Home » » Laporan Praktikum Analisa Konsentrasi (Analisa NaCl dan HCl) - Praktikum Kimia Analisa - 0009

Laporan Praktikum Analisa Konsentrasi (Analisa NaCl dan HCl) - Praktikum Kimia Analisa - 0009


BAB I
PENDAHULUAN

1.1       Judul Praktikum        : Analisa Konsentrasi

1.2       Tanggal Praktikum    : 19 Oktober 2015
1.3       Pelaksana praktikum : 1.     Cut Muannas                           (140140003)
                                                    2.     Mauliana                               (140140008)
                                                    3.     Mhd. Haris Lazuar Saragih          (140140009)
                                                    4.     Mutia Reza                           (140140079)
                                                    5.     Sonja Nurfadhillah               (140140014)

1.4       Tujuan Praktikum     : Untuk mengetahui konsentrasi dari masing-
                                                    masing larutan.




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1       Larutan
            Larutan didefinisikan sebagai campuraan homogen antara dua atau lebih zat yang terdispersi baik sebagai molekul, atom maupun ion yang komposisinya dapat bervariasi. Larutan encer adalah larutan yang mengandung sejumlah kecil solute, relatif terhadap jumlah pelarutsedangkan larutan pekat adalah larutan yang mengandung sebagian besar soluteSolute adalah zat terlarut, sedangkan solvent (pelarut) adalah medium dimana solute terlarut.
            Solute atau zat terlarut adalah zat yang jumlahnya lebih sedikit didalam larutan. Solvent atau zat yang pelarut adalah zat yang jumlahnya lebih banyak daripada zat-zat lain dalam larutan, Komposisi zat terlarut dan pelarut dalam larutan dinyatakan dalam konsentrasi larutan, sedangkan proses pencampuran zat terlarut dalam pelarut membentuk larutan disebut pelarutan atau solvasi.
            Pada umumnya zat yang digunakan sebagai pelarut adalah air, selain air yang berfungsi sebagai pelarut adalah alkohol, amoniak, kloroform, benzene, minyak, asam asetat, akan tetapi kalau menggunakan air biasanya tidak disebutkan.

2.2       Proses Pembentukan Larutan
            Larutan terbentuk melalui pencampuran atau lebih zat murni yang molekulnya berinteraksi langsung dalam keadaan bercampur. Perubahan gaya antara molekul yang dialami oleh molekul dalam bergerak dari zat terlarut murni atau pelarut dalam keadaan bercampur mempengaruhi baik kemudahan pembentukan maupun kestabilan larutan. Larutan dapat berada dalam kesetimbangan fase dengan gas, padatan atau cairan lain. Kesetimbangan ini sering kali menunjukkan efek yang menarik yang ditentukan oleh molekul zat terlarut.
            Larutan dilihat berdasarkan keadaan fase setelah barcampur ada dua macam yaitu larutan homogen dan heterogen. Larutan homogen adalah larutan yang membentuk satu fase yaitu yang mempunyai sifat dan komposisi yang sama antara satu bagian dengan bagian yang lain didekatnya. Contoh larutan homogen yaitu air gula dan alkohol dalam air. Sedangkan campuran heterogen adalah larutan yang mengandung dua fase atau lebih, contohnya air susu dan air kopi (Oxtoby, 2001).

2.3       Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kelarutan
            Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan suatu zat antara lain adalah tekanan dan suhu. Kelarutan zat padat tidak dipengaruhi oleh tekanan, sedangkan kelarutan gas-gas akan bertambah apabila tekanan diperbasar.
            Pada umumnya zat yang digunakan sebagai pelarut adalah air, selain air yang berfungsi sebagai pelarut adalah alkohol, amoniak, kloroform, benzena, minyak dan asam asetat, akan tetapi jika menggunakan air biasanya tidak disebutkan.

2.4       Satuan-satuan Konsentrasi
            Untuk menyatakan larutan pekat atau encer, ada lima macam satuan konsentrasi yang sering digunakan :
1.              Persentase (%)
            Persentase adalah jumlah gram zat terlarut dalam tiap 100 gram larutan.
2.              Fraksi mol
Fraksi mol adalah perbandingan jumlah mol suatu zat dalam larutan terhadap jumlah mol seluruh zat dalam larutan terhadap jumlah mol seluruh zat dalam larutan.
3.              Kemolaran (M = molar)
Kemolaran adalah jumlah mol zat terlarut dalam tiap liter larutan.
4.              Kemolalan (m = molal)
Kemolalan adalah jumlah mol zat terlarut dalam tiap 100 gram pelarut.


