BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dewasa ini, polimer merupakan salah satu ‘bahan teknik’ yang penting untuk keperluan konstruksi atau suku cadang, disamping bahan konvensional lainnya seperti logam dan keramik. Sebagai ‘polimer komoditas’, yaitu bahan polimer yang digunakan pada pembuatan barang keperluan konsumen, misalnya untuk peralatan rumah tangga, mainan, alat kantor, dan sebagainya, volume kebutuhannya semakin meningkat. Selain daripada itu, bahan polimer telah dimodifikasi secara fisiko-kimiawi menjadi bahan khusus dengan karakteristik tertentu seperti untuk pembuatan peralatan kesehatan dan komponen elektronika.
Bahan polimer khusus termodifikasi ini, yang walaupun volume produksinya kecil, harganya dapat mencapai puluhan kali harga polimer komoditas. Sampai tahun 1980-an industri tersebut telah memperkenalkan berbagai bahan polimer teknik, yang pada berbagai penggunaannya, bahan polimer tersebut telah menggantikan peranan bahan-bahan lain. Sebagai salah satu contoh, dalam dunia industri pipa distribusi air dan gas, bahan baja, besi, tembaga dan keramik telah digantikan oleh polipropilena dan polivinil klorida yang lebih murah dan mudah diperoleh. Sangat sedikit polimer yang digunakan dalam bentuk murninya, kebanyakan ditambah zat aditif untuk memperbaiki atau memperoleh sifat yang diinginkan.
1.2 Rumusan Makalah
1. Apa Itu bahan tambahan (aditif)?
2. Apakah jenis-jenis bahan tambahan dalam polimer ?
3. Bagaimanakah fungsi dari bahan-bahan tambahan tersebut?
4. Apa itu Resin?
5. Jenis-jenis Resin?
6. Sifat-sifat Resin?
1.3 Tujuan Makalah
1. Mengetahui jenis-jensi bahan tambahan dalam polimer
2. Mengetahui fungsi dari bahan-bahan tambahan dalam polimer
3. Mengetahui jenis-jenis Resin?
4. Mengetahui sifat resin?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Polimer
Pemanfaatan polimer dalam kehidupan tergantung sifat polimer, yang antara lain ditentukan oleh massa molekul relatif, temperatur transisi gelas dan titik leleh. Pada umumnya menurut bentuk penggunaannya polimer dikelompokkan sebagai serat, elastomer, plastik, pelapis permukaan (cat), bahan perekat (adhesive). Dalam setiap bentuk penggunaan polimer tersebut, hampir semua polimer yang digunakan harus terlebih dahulu dicampurkan dengan zat-zat lain. Biasanya lebih dari satu zat yang dicampurkan sebelum polimer tersebut digunakan sebagai hasil akhir. Zat-zat penambah ini dikenal sebagai zat aditif polimer. Pemilihan zat aditif disesuaikan dengan kebutuhan yang dikehendaki. Zat aditif yang ditambahkan biasanya sebagai penstabil, pewarna, anti api, bahan pengisi, pengeras, dan lain-lain.
2.2 Bahan Tambahan (Zat Aditif)
Bahan tambahan digunakan untuk meningkatkan kemampuan pemprosesan atau untuk mengubah kualitas dan sifat produk dengan menambahkan bahan tersebut pada bahan pokok polimer. Pada prosedur pengerjaannya perlu,diperhatikan performa dan keselamatan (safety). Aditif adalah senyawa kimia yang bila ditambahkan akan menaikkan unjuk kerja (sifat kimia dan fisik berubah) seperti yang diharapkan.
Berdasarkan fungsinya, bahan tambahan atau zat aditif polimer dapat dikelompokkan menjadi
2.2.1 Bahan pelunak (plasticizer)
Plasticizer dalam konsep sederhna adalah merupakan pelarut organik dengan titik didih tinggi atau suatu padatan dengan titik leleh rendah yang ditambahkan ke dalam resin seperti PVC yang keras dan kaku, sehingga akumulasi gaya intermolekuler pada rantai panjang akan menurun. Hal ini menyebabkan bagian rantai lebih mudah bergerak akibatnya kelenturan, kelunakan dan pemanjangannya akan bertambah , dan bahan yang tadinya keras dan kaku akan menjadi lembut pada suhu kamar. Plasticizer dapat menurukan viskositas lelehan, suhu transisi gelas (Tg) dan Modulus elastis produk tanpa mengubah sifat-sifat kimiawi bahan plastik tersebut. Plasticizer juga digunakan untuk melembutkan polimer plastik sehingga dapat merubah sifat kaku menjadi lebih fleksibel. Penambahan pemlastis baik sintetik maupun alami bertujuan untuk memperbaiki sifat bioplastik yang dihasilkan, memperluas atau memodifikasi sifat dasarnya atau dapat memunculkan sifat baru yang tidak ada dalam bahan dasarnya.
