Home » » Makalah Pemahaman dan Kegunaan Minyak Kelapa Sawit - MK Teknologi Kelapa Sawit - K1 A1 14

Makalah Pemahaman dan Kegunaan Minyak Kelapa Sawit - MK Teknologi Kelapa Sawit - K1 A1 14

BAB I
PENDAHULUAN

1.1              Latar Belakang
Tanaman kelapa sawit di Indonesia banyak dikebunkan oleh perusahaan-perusahaan besar, baik pemerintah maupun swasta. Bahkan masyarakat pun banyak bertanam kelapa sawit. Hal ini menunjukkan bahwa tanaman kelapa sawit sangat cocok tumbuh di Indonesia. Jika Indonesia ditargetkan untuk menjadi negara penghasil minyak kelapa sawit terbesar di dunia, tentunya banyak  orang-orang yang mengelolanya, mulai dari pembibitan, penanaman sampai ke teknik pengelolahan hasil panen harus berlaku profesional.
Tanaman kelapa sawit (Elaeis Guineensis Jacq) merupakan tanaman yang berasal dari Afrika Barat, terutama disekitar Angola sampai Senegal. Saat ini, minyak sawit merupakan salah satu dari sekitar 17 jenis minyak makan yang diperdagangkan secara global dengan standar mutu dan keamanan pangan diatur dan diakui oleh CODEX, sebuah lembaga bentukan bersama antara FAO dan WHO dengan tujuan mengembangkan standar mutu dan keamanan pangan (Anonim, 2005).
Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan tanaman penghasil minyak nabati yang dibutuhkan baik untuk dikonsumsi oleh manusia dan dapat juga dijadikan bahan bakar minyak. Selain itu, tanaman kelapa sawit sebagai penghasil minyak  jauh lebih tinggi (3,74 ton/ha/tahun) dibandingkan dengan minyak nabati utama lainnya seperti, minyak kedelai, minyak bunga matahari dan minyak rapeseed. Kebutuhan penggunaan minyak dan lemak dunia semakin meningkat setiap tahun (Fathurrahman. 2013). Sedangkan produksinya relatif masih kurang dibanding dengan permintaan. Hal ini merupakan peluang yang baik untuk komoditas kelapa sawit agar terus meningkatkan produksi dan luas penanamannya untuk memenuhi permintaan konsumen. Secara umum, penggunaan minyak sawit pada berbagai produk semakin meningkat.
Namun demikian, sampai saat ini, sekitar 80% aplikasi utama minyak sawit masih dilakukan untuk bidang pangan.
1.2              Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dibahas dalam makalah ini yaitu:
1.                  Bagaimana pemahaman tentang kelapa sawit?
2.                  Apakah manfaat kelapa sawit di bidang pangan?
3.                  Apakah manfaat sawit di bidang farmasi?
4.                  Bagaimanakah sifat fisik dan kimia minyak kelapa sawit?
5.                  Apakah keunggulan dari minyak kelapa sawit?
6.                  Apa sajakah hasil olahan minyak kelapa sawit?

1.3              Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Teknologi Minyak Sawit dan memberikan pengetahuan serta wawasan tentang pemahaman dan kegunaan kelapa sawit.












BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1      Pemahaman Sawit
Kelapa sawit berkembang biak dengan cara generatif. Tanaman tersebut memiliki banyak jenis, berdasarkan ketebalan cangkangnya kelapa sawit dibagi menjadi Dura, Psifera, dan Tenera. Dura merupakan kelapa sawit yang buahnya memiliki cangkang tebal sehingga dianggap memperpendek umur mesin pengolah, tetapi biasanya tandan buahnya besarbesar dan kandungan minyak pertandannya berkisar 18%. Adapun tipe Deli Dura adalah tipe Dura yang berasal dari Kebun Raya Bogor (Djoehana, 1991). Psifera buahnya tidak memiliki cangkang tetapi bunga betinanya steril sehingga sangat jarang menghasilkan buah. Tenera merupakan persilangan antara Dura dan Psifera. Jenis tersebut dianggap bibit unggul sebab melengkapi kekurangan masingmasing induk dengan sifat cangkang buah tipis, tetapi bunga betinanya tetap fertil. Beberapa varietas Tenera unggul memiliki persentase daging 90% dan kandungan minyak pertandannya dapat mencapai 28 %.
Kelapa sawit merupakan tumbuhan monokotil berakar serabut. Jika aerasi cukup baik, akar tanaman kelapa sawit dapat menembus kedalaman 8 m di dalam tanah, sedangkan yang tumbuh ke samping dapat mencapai radius 16 m. Keadaan akar tersebut bergantung pada umur tanaman, sistem pemeliharaan, dan aerasi tanah. Di sekitar pangkal batang keluar akar-akar adventif yang menggantung. Jika sudah mencapai tanah, akar-akar adventif akan berubah menjadi akar biasa (Sastrosayono, 2003).
Batang tanaman diselimuti bekas pelepah hingga umur 12 tahun. Setelah umur 12 tahun pelepah kelapa sawit yang mengering akan terlepas sehingga menjadi mirip dengan tanaman kelapa. Pada pertumbuhan awal setelah fase muda (seedling) terjadi pembentukan batang yang melebar tanpa terjadi pemanjangan internodia. Daun kelapa sawit merupakan daun majemuk yang di bagian pangkal pelepah daun terbentuk dua baris duri yang sangat tajam dan keras di kedua sisinya. Anak-anak daun (foliage leaflet) tersusun berbaris dua sampai ke ujung daun (Sunarko, 2008).
Bunga kelapa sawit termasuk berumah satu. Pada tanaman kelapa sawit terdapat bunga betina dan bunga jantan yang letaknya terpisah. Akan tetapi, seringkali terdapat pula tandan bunga betina yang mendukung bunga jantan (hermaprodit). Tandan bunga  jantan dibungkus oleh seludang bunga yang pecah ketika bunga tersebut matang. Tandan bunga yang masak akan memiliki bau yang khas. Pada tanaman kelapa sawit muda, jumlah bunga jantan lebih sedikit dibandingkan dengan bunga betina, tetapi perbandingan tersebut akan berubah sesuai dengan bertambahnya umur tanaman. Bunga betina terletak dalam tandan bunga yang muncul pada ketiak daun. Letak bunga betina dan bunga jantan pada satu pohon terpisah dan matangnya tidak bersamaan, sehingga tanaman kelapa sawit biasanya menyerbuk silang. Penyerbukan terjadi dengan bantuan angin atau oleh serangga (Setyamidjaja, 2006).
            Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis Guinensis) adalah tanaman yang berkeping satu termasuk ke dalam famili palmae. Nama genus dari kelapa sawit ialah Elaeis yang berasal dari bahasa Yunani Elaion atau minyak, sedangkan nama spesies dari kelapa sawit ialah Guinensis yang berasal dari kata Guinea, yaitu tempat di mana seorang ahli bernama Jacquin menemukan tanaman kelapa sawit.
Minyak kelapa sawit adalah minyak yang diperoleh dari proses pengempasan daging buah tanaman Elaeis guineensis Jacg. Hasil utama yang dapat diperoleh dari tandan buah sawit ialah minyak sawit yang terdapat pada daging buah (mesokrap) dan minyak inti sawit yang terdapat pada kernel. Kedua jenis minyak ini berbeda dalam hal komposisi asam lemak dan fisika-kimia.
Minyak kelapa sawit dapat dihasilkan dari inti kelapa sawit yang dinamakan minyak inti sawit atau Palm Kernel Oil (PKO) dan sebagai hasil samping ialah bungkil inti kelapa sawit (Palm Kernel Meal atau Pellet). Minyak inti sawit ini juga mengandung asam laurat dan terdiri dari buah setelah pemotongan kulit dan inti. Minyak kelapa sawit dapat juga dimanfaatkan di berbagai industri  karena memiliki susunan dan kandungan gizi yang cukup lengkap. Industri yang banyak menggunakan minyak sawit sebagai bahan baku ialah industri pangan serta industri non pangan seperti kosmetik dan farmasi dalam pengolahan obat-obatan. Bahkan minyak sawit telah dikembangkan sebagai salah satu bahan bakar.
Gambar 2.1 Kelapa Sawit
Buah kelapa sawit tersusun atas beberapa bagian, yaitu
1.                  Perikarp, yang terdiri dari:
a.                   Epikarpiun, yaitu kulit buah yang keras dan licin.
b.                  Mesokarpium, yaitu bagian buah yang berserabut dan mengandung minyak dengan rendemen paling tinggi (56 %), menghasilkan minyak sawit kasar/Crude Palm Oil (CPO)
2.                  Biji, yang terdiri dari:
a.         Endokarpium (kulit biji yaitu tempurung), berwarna hitam dan keras.
b.         Endosperm (kernel yaitu daging biji) berwarna putih yang menghasilkan minyak inti sawit sebesar 44 %  atau Palm Kernel Oil (PKO).
(Ayustaningwarno, 2012)
Tabel 2.1 Nilai Konversi Buah Kelapa Sawit
Bagian Buah
Jumlah (Persen)
Dihitung dari 100%
Daging Buah (Perikarp)
58-62
Buah sawit
Biji (Nut)
37-43
Buah sawit
Daging Buah:      Air
                           Minyak
                           Ampas
36-40
46-50
13-15
Daging buah
Daging buah
Daging buah
Minyak Kelapa Sawit (CPO)
77-82
Daging buah (berat kering)
Minyak Kelapa Sawit (CPO)
28,5-29,5
Berat buah matang segar
Air
27
Berat buah matang segar
Ampas (Serat)
8
Berat buah matang segar
Tempurung
30
Berat buah matang segar
Inti
6
Berat buah matang segar
Biji
78-82
Berat buah matang segar
(Ketaren, 1986)
2.1.1        Varietas Tanaman Kelapa Sawit
Berdasarkan tebal tipisnya tempurung, kelapa sawit dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1.                  Dura
Varietas ini memiliki tempurung yang cukup tebal yaitu antara 2 - 8 mm dan tidak terdapat lingkaran sabut pada bagian luar cangkang.  Daging buah relatif tipis yaitu 35-50 % terhadap buah, kernel (daging biji) lebih besar dengan kandungan minyak sedikit.   
2.                  Pisifera 
Ketebalan cangkang sangat tipis, bahkan hampir tidak ada tetapi daging buahnya tebal, lebih tebal dari buah Dura, daging biji sangat tipis, tidak dapat diperbanyak tanpa menyilangkan dengan jenis lain dan dipakai sebagai pohon induk jantan.  
3.                  Tenera
Berdasarkan tebal tipisnya cangkang sebagai faktor homozygote tunggal yaitu Dura bercangkang tebal jika dikawinkan dengan Pisifera bercangkang tipis maka akan menghasilkan varietas baru  yaitu Tenera. Untuk melihat perbedaan dari vaietas tersebut maka dapat dilihat pada Gambar 2.2:

(A)                                                          (B)                                 (C)
Gambar 2.2 Varietas Dura (A), Psifera (B) dan Tenera (C)
Perbedaan ketebalan daging buah mempengaruhi terjadinya perbedaan jumlah rendemen minyak sawit yang dikandungnya.Varietas yang memiliki daging yang tebal yaitu varietas dura dan varietas tenera, namun varietas tenera memiliki rendemen minyak lebih tinggi yaitu 22-24% dibandingkan varietas dura yang memiliki rendemen minyak sekitar 16-18% (Fauzi, dkk. 2006).
Tabel 2.2 Beda Tebal Tempurung dari  Tipe Kelapa Sawit
Tipe
Tebal Tempurung (mm)
Macrocarya
Tebal sekali: 5
Dura
Tebal : 3-5
Tenera
Sedang: 2-3
Pisifera
Tipis
(Ketaren, 1986)
Berdasarkan warna kulit buahnya kelapa sawit dibedakan atas tiga varietas kelapa sawit yaitu:
a.         Nigrescens yaitu  buah muda bewarna ungu kehitam-hitaman dan buah masak berwarna jingga kehitam-hitaman.
b.         Virescens yaitu buah berwarna hijau waktu muda dan matang menjadi orange.
c.         Albescens yaitu buah muda warna keputih-putihan dan buah masak kekuning-kuningan dan ujungnya ungu kehitaman  (Fauzi dkk, 2006).
Seperti halnya lemak dan minyak lainnya, minyak kelapa sawit terdiri atas trigliserida yang merupakan ester dari gliserol dengan tiga molekul asam lemak dan  menurut reaksi sebagai berikut:


     (2.1)



Bila R1 = R2 = R3 atau ketiga asam lemak penyusunnya sama maka trigliserida ini disebut trigliserida sederhana, dan apabila salah satu atau lebih asam lemak penyusunnya tidak sama maka disebut trigliserida campuran. Asam lemak merupakan rantai hidrokarbon yang setiap atom karbonnya mengikat satu atau dua atom hidrogen kecuali atom karbon terminal mengikat tiga atom hidrogen, sedangkan atom karbon terminal lainnya mengikat gugus karboksil. Asam lemak yang pada rantai hidrokarbonnya terdapat ikatan rangkap disebut asam lemak tidak jenuh, dan apabila tidak terdapat ikatan rangkap pada rantai hidrokarbonnya karbonnya disebut dengan asam lemak jenuh. Secara umum struktur asam lemak dapat digambarkan sebagai berikut:
  (2.2)
           
