Kimia modern dimulai oleh kimiawan Perancis Antoine Laurent Lavoisier (1743-1794). Ia menemukan hukum kekekalan massa dalam reaksi kimia, dan mengungkap peran oksigen dalam pembakaran.
Berdasarkan prinsip ini, kimia maju di arah yang benar. Sebenarnya oksigen ditemukan secara independen oleh dua kimiawan, kimiawan Inggris Joseph Priestley (1733-1804) dan kimiawan Swedia Carl Wilhelm Scheele (1742-1786), di penghujung abad ke-18. Jadi, hanya sekitar dua ratus tahun sebelum kimia modern lahir. Dengan demikian, kimia merupakan ilmu pengetahuan yang relatif muda bila dibandingkan dengan fisika dan matematika, keduanya telah berkembang beberapa ribu tahun. Namun alkimia, metalurgi dan farmasi di zaman kuno dapat dianggap sebagai akar kimia.
Banyak penemuan yang dijumpai oleh orang-orang yang terlibat aktif di bidang-bidang ini berkontribusi besar pada kimia modern walaupun alkimia didasarkan atas teori yang salah. Lebih lanjut, sebelum abad ke-18, metalurgi dan farmasi sebenarnya didasarkan atas pengalaman saja dan bukan teori. Jadi, nampaknya tidak mungkin titik-titik awal ini yang kemudian berkembang menjadi kimia modern. Berdasarkan hal-hal ini dan sifat kimia modern yang terorganisir baik dan sistematik metodologinya, akar sebenarnya kimia modern mungkin dapat ditemui di filosofi Yunani kuno.
Jalan dari filosofi Yunani kuno ke teori atom modern tidak selalu mulus. Di Yunani kuno, ada perselisihan yang tajam antara teori atom dan penolakan keberadaan atom. Sebenarnya, teori atom tetap tidak ortodoks dalam dunia kimia dan sains. Orang-orang terpelajar tidak tertarik pada teori atom sampai abad ke-18. Di awal abad ke-19, kimiawan Inggris John Dalton (1766-1844) melahirkan ulang teori atom Yunani kuno. Bahkan setelah kelahirannya kembali ini, tidak semua ilmuwan menerima teori atom.
Tidak sampai awal abad 20 teori atom akhirnya dibuktikan sebagai fakta, bukan hanya hipotesis. Hal ini dicapai dengan percobaan yang terampil oleh kimiawan Perancis Jean Baptiste Perrin (1870-1942). Jadi, perlu waktu yang cukup panjang untuk menetapkan dasar kimia modern.
Sebagaimana dicatat sebelumnya, kimia adalah ilmu yang relatif muda. Akibatnya, banyak yang masih harus dikerjakan sebelum kimia dapat mengklaim untuk mempelajari materi, dan melalui pemahaman materi ini memahami alam ini. Jadi, sangat penting di saat awal pembelajaran kimia kita meninjau ulang secara singkat bagaimana kimia berkembang sejak kelahirannya.
Teori Atom Kuno
Sebagaimana disebut tadi, akar kimia modern adalah teori atom yang dikembangkan oleh filsuf Yunani kuno. Filosofi atomik Yunani kuno sering dihubungkan dengan Democritos (kira-kira 460BC- kira-kira 370 BC). Namun, tidak ada tulisan Democritos yang tinggal. Oleh karena itu, sumber kita haruslah puisi panjang “De rerum natura” yang ditulis oleh seniman Romawi Lucretius (kira-kira 96 BC- kira-kira 55 BC).
Gambar 1.1 Dunia atom Democritos. Sayang, kita tidak dapat menduga gambaran atom seperti yang dibayangkan oleh Democritos. Kimiawan Jerman telah menyarankan gambaran atom sebagaimana dibayangkan Democritos. (a) atom zat yang manis (b) zat yang pahit (direproduksi dari: F. Berr, W. Pricha, Atommodelle, Deutsches Museum, 1987.)