Sifat fisik dan mekanis yang terplastisasi merupakan fungsi distribusi dari sifat dan komposisi masing-masing komponen dalam sistem, karenanya ramalan karateristik polimeryang terplastisasi mudah dilakukan dengan variasi komposisi pemlastis. Secara umum variasi jumlah plasticizer akan efektif (mempunyai efek plastisasi) sampai bahan kompatibel. Hasil analisis mekanik yang dilakukan merupakan bahwa membran-membran yang lebih kuat dan liat (kenyal) dihasilkan ketika sedikit plasticizer yang digunakan dalam membran. Hasil uji plasticizer ini menunjukkan bahwa plasticer mempunyai berat molekul yang relatif rendahkan memperbaiki kekuatan dan keliatan membran. Ketika sejumlah kecil plasticizer ditambahkan pada suatu polimer, platiscizer ini akan menyebabkan molekul polimer bergerak ke konfigurasi energi yang lebih rendah. Dalam konfigurasi ini molekul-molekul menjadi kurang bergerak, dengan demekian akan meningkatkan kekuatan dan keliatan yang baikdari polimer. Sebaliknya jika terplasticizer yang ditambahkan terlalu banyak molekul-molekul polimer banyak bergerak, akibatnya terjaadi penurunan kekuatan dan keliatan dari polimer.
Beberapa jenis bahan pemlastis yang digunakan dalam pembuatan plastik
adalah :
· Dibutil ptalat (DBP)
· Dioktil ptalat (DOP)
· Dietil heptil adipat (DEHA)
· Trikresil ptalat (TCP)
· Poliester
· Heptil patalat
· Dimetil heptil adipat
· Di –N-desil adipat
· Benzil aktil adipat
· Dibutil ptalat (DBP)
· Dioktil ptalat (DOP)
· Dietil heptil adipat (DEHA)
· Trikresil ptalat (TCP)
· Poliester
· Heptil patalat
· Dimetil heptil adipat
· Di –N-desil adipat
· Benzil aktil adipat
· Ester asam sitrat
· Oleat
· Sitrat
· Oleat
· Sitrat
2.2.2 Bahan penyetabil (stabilizer)
Berfungsi untuk mempertahankan produk plastik dari kerusakan, baik selama proses, dalam penyimpanan, maupun aplikasi produk.
Ada 3 jenis bahan penyetabil yaitu:
1. Penyetabil panas (heat stabilizer), menghambat degradasi thermal, energi (panas) yang terserap dapat memicu radikal bebas yang dapat menimbulkan reaksi oksigen dan membentuk senyawa karbonil, hal ini yang dapat menimbulkan warna kuning atau kecoklat-coklatan pada produk akhir.
2. Penyetabil terhadap sinar ultra violet (UV stabilizer), matahari memiliki panjang gelombang sampai di permukaan bumi sekitar 3000-4000 A, hal ini dapat memisahkan ikatan yang menyebabkan degradasi langsung pada bahan polimer. Penyerap UV menyerap energi UV dan menggunakan energi yang sama untuk perubahan dalam dari molekul penyerap agaar tidak diteruskan ke bahan polimernya. Contohnya adalah fenil salisilat (SALOL), 2(2’ hidroksi-t-metil fenil) benzotriazol (TINUVIN P) dll
3. Antioksidan, mengurangi kerusakan produk dari peroses oksidasi yang dapat memutuskan rantai polimer. Tanda yang terlihat apabila produk plastik telah teroksidasi adalah:
1. Polimer menjadi rapuh,
2. Kecepatan alir polimertidakstabildancenderungmenjadilebihtinggi,
3. Sifat kuat tariknya berkurang,
4. Terjadi retak-retak pada permukaan produk,
5. Terjadi perubahan warna
Adapun fungsi antioksidan pada polimer adaalah :
1. Untuk mengakhiri reaksi rantai radikal
2. Untuk menguraikan peroksida
3. Untuk menghilangkan logam berat
Contoh antioksidan yaitu :
· 2,6 –ditributil p-kresol (BHT)
· 2,2 -metilen –bis (4-metil-6-t-butilfenol) (MDP antioksidan 2264)
· Naftil Amin (PA)
· Dilauril tio-dipropionat (TLP, DLTDP)
2.2.3 Pelambat Api
Bahan isolasi listrik, bahan konstruksi dan komponen kereta api memerlukan bahan yang memiliki sifat yang tidak mudah terbakar. Untuk membuat bahan polimer agar tidak terbakar, menggunakan tambahan beberapa zar yang tidak dapat terbakar.
Contohnya yaitu
1. Trekresil fosfat (TCP)
2. Tris (dikloropropil) fosfat
3. Tris (dibromopropil) fosfat
4. Bromofosfonat, dll
2.2.4 Bahan pengisi (filler)
Bahan pengisi adalah suatu aditif padat yang ditambahkan ke dalam matrik polimer untuk meningkatkan sifat-sifat bahan. Filler, umumnya memiliki fungsi, yaitu:
1. Penguat, dapat memperkuat polimer dan meningkatkan sifat mekanik.
2. Perbaikan dari temperature deformasi termal; temperature deformasi termal dapat dinaikkan dengan menggunakan gelas dan mika.
3. Digunakan untuk mengisi ruang dan mengurangi jumlah resin yang digunakan dalam proses produksi (hemat resin).
4. Pelindung, ketahanan permeabilitas gas, sifat isolasi listrik, dan lain-lain diperbaiki.
5. Hantaran listrik; Hantaran listrik diberikan pada bahan polimer dengan menggunakan bubuk perak, tembaga dan logam lain atau karbon hitam.