Makin jenuh molekul asam lemak dalam molekul trigliserida, makin tinggi titik beku atau titik cair minyak tersebut. Sehingga pada suhu kamar biasanya berada pada fase padat. Sebaliknya semakin tidak jenuh asam lemak dalam molekul trigliserida maka makin rendah titik cair minyak tersebut sehingga pada suhu kamar berada pada fase cair. Minyak kelapa Sawit adalah lemak semi padat yang mempunyai komposisi yang tetap. Berikut ini adalah Tabel dari komposisi trigliserida dan tabel komposisi asam lemak dari minyak kelapa sawit.
Tabel 2.3 Komposisi Trigliserida dalam Minyak Kelapa Sawit
Trigliserida
Jumlah (%)
Tripalmitin
3 – 5
Dipalmito – Stearine
1 – 3
Oleo – Miristopalmitin
0 – 5
Oleo – Dipalmitin
21 – 43
Palmito – Diolein
10 – 11
Stearo – Diolein
32 – 48
Oleo – Palmitostearine
0 – 6
Linoleo – Dioein
3 – 12
(Ketaren, 1986)
Selain trigliserida masih terdapat senyawa non trigliserida dalam jumlah kecil, yang termasuk senyawa non trigliserida ini antara lain: motibgliserida, digliserida, fosfatida, karbohidrat, turunan karbonidrat, protein, beberapa mesin dan bahan-bahan berlendir atau getah (gum) serta zat-zat berwarna yang memberikan warna serta rasa dan bau yang tidak diinginkan.
Dalam proses pemurnian dengan penambahan alkali (biasanya disebut dengan proses penyabunan). Beberapa senyawa non trigliserida ini dapat dihilangkan, kecuali beberapa senyawa yang disebut dengan senyawa yang tak tersabunkan seperti tercantum dalam Tabel 2.4
Tabel 2.4 Komposisi Senyawa yang tak Tersabunkan Dalam Minyak Sawit.
Senyawa
%
ppm
Karotenoida
 - Karotenoida
 – Karotenoida
 – Karotenoida 