5.         Normalitas
Normalitas menyatakan banyaknya gram ekivalen zat terlarut dalam 1 liter larutan. Bobot ekuivalen ialah fraksi (bagian) bobot molekul yang berkenaan dengan satu satuan tertentu fraksi kimia, dan satu gram ekuivalen adalah fraksi yang sama dari satu mol.
Bobot ekuivalen didefinisikan sedemikian rupa sehingga dua zat bereaksi selalu dengan jumlah zat ekuivalen yang persis sama. Hal ini berlaku untuk reaksi netralisasi karena satu H+ menetralisasi OH-, demikian juga untuk reaksi oksidasi dan reduksi karena disini jumlah elektron yang diterima zat pengoksidasi.
Masalah-masalah konsentrasi :
1.              Masalah perhitungan jumlah zat terlarut.
2.              masalah pengenceran larutan.
3.              Masalah pencampuran konsentrasi yang berbeda.

2.5       Titrasi
Standarisasi dapat dilakukan dengan titrasi. Titrasi merupakan proses penentuan konsetrasi suatu larutan dengan mereaksikan larutan yang sudah ditentukan konsentrasinya (larutan standar). Titrasi asam basa adalah suatu titrasi dengan menggunakan reaksi asam basa (reaksi penetralan). Prosedur analisis pada titrasi asam basa ini adalah dengan titrasi volumetrik, yaitu mengukur volume dari suatu asam atau basa yang bereaksi.
Pada saat terjadi perubahan indikator, titrasi ditentukan. Indikator berubah warna pada saat titik ekuivalen. Pada titrasi asam basa, dikenal dengan istilah titik ekuivalen dan titik akhir titrasi. Titik ekuivalen adalah titik pada proses titrasi ketika asam bereaksi dan basa bereaksi tepat habis reaksinya untuk mengetahui titik ekuivalen digunakan indikator. Saat perubahan warna terjadi, saat itu disebut titik akhir titrasi.
Proses penentuan konsentrasi suatu larutan dipastikan dengan tepat dikenal sebagai standarnisasi. Suatu larutan standar kadang-kadang dapat disiapkan dengan menggunakan zat terlarut yang diinginkan, yang ditimbang dengan tepat, Zat yang memadai dalam hal ini hanya sedikit disebut standar primer (Day, 1998).
Titrasi merupakan salah satu cara untuk menentukan konsentrasi larutan suatu zat dengan cara mereaksikan larutan tersebut dengan zat lain yang diketahui konsentrasinya. Prinsip dasar titrasi asam basa didasarkan pada reaksi netralisasi asam basa. Titik ekuivalen pada titrasi asam adalah pada saat di mana sejumlah asam tepat dinetralkan oleh sejumlah basa. Selama titrasi berlangsung terjadi perubahan pH. pH pada titik ekuivalen ditentukan oleh sejumlah garam yang dihasilkan dari netralisasi asam basa. Indikator yang digunakan pada titrasi asam basa adalah yang memiliki pH dimana titik ekuivalen berada. Pada umumnya titik ekuivalen tersebut sulit untuk diamati, yang mudah diamati adalah titik akhir yang dapat terjadi sebelum atau sesudah titik ekivalen tercapai. Titrasi harus dihentikan pada saat akhir titrasi tercapai, yang ditandai dengan perubahan warna indikator. Titik akhir titrasi tidak selalu berimpit dengan titik ekuivalen. Dengan pemilihan indikator yang tepat, kita dapat memperkecil kesalahan titrasi. Pada titrasi asam kuat dan basa kuat, asam lemah dan basa lemah dalam air akan terurai sempurna. Oleh karena itu ion hidrogen dan hidroksida selama titrasi dapat langsung dihitung dari jumlah asam atau basa yang ditambahkan. Pada titik ekuivalen dari titrasi asam air, yaitu sama dengan 7 (Purba, 2007).
            Pada titrasi juga memerlukan indikator asam-basa untuk mengetahui konsentrasinya. Indikator asam basa adalah senyawa halokromik yang ditambahkan dalam jumlah kecil kedalam sampel, umumnya adalah larutan yang memberikan warna sesuai dengan kondisi pH larutan tersebut.
            Tidak semua titrasi membutuhkan indikator. Dalam beberapa kasus, baik reaktan maupun produk telah memiliki warna yang kontras dan dapat digunakan sebagai indikator. Sebagai contoh, titrasi redoks menggunakan potasium permanganat (merah muda/ungu) sebagai peniter tidak membutuhkan indikator. Ketika peniter dikurangi, larutan akan menjadi tidak berwarna. Setelah mencapai titik ekivalensi, terdapat sisa peniter yang berlebih dalam larutan. Titik ekivalensi didefinisikan pada saat munculnya warna merah muda yang pertama (akibat kelebihan pemanganat) dalam larutan yang dititrasi.