Pengisi fungsional menghasilkan peningkatan spesifik dalam sifat mekanik dan sifat fisis. Perlakuan dari bahan pengisi memungkin menjadi pendukung beberapa mekanisme. Beberapa pengisi membentuk ikatan kimia dengan materi sebagai penguat; sebagai contoh, karbon hitam menghasilkan ikatan silang didalam elastomers dengan memakai reaksi radikal.
Partikel-partikel inorganik untuk bahan pengisi polimer telah digunakan secara luas oleh karena pada umumnya lebih murah dalam pembiayaan. Bahan pengisi yang sering digunakan adalah , fiber glas, mika, talk, SiO2 dan CaCO3 biasanya membentuk mikro komposit dengan peningkatan sifat-sifat
Berbagai jenis pengisi digunakan dalam polimer alam dan polimer sintetik adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan sifat-sifat fisik bahan. Penambahan pengisi bertujuan mengurangkan biaya , mewarnai, menguatkan atau mengukuhkan bahan polimer.
Contoh bahan pengisi (filler) yaitu
1. Silika 6. Kalsium Karbonat
2. Mika 7. Titanium Dioksida
3. Talk 8. Aluminium
4. Tanah liat 9. Bubuk Besi
5. Grafit 10. Karbon Hitam
2.2.5 Pewarna (colorant)
Zat warna adalah senyawa organik berwarna yang digunakan untuk memberi warna pada suatu objek. Bahan pewarna berfungsi untuk meningkatkan penampilan dan memperbaiki sifat tertentu dari bahan plastik. Pertimbangan yang perlu diambil dalam memilih warna yang sesuai meliputi :
1. Aspek yang berkaitan dengan penampilan bahan plastik selama pembuatan produk warna, meliputi daya gabung, pengaruh sifat alir pada system dan daya tahan terhadap panas serta bahan kimia.
2. Aspek yang berkaitan dengan produk akhir, antara lain ketahanan terhadap cuaca dan bahan kimia dan solvent.
2.2.5.1 Klasifikasi zat warna
Zat warna alami mengandung pigmen yang secara umum berasal dari tumbuh-tumbuhan, tetapi beberapa zat warna alami tidak menguntungkan, tidak stabil selama proses dan penyimpanan. Kestabilan zat warna alami tergantung pada beberapa faktor antara lain cahaya, oksigen, logam berat, oksidasi, temperatur, keadaan air, dan pH, sehingga penggunaan zat warna sintetik pun semakin meluas. Keunggulan zat warna sintetik antara lain lebih murah, lebih mudah untuk digunakan, lebih stabil, lebih tahan terhadap berbagai kondisi lingkungan, daya mewarnainya lebih kuat, dan memiliki rentang warna yang lebih luas (Nollet, 2004).
Klasifikasi zat warna terbagi atas dua jenis, yaitu sebagai berikut:
1. Dyes
Bahan ini larut dalam bahan plastik sehingga menjadi satu sistem dan terdispersi secara merata setelah melalui proses pencampuran. Dyes mempunyai light fastness dan ketahanan panas kurang baik dan dapat mengalami migrasi (bergerak ke permukaan) sehingga mengurangi daya tarik dan kadang-kadang dapat meracuni kulit. Penggunaan dyes dalam plastik jumlahnya terbatas.
2. Pigmen
Bahan ini tidak larut dalam bahan plastik tetapi hanya terdispersi diantara rantai molekul bahan plastik tersebut. Pencampuran bahan tersebut dengan bahan plastik kadang-kadang memerlukan teknologi dan peralatan khusus. Derajat dispersi pigmen dalam bahan plastik tergantung pada suhu, waktu pencampuran dan alat pencampur serta ukuran partikel pigmen dan berat molekul bahan plastik.
Pigmen dapat dikelompokkan menjadi 2 tipe, yaitu:
a. Pigmen anorganik
Pigmen anorganik mempunyai molekul yang lebih besar dan luas permukaanya lebih kecil, permukaannya buram karena menyebarkan sinar. Contoh pigmen anorganik: titanium dioksida yang memberi warna putih, besi oksida memberi warna kuning, coklat, merah dan hitam, cadmium yang memberi warna kuning terang dan merah (J.Baird. 1986).
b. Pigmen Organik
Pigmen organik adalah suatu bahan yang terbuat dari bahan-bahan organik baik dari alam maupun sintetis yang ditandai dengan sifat brightness dan transparency yang baik. Material organik biasanya digunakann untuk plastik transparan, mudah terdispersi, ukuran partikel kecil, biasanya digunakan untuk food packaging. Keuntungan pigmen ini adalah kekuatan warna (tidak mudah luntur) lebih tinggi, aman untuk kesehatan. Sedangkan kerugiannya adalah ketahanan terhadap panas lebih rendah kecerahannya lebih rendah, opacity lebih rendah sehingga untuk mencapai warna yang diinginkan penggunaan warnanya boros dan harganya relatif mahal. Contoh pigmen organik antara lain: condenazo pigmen, flavantrone, halogenasi, isoindolinone, phtalocyanine blue.
2.2.6 Anti korosi
Korosi merupakan hal yang tidak dapat dihindarkan dari kehidupan sehari-hari, yang biasa disebut dengan istilah karat untuk bahan – bahan logam. Korosi merupakan degradasi (pengrusakan atau penurunan kualitas) suatu bahan karena adanya interaksi antara bahan tersebut dengan lingkungan. Korosi tidak dapat dihilangkan, namun korosi dapat diperlambat laju korosinya sehingga muncul berbagai macam cara untuk menanganinya di antaranya penambahan inhibitor. Ada berbagai macam cara memperlambat lajukorosi, antara lain coating, penambahan inhibitor, proteksi katodik, dan lain - lain.