36,2
54,4
3,3
500 – 700
Likopene
3,8

Xanthophyl
2,2

Tokoperol
 - tokoperol
tokoperol
 – Karotenoida 

35
10
35

500 – 800
Sterol
- Kolesterol
- Stigmasterol
 – sitosterol
- kompesterol

4
21
63
21
Mendekati 300
Phospatida


Alkohol total
- Triterpenik alkohol
- Alifatik alkohol

80
26
Mendekati 800
(Jakobsberg, 1969)
2.1.2    Standar Mutu Minyak Kelapa Sawit
Menentukan apakah mutu minyak itu termasuk baik atau tidak diperlukan standard mutu. Ada beberapa faktor yang menentukan standard mutu yaitu kandungan air dan kotoran dalam minyak kandungan Asam Lemak Bebas (ALB), warna dan bilangan peroksida. Faktor lain yang mempengaruhi standar mutu adalah titik cair kandungan gliserida, refining loss, plastisitas dan supreadability, kejernihan kandungan logam berat dan bilangan penyabunan.
Istilah mutu sebenarnya dapat dibedakan menjadi dua arti. Yang pertama adalah mutu minyak sawit dalam arti benar-benar murni dan tidak tercampur dengan minyak nabati lain. Mutu minyak sawit dalam arti yang pertama dapat ditentukan dengan menilai sifat-sifat fisiknya, antara lain titik lebur angka penyabunan, dan bilangan yodium. Sedangkan yang kedua, yaitu mutu minyak sawit yang dilihat dalam arti penilaian menurut ukuran. Dalam hal ini syarat mutunya diukur berdasarkan spesifikasi standar mutu internasional, yang meliputi kadar Asam Lemak Bebas, air, kotoran, logam, besi, logam tembaga, peroksida, dan ukuran pemucatan. Dalam dunia perdagangan, mutu minyak sawit dalam arti yang kedua lebih penting.
2.2       Manfaat Tanaman Kelapa Sawit
            Bagian tanaman kelapa sawit yang bernilai ekonomis adalah buah. Buah tersusun dalam sebuah tandan dan disebut TBS (Tandan Buah Segar). Buah diambil minyaknya dengan hasil sabut (daging buah atau mesocrap) menghasilkan minyak sawit kasar (CPO) 20-24% dan inti sawit sebanyak 6% yang menghasilkan inti sawit (PKO) 3-4%.
            Minyak sawit dapat dimanfaatkan di berbagai industri karena memiliki susunan dan kandungan gizi yang cukup lengkap. Industri yang banyak menggunakan minyak sawit sebagai bahan baku adalah industri pangan serta industri non pangan seperti kosmetik, farmasi, serta minyak sawit telah dikembangkan sebagai salah satu bahan bakar  (Fauzi dkk, 2006).
Berbagai hasil penelitian mengungkapkan bahwa minyak sawit memiliki keunggulan dibandingkan dengan minyak nabati lainnya.  Menurut (Pahan, 2006) minyak kelapa sawit mempunyai beberapa keunggulan, antara lain: 
a.       Tingkat efisiensi minyak sawit tinggi sehingga mampu menempatkan CPO 
menjadi sumber minyak nabati termurah.
b.      Produktivitas minyak sawit tinggi yaitu 3,2 ton / ha, sedangkan minyak kedelai 0,34; lobak 0,51; kopra 0,57 dan minyak bunga matahari 0,53 ton / ha.
c.       Sifat minyak kelapa sawit cukup menonjol dibandingkan dengan minyak nabati lainnya, karena memiliki keluasan dalam ragam kegunaan baik di bidang pangan maupun non pangan.
d.      Sekitar 80 % dari penduduk dunia, khususnya di negara berkembang masih  berpeluang meningkatkan konsumsi per kapita dari minyak dan lemak terutama minyak sawit yang harganya murah.
e.       Terjadinya pergeseran dalam industri yang menggunakan bahan baku minyak bumi ke bahan yang lebih bersahabat dengan lingkungan yaitu oleokimia yang berbahan baku CPO, terutama di beberapa negara maju  seperti Amerika Serikat, Jepang, dan Eropa Barat.
2.2.1    Minyak Kelapa Sawit untuk Industri Pangan
            Kenyataan yang menunujukkan bahwa banyak di bidang industri maupun konsumen yang cenderung menyukai dan menggunakan minyak kelapa sawit. Dari aspek ekonomi, harganya yang relatif murah dibandingkan dengan minyak nabati lain. Selain itu, Komponen yang terkandung di dalam minyak kelapa sawit lebih banyak dan beragam sehingga pemanfaatannya juga beragam. Dari aspek kesehatan yaitu kandungan kolesterolnya rendah. Saat ini telah banyak pabrik pengolah yang memproduksi minyak goreng dari kelapa sawit dengan kandungan kolesterol yang rendah.
            Minyak kelapa sawit yang dipergunakan sebagai produk pangan dihasilkan dari minyak sawit maupun minyak inti sawit melalui proses fraksinasi, rafinasi, dan hidrogenesis. Produksi CPO Indonesia sebagian besar difraksinasi sehingga dihasilkan fraksi olein cair dan fraksi strein padat.  Fraksi olein tersebut digunakan
untuk memenuhi kebutuhan domestik sebagai pelengkap minyak goreng dari minyak kelapa (Fauzi dkk, 2006).
Minyak sawit untuk industri pangan digunakan dalam bentuk:
a.       Minyak Goreng
Minyak goreng merupakan salah satu bahan makanan pokok yang dikonsumsi oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia, baik yang berada di pedesaan maupun di perkotaan. Dalam satu dekade terakhir, sejalan dengan semakin menurunnya produksi kelapa dan meningkatnya produksi sawit, konsumsi minyak goreng kelapa sawit terus mengalami peningkatan. Baik oleh rumah tangga maupun oleh industri makanan, fungsi minyak goreng pada umumnya bukan sebagai bahan baku, namun sebagai bahan pembantu. Fungsinya sangat penting dalam menciptakan aroma, rasa, warna, daya simpan dan dalam beberapa hal juga peningkatan nilai gizi. Dengan kandungan kadar karotein yang tinggi, minyak sawit merupakan sumber provitamin A yang murah dibanding dengan bahan baku lainnya. Dari Refined, Bleaching and Deodorized (RBD) olein dan stearin dengan proses pemisahan akan dihasilkan bermacam-macam produk yang biasa disebut industri oleochemic.
 Sebagai bahan pangan, minyak sawit mempunyai beberapa keunggulan dibanding minyak goreng lain, antara lain mengandung karoten yang diketahui berfungsi sebagai anti kanker dan tokoferol sebagai sumber vitamin E. Parameter  SNI 01-3741-1995 syarat mutu minyak goreng terdapat pada Tabel 2.5
Tabel 2.5 Parameter  SNI 01-3741-1995 Syarat Mutu Minyak Goreng
No
Kriteria
Persyaratan
1
Bau dan Rasa
Normal
2
Warna
Muda Jernih
3
Kadar Air
Maksimal 0,3%
4
Berat Jenis
0,900 g/liter
5
Asam Lemak Bebas
Maksimal 0,3%
6
Bilangan Peroksida
Maksimal 2 Meg/Kg
7
Bilangan Iod
45-46
8
Bilangan Penyabunan
196-206
9
Indeks Bias
1,448-1,450
10
Cemaran Logam
Maksimal 0,1 mg/kg
Minyak goreng adalah bahan pangan dengan komposisi utama trigliserida berasal dari bahan nabati, tanpa perubahan kimiawi, termasuk hidrogenasi, pendinginan dan telah melalui proses pemurnian (SNI, 2002).
b.      Margarin
Margarin terbuat dari lemak nabati yang dicampur dengan pengemulsi dan bahan-bahan tambahan lainnya sehingga membentuk krim setengah padat dengan tekstur yang lebih kaku dibandingkan dengan mentega. Secara fisik, margarin memiliki warna kuning terang, tidak mudah meleleh dalam suhu ruangan dan lebih tahan lama serta rasanya cenderung lebih asin.
Margarin mengandung banyak lemak tak jenuh yang kaya akan Omega-3 dan Omega-6 yang baik untuk kesehatan. Namun, beberapa jenis atau merk margarin juga mengandung lemak trans yang merupakan kolestrol jahat. Zat tersebut merupakan hasil sampingan dari hidrogenasi miyak nabati sehingga kini produsen makanan berusaha untuk menghindari atau meminimalisir proses hidrogenasi seiring meningkatnya kesadaran untuk hidup sehat.
Gambar 2.3 Margarin
c.       Butter (Mentega)