            Akibat adanya logaritma dalam kurva pH, membuat titrasi warna yang sangat tajam, sehingga terjadilah perubahan warna indikator dan titik ekivalensi yang sebenarnya dalam titrasi. Kesalahan ini sebagai kesalahan indikator, dan besar kesalahannya tidak dapat ditentukan.
            Titrasi asam basa disebut juga titrasi adisi alkalimetri. Kadar atau konsentrasi asam basa larutan dapat ditentukan dengan volumetri dengan teknik titrasi asam basa. Volumetri adalah teknik analisis kimia kuantitatif untuk menetapkan kadar sampel dengan pengukuran volume larutan yang terlibat reaksi berdasarkan kesetaraan kimia. Kesetaraan kimia ditetapkan melalui titik akhir titrasi yang diketahui dari perubahan warna indikator dan kadar sampel untuk ditetapkan melalui perhitungan berdasarkan persamaan reaksi.
            Banyak metode yang digunakan untuk mengindetifikasikan titik akhir dalam reaksi, titrasi biasanya menggunakan indikator visual (larutan reaktan yang berubah warna). Dalam titrasi asam-basa sederhana, indikator pH dapat digunakan, sebagai contoh adalah fenoftalen, di mana fenoftalen akan berubah warna menjadi merah muda ketika larutan mencapai pH sekitar 8,2 atau melewatinya (Syukri, 1999).
            Titrasi adalah suatu metode penentuan kadar (konsentrasi) suatu larutan dengan larutan lain yang diketahui konsentrasinya. Titrasi merupakan suatu cara atau metode untuk menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya. Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis zat reaksinya yang terlibat didalam proses titrasi. Titrasi dibagi menjadi dua yaitu :
1.              Titrasi Asidimetri
Pengukuran asam dengan menggunakan larutan baku basa
2.              Alkalimetri
Pengukuran konsentrasi basa dengan menggunakan larutan baku
Pada saat titik ekivalen telah diketahui maka proses titrasi dihentikan, kemudian kita mencatat volume titrasi yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut. Dengan menggunakan data volume titrat, volume dan konsentrasi titrat maka kita bisa menghitung kadar titran.


Titrasi asam basa terbagi menjadi 5 jenis yaitu :
1.              Asam kuat–Basa kuat
2.              Asam lemah –Basa lemah
3.              Asam kuat–Garam dari asam lemah
4.              Asam kuat – Garam dari basa lemah
Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi untuk analisis secara titrasi adalah :
1.              Reaksi harus berlangsung dengan cepat.
2.              Reaksi kimia yang terjadi harus sederhana dan persamaan reaksinya mudah ditulis.
3.              Titik akhir titrasi harus dapat diamati dengan jelas.
4.              Kadar atau konsentrasi larutan baku atau standar harus diketahui dengan tepat.
Larutan asam dapat ditentukan kadarnya melalui penambahan larutan baku basa yang tepat ekivalen (setara) dengan jumlah asam yang ada. Titik pada saat tercapainya kesetaraan asam dan basa yang bereaksi dinamakan titik akhir titrasi. Untuk mengamati titik ekivalen ini digunakan indikator asam basa, yaitu suatu zat yang dapat berubah warnanya tergantung pH larutan. Jenis indikator yang dipilih harus tepat. Titik akhir titrasi selalu berimpit dengan titik ekivalen dan selisihnya dinamakan kesalahan titrasi. Ketepatan dalam memilih indikator dapat memperkecil kesalahan titrasi (Underwood, 2002).
2.6           Macam-macam Larutan
Larutan adalah campuran serba sama dari dua komponen atau lebih yang mana tiap-tiap komponen dapaat berupa gas, cair ataupun berupa benda padat. Komponen yang lebih banyak disebut pelarut sedangkan komponen yang lebih sedikit disebut zat terlarut. Ada beberapa macam larutan yaitu:
1.              Larutan padat, pelarut padat, contohnya kuningan (Zn dalam Cu)
2.              Larutan cair, pelarutnya cair, contohnya gula dalam air
3.              Larutan gas, pelarutnya gas, contohnya uap dalam air