Inhibitor korosi sendiri didefinisikan sebagai suatu zat yang apabila ditambahkan dalam jumlah sedikit kedalam lingkungan akan menurunkan serangan korosi lingkungan terhadap logam. Umumnya inhibitor korosi berasal dari senyawa-senyawa organik dan anorganik yang mengandung gugus - gugus yang memiliki pasangan elektron bebas, seperti nitrit, kromat, fospat, urea, fenilalanin, imidazolin, dan senyawa-senyawa amina.
2.2.6.1 Jenis inhibitor dan jenis kerjanya
1. Inhibitor memasifkan anoda.
Salah satu contoh inhibitor yang memasifkan anoda adalah senyawa-senyawa kromat, misalnya Na2C2O4 =. Salah satu reaksi redoks yang terjadi dengan logam besi adalah:
Oksidasi : 2 Fe + 2 H2O ----------- Fe2O3 + 6 H+ + 6e
Reduksi : 2 CrO4 = + 10 H+ + 6e -------- Cr2O3 + 5 H2O
red-oks : 1 Fe + 2 CrO4= + 2 H+ ------- Fe2O3 + Cr2O3 + 3 H2O
Padatan atau endapan Fe2O3 dan Cr203 inilah yang kemudian bertindak sebagai pelindung bagi logamnya. Lapisan endapan tipis saja, namun cukup efektif untuk melindungi permukaan logam yang lemah dari serangan zat-zat agresif. Untuk ini diperlukan kontinuitas pembentukan lapisan endapan mengingat lapisan tersebut bisa lepas yang disebabkan oleh adanya arus larutan. Berbagai data penelitian dengan berbagai kondisi percobaan menganggap bahwa Cr(III) nampak dominan pada spesimen yang didukung oleh pembentukan lapisan udara, sementara itu Cr(IV) teramati di daerah luar dari spesimen pengamatan yang didukung oleh suatu lapisan pelindung yang mengandung Cr(III). Ini menunjukkan bahwa terjadinya reduksi Cr(IV) menjadi Cr(III) pada permukaan spesimen. Secara keseluruhan tebal lapisan yang terdiri dari spesimen kromium dan aluminium memperlihatkan lapisan dalam bentuk Cr(IV) memiliki ketebalan sekitar satu per-enam dari tebal lapisan keseluruhan.
Hasil penelitian dengan menggunakan teknik pendar fluor dari adsorpsi sinar x memperlihatkan disagregasi lapisan yang mengandung Cr(IV) sebanding dengan pertumbuhan Cr203 yang mengisi celah-celah lapisan anodik (dalam hal ini Al203) diatas permukaan logam Al. Cara yang sudah lazim tentang studi pembentukan lqpisan pasif pada permukaan logam akibat reaksi antar muka logam dengan inhibitor dapat menggunakan diagram potensial - pH dan secara kinetik dengan menggunakan kurva polarisasi. Inhibitor jenis Cr04 = dan N02- cukup banyak digunakan untuk perlindungan logam besi dam aluminium terhadap berbagai medium korosif. Namun dari studi teoritis maupun eksperimentil, kedua jenis inhibitir tersebut kurang baik digunakan dalam medium yang mengandung H2S dan Cl-. Dengan adanya H2S, sebagian dari Cr04= bereaksi dengan H2S yang menghasilkan belerang. Nampaknya Cr203 yang terbentuk tidak dapat terikat kuat pada logamnya. Sedangkan pada medium Cl-, terjadi kompetisi reaksi dengan logamnya.
Misalnya ion klorida dapat membentuk kompleks terlarut dengan senyawa Fe (III) yang ada pada permukaan logam besi, sehingga lapisan pelindung Cr2O3 -Fe203 sukar dipertahankan keberadaannya. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah apabila konsentrasi inhibitor jenis ini tidak mencukupi, malahan dapat menyebabkan peningkatan kecepatan korosi logam. Bila lapisan pasif yang terbentuk tidak mencukupi untuk menutupi permukaan logam, maka bagian yang tidak tertutupi akan terkorosi dengan cepat. Akibatnya akan terbentuk permukaan anoda yang sempit dan permukaan katoda yang jauh lebih luas, sehingga terjadilah korosi setempat dengan bentuk sumuran-sumuran. Contoh senyawa lain dari inhibitor pasivasi anodik adalah phosfat (PO4-3), tungstat (Wo4-2) dan molibdat (MoO4-2), yang oleh karena tidak bersifat oksidator maka reaksinya dengan logamnya memerlukan kehadiran oksigen.
2. Inhibitor memasifkan katoda.
Dua reaksi uatama yang umum terjadi pada katoda diadalam medium air, yaitu reaksi pembentukan hidrogen dari proton:
2 H+ + 2 e ---------- H2
dan reaksi reduksi gas oksigen dalam suasana asam
O2 + 4 H+ + 4 e ----- 2 H2O
Karena bagi suatu sal korosi, reaksi reduksi oksidasi terbentuk oleh pasangan reaksi reduksi dan reaksi oksidasi dengan kecepatan yang sama, maka apabila reaksi reduksi (pada katoda) dihambat akan menghambat pula reaksi oksidasi (pada anoda). Inilah yang menjadi pedoman pertama di dalam usaha menghambat korosi logam dalam medium air atau medium asam.