Menurut bahan pembuatnya, mentega terbuat dari lemak hewani yang biasanya berasal dari krim susu atau lemak susu. Secara fisik, mentega memiliki tekstur yang lebih lembek jika dibandingkan dengan margarin sehingga tidak dapat bertahan walau dalam suhu ruangan atau mudah meleleh. Warnanya cenderung lebih pucat dan memiliki aroma khas yang sangat enak seperti aroma susu. Mentega tidak dapat disimpan lama di udara terbuka karena mudah teroksidasi dan berbau tengik. Karena berbahan dasar lemak hewani, mentega memiliki kadar kalori dan lemak jenuh yang sangat tinggi. Tentunya hal tersebut kurang baik bagi kesehatan karena mengandung kolestrol jahat yang dapat berakumulasi dalam tubuh jika dikonsumsi secara berlebihan. Namun begitu, mentega lebih banyak disukai karena rasa dan aromanya yang menggugah selera.
Gambar 2.4 Mentega (Butter
                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                
d.      Vanaspati
Vanspati dibuat dari lemak nabati, sedangkan ghee dibuat dari lemak padat hewani. Pada awalnya vanaspati dibuat dari minyak biji kapas dan minyak kacang tanah. Tahun-tahun kemudian digunakan minyak kedelai dan minyak kelapa sawit sebagai bahan vanaspati.
Vanaspati atau lemak nabati diperoleh dengan hidrogenasi. Hidrogenasi reaksi kimia yang disebabkan dengan menambahkan hidrogen dalam senyawa. Hal ini biasanya dilakukan untuk mengurangi atau menjenuhkan senyawa organik dengan menambahkan pasangan ataom hidrogen untuk molekul adanya katalis. Karakteristik vanaspati yaitu lembut, penampilannya menyerupai ghee alami (mentega), berasal dari tanaman dan terdiri dari trigliserida, gliserida di mana gliserol diesterifikasi dengan tiga asam lemak. Warnanya putih dan kasar, hal ini digunakan sebagai pengganti ghee dalam memasak serta dalam produksi roti, permen dan makanan ringan. Vaspati umumnya memiliki titik leleh 37-39°C, hampir sama dengan titik leleh minyak kelapa sawit. Proses pembuatan Vanaspati dapat dilihat pada Gambar  2.5
Gambar  2.5 Diagram Alir Proses Pembuatan Vanaspati
e.       Shortening
Shortening yang dikenal di pasaran sebagai “Mentega Putih” adalah lemak yang dapat dimakan (edible fat) yang digunakan untuk berbagai macam keperluan seperti membuat adonan roti, bahan untuk membuat butter cream, dan juga untuk menggoreng. Disebut sebagai Shortening karena pada saat adonan roti dicampur, lemak akan menghambat pembentukan gluten yang ada pada terigu, atau dengan kata lain memperpendek gluten (dalam bahasa Inggris to shorten). Dari kata to shorten atau memperpendek inilah muncul istilah Shortening.
Perbedaan utama antara margarin dan shortening adalah margarin mengandung kadar air sedangkan shortening tidak mengandung kadar air sama sekali. Tetapi perbedaan ini tidak kasat mata artinya orang tidak dapat merasakan kadar air dalam produk. Perbedaan yang kasat mata antara shortening dan margarin adalah warnanya. Umumnya margarin berwarna kuning sehingga dipasaran dikenal sebagai mentega kuning, sedangkan shortening berwarna putih sehingga di pasaran dikenal sebagai mentega putih. Secara umum Gambar 2.6 di bawah ini memperlihatkan perbedaan antara Shortening dan Margarin.
http://www.bakerymagazine.com/wp-content/uploads/2012/12/Edisi-desember-2012-all-Edited29.bmp
Gambar 2.6 Margarin dan Shortening
Meskipun demikian ada beberapa pengecualian, contohnya ada margarin tanpa garam, margarin yang tidak diberi warna atau margarin putih, dan ada shortening yang diberi warna seperti pastry shortening, dan ada shortening yang diberi pewarna dan aroma seperti BOS.
Sebagai bahan pangan, minyak sawit mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan dengan minyak goreng lain, antara lain mengandung karoten yang diketahui berfungsi sebagai anti kanker dan tokoferol sebagai sumber vitamin E  (Fauzi dkk, 2006).
Di samping itu, kandungan asam linoleat dan lenolenatnya rendah sehingga minyak goreng yang terbuat dari buah sawit memiliki kemantapan kalor (Heat stebility) yang tinggi dan tidak mudah teroksidasi.  Oleh kerena itu, minyak sawit sebagai minyak goreng bersifat lebih awet dan makanan yang digoreng menggunakan minyak sawit tidak mudah tengik  (Fauzi dkk, 2006).
2.2.2    Minyak Sawit untuk Industri Non Pangan
Minyak kelapa sawit  memiliki potensi yang cukup besar untuk digunakan dalam industri-industri nonpangan, industri farmasi, dan industri oleokimia (fatty acids, fatty alkohol, dan gliserin). Produk nonpangan yang dihasilkan dari minyak kelapa sawit dan minyak inti kelapa sawit diproses melalui proses hidrolisis atau yang sering disebut proses splitting untuk menghasilkan asam lemak dan gliserin.
a.         Bahan Baku untuk Industri Farmasi
Dari minyak sawit dapat dihasilkan berbagai kosmetik dan obat-obatan seperti Cream, Shampo, Lotion, Pomade dan Vitamin. Minyak sawit lebih mudah diabsorpsi kulit dibandingkan dengan minyak lainnya sehingga relatif lebih efektif dalam penggunaannya. Minyak sawit mengandung vitamin E yang disebut sebagai tocopherol dan tocotrienol.
Kandungan minor dalam minyak sawit berjumlah kurang lebih 1 %, antara lain terdiri dari karoten, tokoferol, sterol, alkohol, triterpen, fosfolipida. Kandungan minor menjadikan minyak sawit dapat digunakan sebagai bahan baku dalam industri farmasi.  Diantara kandungan minor yang sangat berguna tersebut antara lain karoten dan  tokoferol yang dapat mencegah kebutaan (Defisiensi vitamin A) dan pemusnahan radikal bebas yang selanjutnya juga bermanfaat untuk mencegah kanker, arterosklerosis dan memperlambat proses penuaan.
Minyak kelapa sawit juga mempunyai potensi yang cukup besar untuk industri kosmetik dan farmasi karena mempunyai sifat sangat mudah diabsorpsi oleh kulit yang banyak dipakai untuk pembuatan shampoo, krim (cream), minyak rambut, sabun cair, lipstik dan lain-lain. Minyak kelapa sawit mengandung ß-karotena yang cukup tinggi.  Karotena ini banyak dipakai untuk obat kanker paru-paru dan kanker payudara.
1.         Karoten
Karoten dikenal sebagai pigmen warna jingga. Kandungan dalam minyak sawit mencapai 0,005 - 0,18 %.  Setiap satu ton minyak mengandung kurang lebih  240 garam karoten.  Berdasarkan hasil penelitian, karoten dapat dimanfaatkan sebagai obat kanker paru - paru dan payudara.  Selain sebagai obat anti kanker, karoten juga merupakan sumber vitamin A yang cukup potensial.  Karoten terdiri dari 36 % alfakaroten dan 54 % betakaroten dan tersimpan dalam daging buah kelapa sawit  (Fauzi dkk, 2006).
2.         Tokoferol
Tokofenol dikenal sebagai antioksidan alam dan sebagai sumber vitamin E.  Kandungan tokoferol dalam CPO berkisar 600-1000 ppm, dalam olein 800-12000 ppm dan stearin 250-530 ppm.  Minyak sawit yang bermutu baik mengandung tokoferol berkisar antara 500-800 ppm  (Fauzi dkk, 2006).
b.         Bahan Baku Oleokimia
Oleokimia adalah bahan baku industri yang diperoleh dari minyak nabati, termasuk diantaranya  adalah minyak sawit dan minyak inti sawit. Produksi utama yang digolongkan oleokemikal adalah asam lemak, lemak alkohol, asam amino, metil ester dan gliserin. Bahan-bahan tersebut mempunyai spesifikasi penggunaan sebagai bahan baku industri termasuk industri kosmetik dan aspal. Oleokimia juga digunakan sebagai bahan pembuatan detergen. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.7 di bawah ini.