Berdasarkan daya hantarnya larutan dibedakan 2 macam, yaitu:
1.              Larutan elektrolit adalah larutan yang dapat menghantarkan arus listrik.
2.              Larutan non elektrolit adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik.
Larutan dapat terjadi secara:
1.              Reaksi kimia
2.              Solvasi seperti HCl dalam H2O
3.              Dispersi seperti CCldalam benzene

2.7           Perbandingan Antara Berbagai Skala Konsentrasi
Skala konsentrasi molar dan normalitas sangan bermanfaat untuk eksperimen volumetrik, di mana kuantitas zat terlarut dalam larutan dihubungkan dengan volume bagian larutan itu. Skala normalitas sangat menolong dalam perbandingan volume dua larutan yang diperlukan untuk bereaksi secara kimia. Keterbatasan daripada skala normalitas adalah bahwa suatu larutan mungkin mempunyai lebih dari satu nilai normalitas, bergantung pada reaksi yang menggunakannya. Konsentrasi molar larutan sebaliknya merupakan suatu bilangan tetap karena bobot molekul zat itu tidak bergantung pada reaksi yang digunakannya berbeda dengan bobot ekivalen.
Skala molaritas bermanfaat untuk eksperimen-eksperimen yang menggunakan pengukuran fisika (seperti titik beku, titik didih, tekanan uap dan sebagainya). Dalam jangkauan suhu yang cukup luas. Molaritas satuan larutan yang ditentukan semata-mata oleh suatu komponen larutan tidak bergantung pada suhu. Sebaliknya konsentrasi larutan yang didefinisikan dengan volume bergantung pada suhu (Brady, 1999).

2.8       Reaksi dalam Asidimetri
Reaksi yang terjadi dalam titrasi untuk menentukan kadar Na2CO3 dan NaOH dalam campuran adalah sebagai berikut: 


Reaksi:
NaOH(aq) + HCl (aq) → NaCl(aq) + H2O(l)……………………………………              (2.1)
Na2CO3(aq) + HCl(aq) → NaCl(aq) + NaHCO3(aq).……………………………              (2.2)

Reaksi:
NaHCO3(aq) + HCl(aq) → NaCl(aq) + CO2(g) + H2O(l)…………………..........                                                                                                                      (2.3)
Rekasi-reaksi kima yang dapat diterima sebagai dasar penentuan titrimetrik asam-basa adalah sebagai berikut:
·                Jika HA meruapakn asam yang akan ditentukan dan BOH sebagai basa, maka reksinya adalah;
HA + OH→A+ H2O………………………………………………………                                                                                                              (2.4)
·                Jika BOH merupakan basa yang akan ditentukan dan HA sebagi asam, maka reaksinya adalah:
BOH + H→ B+ = H2O…………………………………………………….                                                                                                              (2.5)
Dari kedua reaksi di atas dapat disimpulkan bahwa prinsip reaksi titrasi asam basa adalah reaksi penetralan, yakni ; H+ OH -→ H2O dan terdiri dari beberapa kemungkinan yaitu reaksi-rekasi antara asam kuat dengan basa kuat, asam kuat dan basa lemah, asam lemah dan basa kuat, serta asam lemah dan basa lemah.
Khusus reaksi antara asam lemah dan basa lemah tidak dapat digunakan dalam analisis kuantitatif, karena pada titik ekivalen yang terbentuk akan terhidrolisis kembali sehingga titik akhir titrasi tidak dapat diamati. Hal ini yang menyebabkan bahwa titran biasanya merupakan larutan baku elektrolit kuat seperti NaOH dan HCl.
Perhitungan titrasi asam basa didasarkan pada reaksi pentralan, menggunakan dua macam cara, yaitu :
1.              Berdasarkan logika bahwa pada reaksi penetralan, jumlah ekivalen asam yang bereaksi sama dengan jumlah ekivalen basa. Untuk asam berbasa satu dan basa berasam satu, normalitas sama dengan molaritas, berarti larutan 1 M = 1 N. Akan  tetapi untuk asam berbasa dua dan basa berasam dua 2 M = 2 N.
2.              Berdasarkan koefisien reaksi atau penetaraan jumlah mol
Misalnya untuk reaksi :
2 NaOH + (COOH)2→(COONa) + H2O……………………………………    (2.6)
(COOH)2 = 2 NaOH………………………………………………………..     (2.7)
Jika Madalah molaritas NaOH dan Vadalah volume NaOH, sedangkan Madalah molaritas (COOH)2 dan Vadalah volume (COOH)2

