagai senyawa non-stoikhiometrik.
Hukum kimia modern lain menentukan hubungan antara
energi dan transformasi.
a. Dalam kesetimbangan, molekul yang ditemukan
dalam campuran ditentukan oleh transformasi yang mungkin tetjadi dalam skala
waktu kesetimbangan, dan memiliki suatu rasio yang ditentukan oleh energi
intrinsik molekul. Semakin kecil energi intrinsik, semakin banyak molekul.
b. Mengubah sate struktur menjadi struktur lain
membutuhkan asupan energi untuk melampaui hambatan energi; hal ini dapat timbul
karena energi intrinsik molekul itu sendiri, atau dari sumber luar yang secara
umum akan mempercepat perubahan. Semakin besar hambatan energi, semakin lambat
proses berlangsungnya transforrnasi.
c. Ada struktur antara atau transisi hipotetik,
yang berhubungan dengan struktur di puncak hambatan energi. Postulat Hammond-LefTer
menyatakan bahwa struktur ini menyerupai produk atau bahan asal yang memiliki
energi intrinsik yang terdekat dengan hambatan energi. Dengan menstabilkan
struktur antara hipotetik ini melalui interaksi kimiawi adalah salah satu cara
untuk mencapai katalisis.
d. Semua proses kimia adalah terbalikkan
(reversible) (hukum keterbalikkan mikroskopis) walaupun beberapa proses
memiliki bias energi, mereka pada dasarnya talcterbalikkan (irreversible).
Hukum-hukum dasar ilmu kimia adalah sebagai berikut:
1. Hukum Boyle (1662)
2. Hukum Lavoiser disebut juga Hukum Kekekalan
Massa (1783)
3. Hukum Perbandingan Tetap (Proust — 1799)
4. Hukum Gay Lussac (1802)
5. Hukum Boyle — Gay Lussac (1802)
6. Hukum Dalton disebut juga Hukum Kelipatan
Perbandingan (1803)
7. Hukum Avogadro (1811)
8. Hukum Gas Ideal (1834)
0 comments:
Posting Komentar