Penghasil Oleokemikal Dasar
 

-          Asam lemak
-          Lemak
-          Alkohol
-          Lemak amina
-          Metil ester
-          Gliserin
 

Penghasil Derivatif
 

Industri:
-          Tekstil
-          Kertas
-          Kulit
-          Kosmetik
-          Pelengkap bangunan
-          Pestisida
-          Insektisida
-          Detergen
-          Sabun

 
 

                                                                         







Gambar 2.7 Pengolahan Oleokimia untuk Berbagai Industri
            Adapun kegunaan daripada bahan oleokimia dasar tersebut adalah:
1.         Asam lemak
Asam lemak minyak kelapa sawit dihasilkan dari proses hidrolisis, baik secara kimiawi maupun secara enzimatik. Proses hidrolisis menggunakan enzim lipase dari jamur Aspergillus niger dinilai lebih menghemat energi karena dapat berlangsung pada suhu 10-25°C. Selain itu, proses ini juga dapat dilakukan pada fase padat. Namun, hidrolisis enzimatik mempunyai kekurangan pada lambatnya proses yang berlangsung yaitu 2-3 hari. Asam lemak yang dihasilkan dihidrogenasi, lalu didestilasi dan selanjutnya difraksinasi sehingga dihasilkan asam-asam lemak murni.
Asam-asam lemak tersebut digunakan sebagai bahan untuk detergen, bahan softener (pelunak) untuk produksi makanan, tinta, tekstil, aspal, perekat. Contoh dari asam lemak yang digunakan sebagai bahan baku olekimia ialah asam laurat, asam stearat, asam miristat. (Fauzi dkk, 2006). Gambar 2.8 menunjukkan rumus molekul asam lemak.
O
                                                         R      C     OH
Gambar 2.8 Rumus Molekul Asam Lemak
            Sifat-sifat asam lemak ditentukan oleh rantai hidrokarbonnya. Asam lemak
berantai jenuh yang mengandung 1 sampai 8 atom karbon berupa cairan sedangkan lebih dari 8 atom karbon berupa padatan. Asam stearat mempunyai titik cair 70°C tetapi dengan adanya satu saja ikatan tidak jenuh seperti asam oleat, titik cairnya menurun sampai 14°C. Dengan tambahan beberapa ikatan rangkap, titik cair bisa lebih rendah lagi. Struktur asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh sangat berbeda sekali. Apabila ada ikatan rangkap pada rantai hidrokarbon asam lemak, maka akan didapat isomer geometrinya. Pada asam lemak jenuh, ujung rantai hidrokarbonnya berkonformasi dan tidak terbatas karena tiap ikatan tulang karbonnya dapat dengan bebas berotasi. Sedangkan asam lemak tidak jenuh berotasi kaku karena adanya rantai ikatan rangkap. Bentuk cis kurang stabil jika dibandingkan dengan bentuk trans, karena itu dengan katalis bentuk cis bisa berubah menjadi bentuk trans.
Menurut ada atau tidaknya ikatan rangkap yang dikandung asam lemak, maka asam lemak dapat dibagi menjadi:
1.                  Asam lemak jenuh yaitu mempunyai ikatan tunggal atom karbon (C), di mana masing-masing atom karbon ini akan berikatan dengan atom hidrogen (H). Contoh: Asam butirat (C4), asam kaproat (C6), asam kaprilat (C8), asam kaprat (C10), umumnya sampai dengan C10 ini sifat asam lemak adalah cair dan mulai C12- C24 bersifat padat.
2.                  Asam lemak tak jenuh tunggal, asam lemak ini selalu mengandung paling sedikit satu ikatan rangkap antara 2 atom karbon (C) dengan kehilangan paling sedikit 2 atom hidrogen (H). Asam lemak yang mempunyai satu ikatan rangkap disebut asam lemak tidak jenuh dikenal dengan MUFA (Mono Unsaturated Fatty Acid). Contoh: asam palmitat (C16) dan asam oleat (C18).
3.                  Asam lemak tak jenuh poli yaitu asam lemak yang mengandung lebih dari satu ikatan rangkap. Asam lemak ini dikenal dengan PUFA (Poly Unsaturated Fatty Acid).
Menurut jumlah atom karbon-karbon yang terikat dalam rantai gliserida, maka asam lemak dapat dibedakan:
1.                  Asam lemak berantai pendek
Asam lemak yang mempunyai atom karbon sebanyak 4-6 buah.
2.                  Asam lemak berantai sedang
Asam lemak yang mempunyai atom karbon sebanyak 8-12 buah.
3.                  Asam lemak berantai panjang
Asam lemak yang memiliki atom karbon sebanyak 14-18 buah.
2.         Lemak Alkohol (R-CH2-OH)
Lemak alkohol adalah alkohol alifatis yang merupakan turunan dari lemak alam ataupun minyak alam. Lemak alkohol merupakan bagian dari asam lemak dan lemak aldehid. Lemak alkohol biasanya mempunyai atom karbon dalam jumlah genap. Molekul yang kecil digunakan dalam kosmetik, makanan dan pelarut dalam industri. Molekul besar digunakan sebagai bahan bakar. Contoh dari lemak alkohol ialah kaprilat alkohol (1-oktanol), miristat alkohol (1-tetradekanol), stearat alkohol (1-octadecanol).
Lemak alkohol adalah bahan dasar pembuatan detergen, yang umumnya berasal dari metil ester asam laurat. Minyak inti sawit yang kaya asam laurat merupakan bahan dasar pembuatan lemak  alkohol.
3.         Lemak Amina (R-CH2-NH2)
Lemak amina digunakan sebagai bahan dalam industri plastik, sebagai pelumas dan pemantap.  Selain itu, digunakan sebagai salah satu bahan baku dalam industri tekstil, surfaktan dan lain-lain. Contoh dari lemak amina yang digunakan dalam bahan baku oleokimia yaitu amina oksida dan amina etoksilat. (Fauzi dkk, 2006). 
4.         Metil Ester
Metil ester dihasilkan melalui proses waterfiksasi pada lemak yang diberi metanol atau etanol, dengan katalisator nametoksi (natrium metoksida). Senyawa ini merupakan hasil dari asam lemak pada pembuatan lemak  alkohol.  Metil ester dapat digunakan sebagai bahan pembuatan sabun Contoh dari metil ester adalah metil ester sulfonat. (Fauzi dkk, 2008). Berikut Gambar 2.9 yang menunujukkan rumus molekul metil eter:
Gambar 2.9 Rumus Molekul Metil Ester
5.         Gliserin
Gliserin merupakan hasil pemisahan asam lemak. Gliserin terutama digunakan dalam industri kosmetik yaitu sebagai bahan pelarut dan pengatur kekentalan shampoo, pomade, obat kumur serta pasta gigi.  Selain itu, gliserin berfungsi sebagai hemaktan pada industri rokok, permen karet, minyak pelincir, cat, adesif, plester dan sabun. Contoh dari gliserin dalam pembuatan bahan baku oleokimia yaitu sorbitol, lesitin dan propilen glikol (Fauzi dkk, 2006).
Gambar 2.10 Rumus Molekul Gliserin
c.         Minyak Sawit sebagai Bahan Bakar Alternatif (Palm Biodiesel)
Palm biodiesel dibuat dengan menggunakan bahan baku minyak sawit (CPO) maupun minyak inti sawit (PKO). Produksi palm biodiesel dapat dilakukan
melalui transesterifikasi minyak sawit dengan metanol.  Proses ini dianggap lebih efisien dan ekonomis bila dibandingkan dengan cara esterifikasi hidrolisis dengan metanol (Fauzi dkk, 2006).
Palm biodiesel mempunyai sifat kimia dan fisika yang sama dengan minyak bumi (patroleum diesel) sehingga dapat digunakan langsung untuk mesin diesel atau dicampur dengan petroleum diesel.  Namun, palm biodiesel memiliki keunggulan lain yaitu mengandung oksigen sehingga flash point-nya lebih tinggi dan tidak mudah terbakar.  Selain itu, palm biodiesel merupakan bahan bakar yang lebih bersih dan mudah ditangani karena tidak mengandung sulfur atau senyawa benzen yang karsinogenik  (Fauzi dkk, 2006).
Pengembangan palm biodiesel yang berbahan baku minyak sawit terus dilakukan karena selain untuk mengantisipasi cadangan minyak bumi yang semakin terbatas, produk biodiesel termasuk produk yang bahan bakunya dapat diperbaharui dan ramah limgkungan. Di samping itu, produksi gas karbondioksida (CO2) dari hasil pembakarannya dapat dimanfaatkan kembali oleh tanaman. Penggunaan palm biodiesel juga dapat mereduksi efek rumah kaca, polusi tanah, serta melindungi kelestarian perairan dan sumber air minum  (Fauzi dkk, 2006).