Hal yang kedua adalah melalui penutupan permukaan katoda oleh suatu senyawa kimia tertentu baik yang dihasilkan oleh suatu reaksi kimia atau melalui pengaturan kondisi larutan,misalnya pH.
Secara umum terdapat 3 jenis inhibutor yang mempasifkan katoda, yaitu jenis racun katoda, jenis inhibutor mengendap pada katoda dan jenis penangkap oksigen. Inhibutor racun katoda pada dasarnya berperan mengganggu rekasi pada katoda. Pada kasus pembentukan gas hidrogen, reaksi diawali yang teradsorpsi pada permukaan katota.
3. Inhibutor Ohmik dan Inhibutor Pengendapan
Sebagai akibat lain daripada penggunaan inhibitor pembentuk lapisan pada katoda maupun anoda adalah semakin bertambahnya tahanan daripada rangkaian elektrolit. Lapisan yang dianggap memberikan kenaikan tahanan yang memadai biasanya mencapai ketebalan beberapa mikroinchi. Bila lapisan terjadi secara selektif pada daerah anoda, maka potensial korosi akan bergeser kearah harga yang lebih positif, dan sebaliknya potensial korosi akan bergeser ke arah yang lebih negatif bilamana lapisan terjadi pada daerah katoda. Jenis inhibutor pengendapan yang banyak digunakan adalah natrium silikat dan berbagai senyawa fosfat yang pada umumnya baik digunakan untuk melindungi baja keduanya cukup efektif bila kondisi pH mendekati 7 dengan kadar Cl- yang rendah. E.F. Duffek dan D.S.Mc.Kinney telah melakukan studi tentang penggunaan natrium silikat sebagai inhibitor korosi bagi logam besi. Dalam hal ini natrium silikat bertindak sebagai inhibitor mempasifkan anoda.
Percobaan dilakukan terhadap elektroda baja yang diperlakukan selama 24 - 28 jam dalam larutan natrium silikat (dengan kadar SiO2 antara 3 - 500 ppm), dan dialiri udara. Selanjutnya hasilnya dibandingkan dengan perlakuan baja larutan natrium hidroksida pada pH yang sama. Korosi tidak terjadi walaupun dalam medium yang mengandung 15 ppm SiO2, sedangkan pada larutan natrium hidroksida menunjukkan adanya korosi. Konsentrasi minimum dari inhibitor tergantung pada impuritis ada air, karena adakalanya suatu impuritis membantu melindungi anoda melalui pembentukan lapisan, dan di lain pihak ada impuritis yang dapat mempeptisasikan atau malah melarutkan lapisan pelindungnya. Reaksi yang diperkirakan terjadi adalah
Na2SiO2 + H+ ---------˃ 2 Na+ + H2SiO3
(natrium silikat) (asam silikat)
H2SiO3 ---------˃ SiO2. H20
Asam silikat akan nampak sebagai larutan keloid. Pengendapan SiO2 sangat tergantung pada pH dan konsentrasi natrium silikat di dalam larutannya.
Pada umumnya larutan natrium silikat yang digunakan mempunyai komposisi. 8,76% Na20, 28, 38% SiO2 dan selebihnya pengotorpengotor, diantaranya Fe203 dan Al203. Kehadiran pengotor senyawa besi dan aluminium dianggap menguntungkan karena menambah endapan yang terbentuk. Konsentrasi natrium silikat yang digunakan bervariasi dari 2 - 10 ppm yang tergantung dari jenis air yang akan dilindungi. Gangguan dapat terjadi apabila terdapat ion Ca(II) dan Mg(II) dalam jumlah yang tinggi.
Rumitnya fenomena kimia yang terjadi pada penggunaan inhibutor jenis silikat atau fosfat adalah adanya kemungkinan terbentuknya senyawa polisilikat atau polifosfat, yang dalam hal ini memerlukan kehadiran oksigen. Pada prakteknya pun formulasi dari inhibutor jenis silikat dan fosfat adalah dengan mencampurkan atau mevariasikan komposisi berbagai senyawa polisilikat atau polifosfat. Perhitungan mengenai kondisi larutan (pH) dan konsentrasi inhibutor sangat diperlukan sekali.
4. Inhibutor Organik
Dewasa ini sudah berpuluh bahkan mungkin ratusan jenis inhibitor organik yang digunakan. Studi mengenai mekanisme pembentukan lapisan lindung atau penghilangan konstituen agresif telah banyak dilakukan baik dengan cara-cara yang umum maupun dengan cara-cara baru dengan peralatan modern. Pada umumnya senyawa-senyawa organik yang dapat digunakan adalah senyawa-senyawa yang mampu membentuk senyawa kompleks baik kompleks yang terlarut maupun kompleks yang mengendap. Untuk itu diperlukan adanya gugus gugus fungsi yang mengandung atom-atom yang mampu membentuk ikatan kovalen terkoordinasi, misalnya atom nitrogen, belerang, pada suatu senyawa tertentu.