2.9       Pembuatan Larutan dengan Cara Mengencerkan
Proses pengenceran adalah mencampur larutan pekat (konsentrasi tinggi) dengan cara menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih besar. Jika suatu larutan senyawa kimia yang pekat diencerkan, kadang-kadang sejumlah panas dilepaskan. Hal ini terutama dapat terjadi pada pengenceran asam sulfat pekat. Agar panas ini dapat dihilangkan dengan aman, asam sulfat pekat yang harus ditambahkan ke dalam air, tidak boleh sebaliknya. Jika air ditambahkan ke dalam asam sulfat pekat, panas yang dilepaskan sedemikian besar yang dapat menyebabkan air mendadak mendidih dan menyebabkan asam sulfat memercik. Jika kita berada di dekatnya, percikan asam sulfat ini merusak kulit.

2.10     Titrasi
Agar titrasi dapat berlangsung dengan baik, yang harus diperhatikan adalah:
1.              Interaksi antara pentiter dan zat yang ditentukan harus berlangsung secara stoikiometri, artinya sesuai dengan ketetapan yang dicapai dengan peralatan yang lazim digunakan dalam titrimetri. Reaksi harus sempurna sekurang-kurangnya 99,9 % pada titik kesetaraan.
2.              Laju reaksi harus cukup tinggi agar titrasi berlangsung dengan cepat.
Titrasi dapat diklasifikasikan menjadi:
Berdasarkan reaksi:
1.              Titrasi asam basa
2.              Titrasi oksidasi reduksi
3.              Titrasi pengendapan
4.              Titrasi kompleksometri
Berdasarkan titran (larutan standar) yang dipakai:
1.              Titrasi asidimetri
Berdasarkan campuran penetapan akhir:
1.              Cara visual dengan indikator
2.              Cara elektromagnetik
Berdasarkan kosentrasi:
1.              Makro
2.              Semimikro
3.              Mikro
Berdasarkan teknik pelaksaan:
1.              Tidak langsung
2.              Titrasi plank
3.              Titrasi tidak langsung
Larutan baku adalah larutan yang kepekaannya diketahui dengan tepat dan dapat dibuat melalui dua cara.  Kedua cara tersebut masing-masing tergantung dari penggunaan bahan baku.  Bahan baku adalah bahan kimia yang dapat dipergunakan untuk membuat larutan baku primer (primary standary solution) dan untuk menetapkan kenormalan larutan baku sekunder (secondary standard solution)syarat-syarat yang harus dimiliki bahan baku adalah sebagai berikut:
1.               Harus murni atau mudah dimurnikan
2.               Harus dapat dikeringkan dan tidak higroskopik
3.               Harus mantap dalam keadaan murni maupun dalam larutan
4.               Harus dapat larut dalam pelarut yang cocok.
5.               Harus dapat bereaksi secara stoikiometri dengan larutan yang akan distandarisasikan atau zat yang akan ditetapkan kadarnya,
6.               Bobot setara hendaknya besar, agar pengaruh kekurangan ketelitian sewaktu penimbangan menjadi sekecil-kecilnya.