Atom yang dipaparkan oleh Lucretius memiliki kemiripan dengan molekul modern. Anggur (wine) dan minyak zaitun, misalnya memiliki atom-atom sendiri. Atom adalah entitas abstrak. Atom memiliki bentuk yang khas dengan fungsi yang sesuai dengan bentuknya. ”Atom anggur bulat dan mulus sehingga dapat melewati kerongkongan dengan mulus sementara atom kina kasar dan akan sukar melalui kerongkongan”. Teori struktural modern molekul menyatakan bahwa terdapat hubungan yang sangat dekat antara struktur molekul dan fungsinya.
Walaupun filosofi yang terartikulasi oleh Lucretius tidak didukung oleh bukti yang didapat dari percobaan, inilah awal kimia modern. Dalam periode yang panjang sejak zaman kuno sampai zaman pertengahan, teori atom tetap In heretikal (berlwanan dengan teori yang umum diterima) sebab teori empat unsur (air, tanah, udara dan api) yang diusulkan filsuf Yunani kuno Aristotole (384 BC-322 BC) menguasi. Ketika otortas Aristotle mulai menurun di awal abad modern, banyak filsuf dan ilmuwan mulai mengembangkan teori yang dipengaruhi teori atom Yunani. Gambaran materi tetap dipegang oleh filsuf Perancis Rene Descartes (1596-1650), filsuf Jerman Gottfried Wilhelm Freiherr von Leibniz (1646-1716), dan ilmuwan Inggris Sir Issac Newton (1642-1727) yang lebih kurang dipengaruhi teori atom.
Teori atom Dalton
Di awal abad ke-19, teori atom sebagai filosofi materi telah dikembangkan dengan baik oleh Dalton yang mengembangkan teori atomnya berdasarkan peran atom dalam reaksi kimia. Teori atomnya dirangkumkan sebagai berikut:
Teori atom Dalton:
(i) partikel dasar yang menyusun unsur adalah
atom. Semua atom unsur tertentu identik.
(ii) massa atom yang berjenis sama akan identik
tetapi berbeda dengan massa atom unsur jenis lain.
(iii) keseluruhan atom terlibat dalam reaksi kimia.
Keseluruhan atom akan membentuk senyawa. Jenis dan jumlah atom dalam senyawa tertentu tetap.
Dasar
teoritik teori Dalton terutama didasarkan pada hukum kekekalan massa dan hukum perbandingan
tetap, keduanya telah ditemukan sebelumnya, dan hukum perbandingan berganda yang
dikembangkan oleh Dalton sendiri.
Atom Democritos dapat dikatakan sebagai sejenis miniatur materi.
Jadi jumlah jenis atom akan sama
dengan jumlah materi. Di pihak lain, atom Dalton adalah penyusun materi, dan
banyak senyawa dapat dibentuk oleh sejumlah terbatas atom. Jadi, akan terdapat
sejumlah terbatas jenis atom. Teori atom Dalton mensyaratkan proses dua atau
lebih atom bergabung membentuk materi. Hal ini merupakan alasan mengapa atom
Dalton disebut atom kimia.
Bukti keberadaan atom
Ketika Dalton mengusulkan teori atomnya, teorinya menarik cukup
banyak perhatian. Namun, teorinya ini
gagal mendapat dukungan penuh. Beberapa pendukung Dalton membuat berbagai
usaha penting untuk mempersuasi yang melawan teori
ini, tetapi beberapa oposisi masih tetap ada. Kimia
saat itu belum cukup membuktikan keberadaan atom dengan percobaan. Jadi teori
atom tetap merupakan hipotesis. Lebih lanjut,
sains setelah abad ke-18 mengembangkan berbagai percobaan
yang membuat banyak saintis menjadi skeptis pada hipotesis atom. Misalnya,
kimiawan tenar seperti Sir Humphry Davy (1778-1829) dan Michael Faraday
(1791-1867), keduanya dari Inggris,
keduanya ragu pada teori atom.