Ikatan antara logan dengan ion logam yang cukup kuat terjadi pada beberapa jenis senyawa kompleks khelat (kompleks sepit). Suatu contoh adalah studi yang dilakukan oleh D.J. Gardiner (Corros.Sci., 25 (1985) p. (1019) mengenai inhibutor yang membehtuk kompleks pada permukaan tembaga diamati dengan mikroskop Raman.
2.2.7 Anti statis
Pada umumnya polimer memiliki sifat isolasi listrik yang unggul, sehingga pembentukan listrik static dan tegangan listrik tinggimu dan dihasilkan oleh gesekan. Akibatnya debu dapat melekat, memberikan kejutan, atau dapat menyebabkan nyala. Zat antistatic dipakai untuk mencegah bahaya tersebut.
Umumnya antistatic mengandung surface resistivity 10² - 1011 ohm. Jenis – jenis antistatik berdasarkan sifatnya :
· Slow : Antistatik jenis ini sifat antistatiknya baru keluar setelah satu minggu
dan sifat tersebut lama hilangnya, jika penyimpanan baik.
dan sifat tersebut lama hilangnya, jika penyimpanan baik.
· Fast : Antistatik jenis ini sifat antistatiknya keluar sekitar10 jam dan sifat tersebut dapat hilang dengan cepat.
· Intermediet : Antistatik ini sifat antistatiknya keluar setelah 2 – 3 hari.
ü Zat-zat antistatic harus memenuhi kondisi sbb:
· Agar efektif, dicampurkan sedikit demi sedikit zat antistatic.
· Agar tidak terlalu merusak resin.
· Agar dengan sendirinya stabil secara termal dan tidak mempercepat penguraian resin.
· Agar tidar beracun.
· Agar biaya lebih murah.
ü Contoh:
· Alkilsulfat, alkyl alilsulfat, alkyl fosfat, alkyl amin sulfat ditambahkan sebagai anion
· Garam ammonium kuartener dan resin ammonium kuartener ditambahkan sebagai kation dan lain-lain
2.2.8 Bahan perekat
Bahan perekat digunakan dalam pembuatan plastik dan terkadang digunakan pada bahan bangunan. Bahan ini digunakan agar produk yang dihasilkan dapat bertahan pada sifat kelenturan dan sifat kekokohannya.
Contoh bahan :
1. Getah pohon 3. Bahan polimer lainnya
2. Karet
2.3 Resin
Resin atau dammar adalah suatu campuran yang kompleks dari ekskret tumbu-tumbuhan dan insekta, biasanya berbentuk padat dan amorf dan merupakan hasil terakhir dari metabolisme dan dibentuk dari ruang-ruang skizogen dan skizolisigen. Secara fisis, resin (damar) ini biasanya keras, transparan plastis dan pada pemanasan menjadi lembek. Secara kimiawi, resin adalah campuran yang kompleks dari asam-asam resinat, alkoholresinat, resinotannol, ester-ester dan resene-resene. Bebas dari zat lemas dan mengandung sedikit oksigen karena mengandung zat karbon dalam kadar tinggi, maka kalau dibakar menghasilkan angus. Ada juga yang menganggap bahwa resin terdiri dari zat-zat terpenoid, yang dengan jalan addisi dengan air menjadi dammar dan fitosterin.sifatny tidak larut dalam air, sebagian larut dalam alcohol, larut dalam eter, aseton, petroleum eter, kloroform, dan lain-lain. Apabila resin-resin dipisahkan dan dimurnikan, biasanya dibentuk dalam zat padat yang getas dan amorf, yang kalau dipanaskan akan menjadi lembek dan akan habis terbakar. Resin ini juga tidak larut dalam air, tetapi larut dalam alcohol dan pelarut organic lainnya.
Isi dari resin pada umumnya adalah sebagai berikut :
1. Asam-asam resinat
Terdiri dari asam-asam oksi yang banyak jenisnya yang biasanya mempunyai sifat gabungan dari asam-asam karboksilat dan fenol-fenol. Asam-asam ini terdapat dalam keadaan bebas ataupun terikat sebagai ester-ester. Pada umumnya asam-asam ini larut didalam larutan alkali, membentuk larutan seperti sabun ataupun suspensi koloidal. Garam-garam logamnya dikenal sebagai resinat, beberapa diantaranya banyak digunakan dalam pembuatan sabun yang murah dan vernis.
Contohnya :
- Asam abietat didalam colophonium
- Asam kapolvat dan oksikapolvat didalam Balsamum copoive
- Asam guaiakonat didalam Guajac
- Asam pimarat (Pimarinat) didalam Burgundy Pitch (Picea excelsa)
- Asam komniforat didalam Myrrha.
2. Alkohol-alkohol resinat
Terdiri dari Alkohol-alkohol kompleks yang mempunyai BM yang tinggi, yang disebut resinotannol (Tsirch yang menamakannya) sebagai hasil polimerisasi dari alkohol damar resinol, yang dengan garam-garam ferri akan memberikan reaksi seperti tannin. Alkohol-alkohol resinat terdapat dalam keadaan bebas maupun terikat sebagai ester dengan asam-asam aromatis (asam benzoat, asam salisilat, asam sinnamat, asam umbellat).
Resinotannol yang sudah dapat diisolir adalah :
- Aloeresinotannol dari aloe
- Ammoresinotannol dan galbaresinotannol dari Ammoniacum.