BAB III
METODELOGI PRAKTIKUM

3.1      Alat dan Bahan
3.1.1    Peralatan yang digunakan
A.        Analisa Konsentrasi NaCl dalam air laut  
1.         Buret
2.         Pipet tetes
3.         Enlenmeyer
4.         Labu ukur 250 ml

B.        Analisa % HCl dalam air laut
1.         Buret
2.         Pipet tetes
3.         Enlenmeyer
4.         Timbangan digital

3.1.2      Bahan yang digunakan
A.            Analisa Konsentrasi NaCl dalam air laut  
1.              AgNO3 0,1 N
2.              Indikator K2CrO4

B.             Analisa % HCl dalam air laut
1.              NaOH 1 N
2.              Indikator PP
3.              Aquadest



3.2           Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja yang dilakukan sebagai berikut:
A.            Analisa Konsentrasi NaCl dalam air laut
1.              Pipet sampel 10 ml dan diencerkan sampai 50 ml.
2.              Diambil sampel yang telah diencerkan sebanyak 10 ml dan dimasukkan dalam enlenmeyer.
3.              Ditambahkan indikator K2CrO4 sebanyak 3 tetes.
4.              Dititrasi dengan larutan AgNO3 0,1 N sampai dengan end point (terbentuk endapan).
5.              Dihitung kadar NaCl.
NaCl = .......................................................................          (3.1)

B.             Analisa % HCl dalam air laut
1.              Ditimbang 10 gram sampel dan dimasukkan dalam enlenmeyer yang berisi sampel.
2.              Dipipet aquadest 2 ml, dimasukkan dalam enlenmeyer yang berisi sampel.
3.              Ditambahkan 3 tetes indikator PP.
4.              Dititrasi dengan larutan NaOH 1 N sampai dengan end point (warna pink).
5.              Dihitung kadar HCl
%HCl =   100%.....................................................           (3.2)                   








BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1       Hasil
Tabel 4.1 Analisa konsentrasi NaCl dalam air laut
No
Cara Kerja
Hasil pengamatan
a.
Sampel air garam
1.
10 ml air garam + indikator K2CrO4
Larutan menjadi warna kuning
2.
Larutan ditetesi dengan AgNO3
Menghabiskan titran sabanyak 1,5 ml. Terbentuk endapan
b.
Sampel air laut
1.
10 ml air laut + indikator K2CrO4
Larutan menjadi warna kuning
2.
Larutan ditetesi dengan AgNO3
Menghabiskan titran sebanyak 2 ml.   Terbentuk endapan

Tabel 4.2 Analisa % HCl dalam air laut
No
Cara Kerja
Hasil pengamatan
a.
Sampel air garam
1.
10 ml air garam + 3 tetes indikator PP
Larutan berwarna bening
2.
Larutan ditetesi dengan NaOH
Menghabiskan titran sabanyak 2 ml. Larutan berubah menjadi warna merah muda
b.
Sampel air laut
1.
10 ml air laut + indikator PP
Larutan berwarna bening
2.
Larutan ditetesi dengan NaOH
Menghabiska titran sebanyak 0,2 ml. Larutan berubah menjadi warna merah muda