d.         Minyak Kelapa Sawit untuk Kesehatan
            Adapun manfaat minyak kelapa sawit untuk kesehatan adalah sebagai berikut:
1.                  Menjaga Kesehatan Sistem Kardiovaskular
Sistem kardiovaskular merupakan suatu sistem organ untuk memindahkan zat (nutrien seperti asam amino dan elektrolit, hormon, sel darah dll) menuju sel-sel tubuh manusia. Sistem ini juga menolong stabilisasi suhu dan pH tubuh (bagian dari homeostasis atau keseimbangan).
            Seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa minyak sawit memiliki manfaat dalam menjaga kesehatan jantung. Hal ini karena minyak kelapa sawit memiliki kandungan HDL (High Density Lipoprotein) yang dapat memberikan keseimbangan antara jumlah LDL (Low Density Lipoprotein) sehingga dapat menetralisir efek buruk yang diberikan LDL. Low Density Lipoprotein  juga dikenal dengan kolesterol jahat yang sangat memberikan efek buruk terhadap organ-organ sistem kardiovaskular terutama jantung.
2.                  Mencegah Terjadinya Kanker
            Kelapa sawit memiliki manfaat dalam mencegah terjadinya berbagai jenis kanker   seperti kanker payudara, kanker usus besar, kanker prangkeas, kanker prostat dan kanker hati. Hal ini minyak kelapa sawit diperkaya dengan vitamin A, dan vitamin E yang terbukti anti kanker.                                     
3.                  Meningkatkan Sistem Kekebalan Tubuh
            Minyak kelapa sawit dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh secara keseluruhan. Kandungan antioksidan yang terdapat dalam minyak sawit mampu melindungi tubuh terhadap berbagai infeksi dan mencegah berkembangnya berbagai jenis penyakit kronis. Selain itu, kandungan Vitamin A, E, D dan K meningkatkan metabolisme tubuh dan fungsi sel darah putih untuk mencegah infeksi.


4.                  Menjaga Kesehatan Mata
            Kekurangan vitamin A merupakan faktor utama terjadinya gangguan mata seperti mata katarak dan gangguan lainnya. Minyak kelapa sawit memiliki kandungan beta-karoten dan beberapa antioksidan lainnya yang mampu melawan bahaya radikal bebas. Hal ini juga dapat menjaga kualitas kesehatan mata sehingga terhindar dari penyakit katarak. Beta karoten yang terkandung dalam minyak sawit merupakan probiotik Vitamin A, sehingga keberadaanya sangat membantu dalam mengatasi kekurangan vitamin A.
5.                  Menjaga Kesehatan Mental
            Kandungan antioksidan merupakan senyawa yang  penting untuk menjaga kesehatan mental juga. Minyak kelapa sawit mampu melindungi saraf-saraf dalam tubuh kita dari kerusakan yang disebabkan oleh radikal bebas. Dan juga dapat membantu meningkatkan aliran darah ke saraf, agar mengurangi resiko penyakit Alzheimer dan meningkatkan fungsi kognitif. Manfaat minyak kelapa untuk otak berada di bawah penyelidikan dalam mencegah demensia dan gangguan saraf lainnya.
6.                  Detoksifikasi Hati
            Minyak sawit mendetoksifikasi hati dan melindungi terhadap penyakit asam hati non-lemak. Sifat antioksidan yang dimiliki oleh minyak sawit dapat meningkatkan fungsi hati dan mencegah pengendapan partikel dalam hati dan pankreas sehingga dapat mengurangi terjadinya kanker.
7.                  Meningkatkan Kecantikan Kulit dan Rambut
            Kandungan nutrisi yang terdapat dalam minyak sawit dapat meningkatkan kecantikan bagi kulit dan rambut. Minyak sawit digunakan dalam pembuatan produk minyak  untuk rambut dan kulit sebagai aditif untuk menyediakan konten lipid. Kandungan asam lemak esensial yang meningkatkan tekstur kulit dan membuat rambut menjadi kuat. Selain itu, kandungan karoten dan tokoferol dapat melindungi kulit dan rambut dari  bahaya sinar  matahari.

e.         Minyak Kelapa sebagai Pendukung Industri Berat dan Ringan
            Minyak sawit juga dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan oleochemical, baik oleokimia dasar maupun oleokimia turunan seperti glycerol, fatty acid, fatty alcohol, fatty amines, fatty ester, methyl etilene dan senyawa opoksi. Selanjutnya zat-zat ini digunakan sebagai bahan baku beberapa produk seperti cat, bahan pencetak, pasta gigi, farmasi dan obat-obatan, plastik, minyak diesel, kerosene dan gasoline. Juga dapat dihasilkan beberapa senyawa atau zat kimia antioksidan yang sangat dibutuhkan dalam membatasi pembelahan sel yang tidak sempurna dalam penyakit kanker.
Berbagai manfaatnya diantaranya adalah industri kulit (untuk membuat kulit halus dan lentur terhadap tekanan tinggi atau temperatur tinggi), cold rolling dan fluxing agent pada industri perak, dan juga sebagai bahan  pemisah dari material kobalt dan tembaga di industri logam. Sisa dari industri minyak sawit dapat juga dijadikan sebagai bahan bakar boiler dan bahan semi furniture.
2.3       Minyak Inti Kelapa Sawit
Minyak inti sawit merupakan salah satu bagian yang dihasilkan dari biji sawit. Biji sawit tersebut terdiri dari inti sawit dan cangkang. Dari inti sawit inilah dihasilkan minyak inti sawit (PKO), sementara cangkangnya banyak digunakan sebagai bahan arang aktif, bahan pengisi dan partikel board. Pemisahan inti sawit dari bijinya berdasarkan perbedaan berat jenis antara inti sawit dan cangkangnya. Dapat dilihat pada Gambar 2.11 tentang bagian-bagian kelapa sawit.
Gambar 2.11 Bagian-Bagian Kelapa Sawit
Alat yang digunakan untuk pemisahan adalah hydrocyclone separator, dalam hal ini inti dan cangkang dipisahkan oleh air yang berputar dalam sebuah tabung dengan biji-bijinya yang telah pecah dalam larutan lempung yang mempunyai berat jenis 1,16. Inti sawit terapung dan cangkangnya tenggelam. Proses selanjutnya pencucian inti sawit dikeringkan pada suhu 80°C untuk menghindari kerusakan akibat mikroorganisme.
Minyak inti sawit yang baik, berkadar asam lemak bebas yang rendah dan berwarna kuning terang serta mudah dipucatkan. Bungkil inti sawit yang diinginkan berwarna relatif terang dan nilai gizi serta kandungan asam aminonya tidak berubah (Ketaren, 1986). Komposisi asam lemak minyak inti kelapa sawit dapat dilihat dari Tabel 2.6
Tabel 2.6 Komposisi Minyak Inti Sawit
Asam Lemak
Minyak Inti Sawit (%)
Asam kaprilat
3-4
Asam kaproat
3-7
Asam laurat
46-52
Asam miristat
14-17
Asam palmitat
6,5-9
Asam stearat
1-2,5
Asam oleat
13-19
Asam linoleat
0,5-2
(Ketaren, 1986)
Sedangkan komposisi inti kelapa sawit terlihat pada Tabel 2.7
Tabel 2.7 Komposisi Inti Kelapa Sawit
Komponen
Jumlah
Minyak
47-52
Air
6-8
Protein
7,5-9,0
Selulosa
5
2.3.1    Sifat Fisika dan Sifat Kimia dari Minyak Inti Sawit
Sifat-sifat fisika dan kimia dari minyak inti sawit ialah meliputi warna, bau dan flavor, kelarutan, titik cair, titik didih, titik pelunakan, splitting point, shot melting point, bobot jenis, indeks bias, titik kekeruhan, titik asap, titik nyala, titik api. Warna minyak ditentukan oleh adanya pigmen yang masih tersisa setelah proses pemucatan, karena asam-asam lemak dan gliserida tidak berwarna. Warna orange atau kuning disebabkan adanya pigmen karoten yang larut dalam minyak. Bau dan flavor dalam minyak terdapat secara alami, juga terjadi akibat adanya asam-asam lemak berantai pendek akibat kerusakan minyak. Sedangkan bau khas minyak kelapa sawit ditimbulkan oleh persenyawaan beta ionone. Titik cair minyak inti sawit berada dalam kisaran suhu, karena minyak kelapa sawit mengandung beberapa macam asam lemak yang mempunyai titik cair yang berbeda-beda (Ketaren, 1986).
Bilangan asam adalah banyaknya mg KOH yang diperlukan untuk menetralkan 1 gram lemak. Asam lemak bebas adalah kadar asam-asam lemak bebas yang terkandung dalam lemak (SNI, 1998). Bilangan asam menunjukkan banyaknya asam lemak bebas dalam minyak dan dinyatakan dengan mg basa per 1 gram minyak. Bilangan asam juga merupakan parameter penting dalam penentuan kualitas minyak. Bilangan ini menunjukkan banyaknya asam lemak bebas yang ada dalam minyak akibat terjadi reaksi hidrolisis pada minyak terutama pada saat pengolahan.