- Peruresinotannol dari Balsamum peruvianum
- Siaresinotannol dan sinnaresinotannol dari Benzoin.
- Toluresinotannol dari Balsamum tolutanum.
Beberapa resinal, misalnya :
- Benzoresinol dari benzo
- Storesinol daro styrax
- Guaiaresinol dari Gurjun balsem
3. Resene-resene
Resene adalah zat-zat yang komplek yang tidak mempunyai sifat-sifat kimiawi yang khas. Resene tidak membentuk garam atau ester, tidak larut dalam larutan alkali dan tidak terhidrolisis dengan alkali.
Contohnya :
- Alban dan fluavil dari Gutta perch
- Kopalrsene dari Copal
- Dammarresene dari dammar drakoresene dari Sanguis draconis.
- Olibanoresene dari Olibanum
Beberapa jenis resin yang digunakan dalam lapangan farmasi seperti coloponium, mastik, podophyllum dan sebagainya yang disebut sebagai resin farmaseutis. Resin-resin farmaseutis ini dapat diperoleh dengan cara :
- Ekstraksi simplisia dengan alkohol, diendapkan dengan air. Contohnya resin dari Jalapa ipomoea dan podophyllum.
- Memisahkan minyak menguapnya dengan cara penyulingan. Contohnya : colophonium dari terpentin dan resin dari copaiva dari Balsamum copaive.
- Dengan memanasi bagian dari tanaman yang mengandung resin. Contohnya : Guaiac resin.
- Dengan mengumpulkan hasil eksudat dari tanaman. Contohnya : Oleoresin yang kemudian diuapkan, dengan cara ini diperoleh mastiks.
- Dengan mengumpulkan resin-resin fosil, seperti copal dsb.
2.3.1 Sifat-sifat resin
Secara fisika:
1. Keras 3. Plastis
2. Transparan 4. Lembek/leleh
Secara kimia, campuran dari:
1. Asam-asam resinat 5. Resen-resen
2. Alkohol rersinat 6. Bebas Zat lemak
3. Resino tannol 7. Sedikit mengandung oksigen
2.3.2 Beberapa jenis damar (resin)
Pembagian resin didasarkan atas isinya :
· Damar sesungguhnya (resin) adalah zat padat yang amorf atau setengah padat, tidak larut didalam air tetapi larut didalam alkohol atau pelarut organik lainnya dan membentuk sabun dengan alkali. Biasanya disamping zat-zat damar terdapat juga minyak menguap, hasil peruraian ester-ester damar, zat warna, zat pahit dsb
· Damar gom (Gummi resina)yaitu campuran alami dari gom, minyak dan resin. Sering disebut juga damar lendir. Contohnya : Asofoetida, Myrrh
· Oleoresin yaitu campuran alami yang homogen dari resin didalam minyak menguap. Contohnya : Terpentin, Kanada balsam, Cubeba
· Balsamum adalah campuran dari resin dengan asam sinamat atau benzoin atau kedua-duanya atau ester-esternya dengan minyak menguap. Contohnya : Benzoin, Perubalsam, Styrax
· Didalam beberapa hal diketemukan resin didalam ikatan glikosidal, ikatan ini disebut glukoresin atau glikoresin misalnya yang terdapat didalm Ipomoeae, Jalapa dan Podophyllum.
Atas dasar yang sama TSIRCH membagi damar-damar sebagai berikut:
a. Damar ester atau ester harza, diantaranya :
1. Damar benzoe, contohnya : Benzoe siam, benzoe sumaetera,
styrax, balsamum tolutanum, balsamum peruvianum.
2. Damar gom. Contohnya : Asafoetida, Galbanum, Ammoniacum.
b. Damar resin atau resin harza
Yang biasanya disebut dengan resin resin saja atau poli-oksiresin. Sebagian ada yang masih mengandung gom seperti Myrrh dan Olibanum. Contohnya : Mastiks dan Damar.
c. Damar asam resin atau resinosaur harze
TSIRCH mengutamakan isi asam-asam resinat yang terdapat bebas didalam damar dan menggolongkan jenis ini didalam resinosaur harze. Contohnya , Terebinthinae, Colophonium, Oleum terebinthinae, Balsamum canadensis, dll.
d. Damar-damar berwarna atau farb-harze
Meskipun kadang-kadang disebut sebagai gummi resina atau gom resin tetapi sama sekali bukan gom, karena gom adalah suatu zat yang kalau dalam air akan mengembang dan kemudian larut, tetapi resin sama sekali tidak larut dalam air. Kemudian dengan diketemukannya bahan-bahan polimer sinterik, maka pengertian resin sekarang lebih luas sehingga meliputi juga polimer-polimer yang mempunyai sifat-sifat fisis yang khas dan mempunyai fungsi yang sama dengan resin dari alam. Contoh : Gummi gutti
Simplisia yang mengandung resin , Damar resin , Resin, Coloproni. (USP, NF)
1. Colophonium, Colophony resin.
Adalah suatu resin padat yang diperoleh dari tanaman Pinus palustris Miller dan spesies lain dari Pinus Linne (suku pinaceae). Pembuatan Oleorresin yang masih kotor, hasil penyadapan dari tanaman pinus, dimasukkan kedalam bejana tembaga dan dipanasi dengan air. Sifat- sifat colophonium yang digunakan dalam dunia faramasi adalah suatu massa yang tembus cahaya, seperti gelas, berwarna kuning pucat atau warna amber, dan biasanya terdapat dalam keadaan terpecah-pecah dan diliputi dengan serbuk keputih-putihan. Kegunaan colophonium dalam dunia farmasi adalah pembuatan serata, plester, dan salep-salep.