Sementara teori atom masih tetap hipotesis, berbagai kemajuan
besar dibuta di berbagai bidang sains. Salah satunya adalah kemunculan
termodinamika yang cepat di abad 19. Kimia struktural saat itu yang
direpresentasikan oleh teori atom hanyalah masalah akademik dengan sedikit kemungkinan
aplikasi praktis. Tetapi termodinamika yang diturunkan dari isu praktis seperti
efisiensi mesin uap nampak lebih penting. Ada kontroversi yang sangat tajam
antara atomis dengan yang mendukung termodinamika. Debat antara fisikawan
Austria Ludwig Boltzmann (1844-1906) dan kimiawan Jerman Friedrich Wilhelm
Ostwald (1853-1932) dengan fisikawan Austria Ernst Mach (1838-1916) pantas
dicatat. Debat ini berakibat buruk, Boltzmann bunuh diri.
Di awal abad 20, terdapat perubahan besar dalam minat sains.
Sederet penemuan penting, termasuk keradioaktifan, menimbulkan minat pada sifat
atom, dan lebih umum, sains struktural. Bahwa atom ada secara percobaan
dikonfirmasi dengan percobaan kesetimbangan sedimentasi oleh Perrin.
Botanis Inggris, Robert Brown (1773-1858) menemukan gerak
takberaturan partikel koloid dan gerakan ini disebut dengan gerak Brow, untuk
menghormatinya. Fisikawan Swiss Albert Einstein (1879-1955)
mengembangkan teori gerak yang berdasarkan teori atom. Menurut teori ini, gerak Brown dapat diungkapkan dengan persamaan yang
memuat bilangan Avogadro.
D
=(RT/N).(1/6παη)
D
adalah gerakan partikel, R tetapan gas, T temperatur, N bilangan Avogadro, α jari-jari
partikel dan η viskositas larutan. Inti ide Perrin adalah sebagai berikut.
Partikel koloid bergerak secara random dengan gerak Brown dan secara simultan mengendap
ke bawah oleh pengaruh gravitasi. Kesetimbangan sedimentasi dihasilkan oleh
kesetimbangan dua gerak ini, gerak random dan sedimentasi. Perrin dengan teliti
mengamati distribusi partikel koloid, dan dengan bantuan persamaan 1.1 dan
datanya, ia mendapatkan bilangan Avogadro. Mengejutkan nilai yang didapatkannya
cocok dengan bilangan Avogadro yang diperoleh dengan metoda lain yang berbeda.
Kecocokan ini selanjutnya membuktikan kebenaran teori atom yang menjadi dasar
teori gerak Brown. Tidak perlu disebutkan, Perrin tidak dapat mengamati atom
secara langsung. Apa yang dapat dilakukan saintis waktu itu, termasuk Perrin,
adalah menunjukkan bahwa bilangan Avogadro yang didapatkan dari sejumlah metoda
yang berbeda berdasarkan teori atom identik. Dengan kata lain mereka membuktikan teori atom
secara tidak langsung dengan konsistensi logis.
Dalam
kerangka kimia modern, metodologi seperti ini masih penting. Bahkan sampai hari
ini masih tidak mungkin mengamati langsung partikel sekecil atom dengan mata
telanjang atau mikroskop optic. Untuk mengamati langsung dengan sinar tampak,
ukuran partikelnya harus lebih besar daripada panjang gelombang sinar tampak.
Panjang gelombang sinar tampak ada dalam rentang 4,0 x 107 - 7,0 x10–7
m, yang besarnya 1000 kali lebih besar daripada ukuran atom. Jadi jelas di luar
rentang alat optis untuk mengamati atom.
Dengan bantuan alat baru seperti mikroskop electron (EM) atau scanning
tunneling microscope (STM), ketidakmungkinan ini dapat diatasi. Walaupun
prinsip mengamati atom dengan alat ini, berbeda dengan apa yang terlibat dengan
mengamati bulan atau bunga, kita dapat mengatakan bahwa kita kini dapat
mengamati atom secara langsung.
Gambar
1.2 Akhirnya kita dapat mengamati atom. Fotograf permukaan kristal silikon
diamati dengan STM. Setiap blok seperti sel adalah atom silikon. Skala 2 nm.
Direproduksi dengan izin dari Central Laboratory, Hitachi & Co.
0 comments:
Posting Komentar