5.2           Pembahasan
            Pada percobaan menggunakan sampel air garam saat ditambahkan indikator K2CrO4 larutan berubah menjadi warna kuning dikarenakan indikator K2CrO Berwarna kuning. Pada laut juga terjadi kejadian yang sama. Pada saat sampel air laut dan air garam dititran dengan AgNO3, pada air laut menghabiskan titran sebanyak 2 ml dan terbentuk endapan putih, dan pada sampel air garam menghabiskan 1,5 ml titran dan terbentuk endapan putih juga. Titik titrasi terjadi ditandai dengan adanya endapan yang dikarenakan semua ion Cl- hampir berikatan menjadi AgCl. Kadar NaCl dalam air garam 1,17 mg/L dan dalam air laut 0,88 mg/L. Pada percobaan ini metode titrasi yang digunakan adalah metode asidimetri. Asidimetri merupakan suatu metode pengukuran kadar kebasaan suatu zat dengan menggunakan larutan asam sebagai standar. Standar asam yang sering digunakan adalah asam klorida (HCl) dan asam sulfat (H2SO4). Kedua asam tersebut umumnya ada dalam keadaan pekat. Asam klorida lebih sering digunakan sebagai standar dibandingkan dengan asam sulfat karena mudah larut dalam air. Kelemahan penggunaan asam sulfat adalah asam sulfat dapat membentuk garam sukar larut seperti barium sulfat.  Asam klorida encer dibuat dengan cara mengencerkan asam klorida pekat dengan memperhitungkan berat jenis dan kadarnya. Standarisasi larutan HCl dapat dilakukan dengan natrium boraks (Na2B4O7.10H2O). 
            Pada percobaan ini sampel air garam ditambah 3 tetes indikator PP larutan berubah menjadi bening. Pada saat dititrasi dengan NaOH menghabiskan titran sebanyak 0,25 ml dan larutan berubah menjadi warna merah muda. Dan pada sampel air laut pada saat ditambahkan indikator PP menjadi warna bening. Larutan AgNO3 dan larutan NaCl, pada awalnya masing-masing merupakan larutan yang jernih dan tidak berwarna. Ketika ditambahkan indikator PP menjadi warna bening ini dimaksudkan agar pH larutan tidak terlalu asam ataupun terlalu basa, atau dapat dikatakan sebagai buffer. Larutan kemudian berubah menjadi kuning mengikuti warna K2CrO4 yang merupakan indikator. Setelah dititrasi dengan AgNO3, awalnya terbentuk endapan berwarna putih yang merupakan AgCl. Ketika NaCl sudah habis bereaksi dengan AgNO3, sementara jumlah AgNO3 masih ada, maka AgNO3 kemudian bereaksi dengan indikator K2CrO4 membentuk endapan Ag2CrO4 yang berwarna merah bata. Dalam titrasi ini, titrasi perlu dilakukan secara cepat dan pengocokan harus juga dilakukan secara kuat agar Ag+ tidak teroksidasi menjadi AgO yang menyebabkan titik akhir titrasi menjadi sulit tercapai.Menghabiskan titran sebanyak 0,1 ml dan larutan berubah warna menjadi merah muda. % HCl pada sampel air garam sebanyak 0,00091% dan dalam air laut 0,00036%. Larutan dititrasi dengan HCl 0,1 N hingga warna berubah dari kuning menjadi merah muda. Perubahan warna terjadi karena adanya pengaruh dari ion H+ yang bersifat asam dari larutan HCl. Penambahan HCl sesuai dengan prinsip asidimetri yaitu analisa titrimetri yang menggunakan asam kuat sebagai titrrannya, dan HCl merupakan asam kuat. Rekasi-reaksi kima yang dapat diterima sebagai dasar penentuan titrimetrik asam-basa adalah jika HA merupakan asam yang akan ditentukan dan BOH sebabagi basa, maka reaksinya adalah:
HA + OH→A+ H2O……………………………………………………                               (5.1)
Jika BOH merupakan basa yang akan ditentukan dan HA sebagi asam, maka reaksinya adalah:
BOH + H→ B+ = H2O………………………………………………….                                  (5.2)
Dari kedua reaksi di atas dapat disimpulkan bahwa prinsip reaksi titrasi asam basa adalah reaksi penetralan, yakni:
H+ OH -→ H2O…………………………………………………………                       (5.3)
Dan terdiri dari beberapa kemungkinan yaitu reaksi-rekasi antara asam kuat dengan basa kuat, asam kuat dan basa lemah, asam lemah dan basa kuat, serta asam lemah dan basa lemah. Khusus reaksi antara asam lemah dan basa lemah tidak dapat digunakan dalam analisis kuantitatif, karena pada titik ekivalen yang terbentuk akan terhidrolisis kembali sehingga titik akhir titrasi tidak dapat diamati.



BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1       Kesimpulan      
            Berdasarkan hasil pengamatan dari percobaan di atas, maka dapat diambil beberapa kesimpulan di antaranya sebagai berikut:
1.              Larutan garam dan air laut ditambahkan indikator K2CrO4 membuat larutan menjadi warna kuning.
2.              Pada sampel air laut menghabiskan titran AgNO3 sebanyak 2 ml dan terbentuk endapan putih. Pada air garam menghabiskan titran sebanyak 1,5 ml dan membentuk endapan putih.
3.              Kadar NaCl dalam air garam sebanyak 1,17 mg/L dan dalam air laut sebanyak 0.88 mg/L.
4.              Air garam ditambahkan indikator PP menghasilkan warna bening dan pada air garam juga menghasilkan warna bening.
5.              Pada sampel air garam daan air laut titran NaOH yang dihabiskan sebanyak 0,25 ml dan 0,1 ml. Dan setelah dititrasi warna larutan berubah menjadi merah muda.
6.              % HCl yang dihasilkan dalam air laut adalah 0,00036%, dan dalam larutan garam 0,0091%.

5.2       Saran
Pada percobaan ini selain menggunakan metode penambahan indikator untuk mengetahui larutan sampel basa atau asam, dapat juga dilakukan dengan mencelupkan kertas lakmus kedalam sampel. Selain itu dapat juga dilakukan praktikum ini menggunakan metode Vajans.



LAMPIRAN B
PERHITUNGAN

1.              Analisa konsentrasi NaCl dalam air laut
a.     Sampel air garam
NaCl   =   =  
       =  1,17 mg/L

b.     Sampel air laut
NaCl   =   =  
                                   =  0,88 mg/L

2.              Analisa % HCl
a.     Sampel air garam
% HCl =    100%            =100%
                                                      =    0,00091%

b.     Sampel air laut
% HCl =    100%            =100%
                                                      =    0,00036%

















LAMPIRAN C
GAMBAR ALAT

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhD1nrKUMZUipke5NHIt_ZXxyzK7gjZEpRGKQfPXLy7IOMecL5OtCEbQ8LkpRZhhywHDGGoXD3qQsG-GgepCIoJYgkWh8NxNRFmo0uc2mQm2v3U-9Z6UYOG8i4-jWKrfK707FtWLyU9SSJp/s1600/neraca.jpg
Neraca digital
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgU70Vpa1LDBL5raYlezkvPR0Y495XnoyxbXa3aR7tV0xf-u7UCYd2glladpbLbdOQXfzafgagnyOMGLVsnqWV_xKs5IfLuu4nmKwrJ1QGv06OEZg18gNa0Aa0LluglRr9DB3TXQS_Ib0Do/s1600/pipet+tetes.jpg
Pipet ukur
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEib4s-8vb6d6iZXAinNxo7qaJQE6xVDDNQk3bkhpyXJgYg5jBl8Q15wk-FJHI1rkyDyrmY6jD_PY1zLGLSrJ-f6Cp2PuaXiB9MGu9xccqsv52OfopiDxOeKW5k70DGkyHbcCXs__Ds3q3GE/s1600/erlenmeyer.jpg
Enlenmeyer
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj4F8eTRw9891h2NTPv8Bhj4ExUh77wqHlQokaDqaAbewca2LYmvpjK4VxmrdtKx5swLolCAto4KFS8nPmHXKPCumonmXRW0OUsvzqDu4C_C7tUj7GwXpA9cX6wP4TvL8ccCR3HLZPJV_AD/s1600/statif.jpg
Statif
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh0gb2fA42ndp3VYJsuUnDast5sFCgcoTEdPzx3njETIQ7XZwU3abBG6N7ZPdPfPM-NQCUZFuABKLDBydfyY3arZb_k3pY9ePEvuz-_7zeAjHm5ErwBpZ7wibFdV2IzdSJ_RO8q3FKIev29/s1600/klem.jpg
Klem buret














0 comments:

PopAds.net - The Best Popunder Adnetwork

Popular Posts - Last 30 days

 

Dapatkan Hosting dengan Diskon Hingga 20%


Selesaikan misinya dan dapatkan hingga ratusan dolar per hari


Download Aplikasinya dan Dapatkan Promo Menarik


Get paid to share your links!
Support : Chemical Engineering | Himatemia Unimal 2014/2015 | Teknik Kimia
Copyright © 2018. Berkah Mencari Ilmu - All Rights Reserved
Contact us +6281288573161
Published by Mhd Haris lazuar Saragih Saragih | Linda Ratna Sari
Proudly powered by Berkah mencari Ilmu