2. Imperatae rhizoma ( akar alang-alang )
Akar alang-alang adalah akar tinggal. T.A= Imperata cylindrica Beauv dengan suku Gramineae. Panjang rhizoma 4 cm atau lebih, beruas, berkeriput memanjang, tebal 2-4 mm, warna kuning jerami, tiap ruas diliputi sisik tipis.
3. Caricae Radix ( akar pepaya )
Akar pepaya adalah akar cabang Carica papaya L dengan suku Caricaceae. Simplisia ini merupakan potongan-potongan yang lurus atau bercabang, warna coklat muda atau putih kecoklatan, bagian kulit tebal garis tengah 1-3 cm. Rasa pahit khelat Susunan isi terutama papaine, terdapat pula K. Mironat mirosin, papayatin, damar dan tannin.
Penggunaannya adalah sebagai sebagai antelmentika dalam bentuk dekokta, dosis 8-12 gram.
4. Meuremiae Tuber (bidara upas)
Bidar upas terdiri dari irisan-irisan umbi Merremia mammosa Hai fillius.Suku convolvulaceae. Umbi berbentuk serupa kerucut warna coklat tua, banyak akar-akar serabut. Panjang 4-10 cm, lebar puncak 1-3 cm.
Susunan isi : damar, zat pahit dan pati.
Penggunaannya : sebagai ekspektoransia, antiseptik (obat kumur).
5. Syzygii Semen (Biji Jamblang)
Biji jamblang adalah biji Eugenia cumini Merr. Suku Mirtaceae.
Susunan isi : minyak menguap 0,5 %, zat penyamak 6 %, Asam galus, Asam elag, pati 40 %, minyak lemak, damar, glukosida yamboiin.
Penggunaannya : Obat kencing manis dalam bentuk infus 2,5-6 gram.
6. Biglobisae Semen (Biji kedawung)
Biji kedawung adalah biji Parkia biglobosa Bentham. Suku leguminosa. Bau seperti petai, rasa agak pahit. Biji bulat memanjang, pipih, dekat tepi biji terdapat garis rusuk melingkar warna coklat tua kehitaman, pangkal biji berwarna coklat kemerahan.
Susunan isi : Glikosida, damar, tannin, garam-garam alkali.
Penggunaannya : Sebagai obat mulas dan obat diare.
7. Tinosporae Cortex (Brotowali)
(Suku Menispermaceae), rasa amat pahit. Simplisia merupakan keping-keping tipis-tipis panjang dengan banyak tonjolan-tonjolan dan beralur memanjang, warna coklat tua kehitaman. Susunan isi damar warna hijau kekuningan, alkaloid. Penggunaan, sebagai tonikum, obat demam.
8. Guazumae Folium (Daun Jati belanda)
Daun jati belanda adalah daun Guazuma ulmifolia Lamarch var. Tomentosa suku Sterculiaceae. Bau aromatik, rasa agak khelat. Helai daun berbentuk bulat telur, ujung daun berbentuk jantung yang kadang-kadang tidak setengkup, tepi daun bergerigi, permukaan daun kasar warna hijau kecoklatan sampai coklat muda. Panjang 8-15 cm. Susunan isi : Lendir, zat penyamak dan damar alkaloid. Penggunaan, Obat langsing.
9. Andrograpidis herba (sambiloto)
Herba sambiloto adalah bagian diatas tanah tanaman Andrograpis paniculata Nees suku Acanthaceae. Pemerian, tidak berbau dan rasa pahit. Batang tidak berambut tebal 2-6 mm, persegi empat daun bersilang berhadapan, bentuk lidah tombak, panjang 2-7 cm, lebar 1-3 cm, rapuh, tipis tidak berambut, ujung dan pangkal daun runcing, tepi daun rata. Permukaan atas berwarna hijau tua atau hijau kecoklatan, permukaan bawah berwarna hijau pucat, tangkai daun pendek. Susunan isi, Asam karsi, damar, logam alkali. Penggunaan, diuretik, antipiretik.
10. Sindorae Fructus (Saparantu)
Separantu adalah buah Sindora sumatrana Minuel. Suku leguminose. Pemerian, bau lemah, rasa khelat. Susunan isi, minyak lemak, pati, zat penyamak, damar, gom. Penggunaan, Astringensia.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Zat aditif adalah material yang ditambahkan untuk meningkatkan kemampuan (properties) dari polimer.
2. Jenis-jenis bahan tambahan:
· Bahan pelunak (plasticizer)
· Bahan penyetabil (stabilizer)
· Bahan pengisi (filler)
· Pewarna (colorant)
· Antikorosi
· Antistatis
· Bahan perekat
3. Resin atau dammar adalah suatu campuran yang kompleks dari ekskret tumbu-tumbuhan dan insekta, biasanya berbentuk padat dan amorf dan merupakan hasil terakhir dari metabolisme dan dibentuk dari ruang-ruang skizogen dan skizolisigen
Makalah Resin dan Zat Aditif
0 comments:
Posting Komentar