Tabel 2.8 Nilai Sifat Fisika dan Kimia Minyak Inti Sawit dan Minyak Sawit
Sifat
Minyak sawit
Minyak inti sawit
Bobot jenis
0,900
0,900-0,931
Indeks bias
1,4565-14585
1,495-1,415
Bilangan iod
48-56
14-20
Bilangan penyabunan
196-205
244-254
( Ketaren, 1986)

2.4       Pengaruh Asam Lemak Bebas (ALB) terhadap Kualitas Minyak Kelapa Sawit
Asam lemak bebas yang terdapat di dalam minyak kelapa sawit sangat berpengaruh terhadap proses produksi. Kadar asam lemak bebas yang sangat tinggi selama proses pemurnian menunjukkan kehilangan kadar minyak yang besar serta penggunaan bahan pemucat yang besar pula. Dengan kata lain, bila kadar ALB di dalam minyak kelapa sawit tinggi, biaya produksi akan tinggi dan hasil (rendemen) akhir dan produksi rendah.
Pengaruh kadar ALB yang tinggi terhadap mutu minyak produksi yaitu:
1.                  Timbulnya Ketengikan dalam Minyak
Ketengikan diartikan sebagai kerusakan atau perubahan bau flavor dalam minyak, akibat aktivitas enzim-enzim oksidasi, enzim lipase dan enzim peroksidase yang dapat menghidrolisa molekul lemak. Ketengikan juga dapat terjadi jika minyak disimpan dalam jangka yang panjang sehingga akan terjadi proses oksidasi.
2.                  Meningkatnya Kadar Kolesterol dalam Minyak
Pada dasarnya minyak kelapa sawit terdiri dari sejumlah besar asam lemak tidak jenuh yang mengandung fitosterol. ALB di dalam minyak kelapa sawit dihitung sebagai asam palmitat yang merupakan asam lemak jenuh yang mengandung kolesterol. Semakin besar ALB yang terdapat di dalam minyak maka semakin besar pula kadar kolesterol di dalamnya.

2.5       Pemanfaatan Limbah Kelapa Sawit
a.         Hasil Olahan TBS (Tandan Buah Segar)
Tandan buah segar yang diolah tidak hanya menghasilkan minyak sawit dan minyak inti sawit saja, tetapi ada beberapa hasil ikutan dari limbah yang masih dapat dimanfaatkan. Misalnya makanan ternak dan sebagai pupuk.
1.         Sebagai Pupuk
            Menurut Mangoensoekarjo dan Semangun (2005), bahwa limbah pabrik adalah produk sampingan yang dihasilkan pabrik CPO dan PKO dari proses pengolahan TBS. Terdapat dua macam limbah pabrik yaitu limbah padat dan limbah cair. Limbah padat adalah tandan kosong, fiber, cangkang, sampah loading ramp dan solid decanter
Sementara limbah cair adalah limbah cair dari kolam limbah.  Kedua jenis limbah pabrik tersebut dapat diaplikasikan ke tanaman  dengan tujuan adalah:
a.         Dari sisi pabrik adalah untuk mengurangi biaya pengolahan limbah.
b.         Dari sisi kebun adalah untuk mengganti sebagian atau seluruh hara yang biasanya diberikan melalui pupuk anorganik dengan tujuan menghemat biaya pemupukan, mendaur ulang limbah pabrik ke kebun dengan tujuan menghindari pencemaran lingkungan, memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologis serta menambah bahan organik di dalam tanah sehingga perkembangan akar dapat meningkat.
2.         Sebagai Bahan Bakar dan Energi
Cangkang tempurung kelapa sawit dan tandan kosong dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar. Pemanfaatan tempurung sebagai bahan bakar dapat langsung digunakan atau dibuat arang. Tandan kosong, cangkang dan serat dapat digunakan sebagai bahan bakar pembangkit tenaga listrik. Dari TBS sebanyak 10.000 ton mampu menghasilkan listrik sebesar 1.000 KW. Skema kerjanya adalah limbah tersebut dimanfaatkan sebagai bahan bakar untuk menguapkan air, kemudian dialirkan untuk menggerakkan turbin pembangkit listrik.
b.         Tempurung Buah Sawit untuk Arang Aktif
Tempurung kelapa sawit merupakan salah satu limbah pengolahan minyak kelapa sawit yang cukup besar yaitu mencapai 60 % dari produksi minyak. Tempurung buah kelapa sawit dapat dimanfaatkan sebagai arang aktif.  Arang  aktif dimanfaatkan oleh berbagai macam industri antara lain industri minyak, karet, gula, dan farmasi. Selama ini diperkebunan, tempurung kelapa sawit digunakan hanya sebagai bahan bakar pembangkit tenaga uap dan bahan pengeras jalan  (Fauzi dkk, 2006).

c.         Batang dan Tandan Sawit untuk Pulp Kertas
Kebutuhan pulp kertas di Indonesia sampai saat ini masih dipenuhi dari import. Padahal potensi untuk menghasilkan pulp di dalam negeri cukup besar. Salah satu alternatif adalah dengan memanfaatkan batang dan tandan kosong kelapa sawit untuk digunakan sebagai bahan pulp kertas dan papan serat.  Di Indonesia sudah mulai banyak industri kertas memanfaatkan limbah kelapa sawit tersebut sebagai alternatif bahan baku. Proses pembuatan pulp kertas dapat dilakukan dengan dua cara yaitu proses dengan NaOH dan proses dengan sulfat (sulfat tissue). Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa pengolahan dengan sulfat tissue memenuhi Standart Industri Indonesia  (Fauzi dkk, 2006).
d.         Batang Kelapa Sawit Untuk Perabot dan Papan Partikel
Batang kelapa sawit yang sudah tua dapat dibuat sebagai bahan perabot rumah tangga seperti mebel, furniture atau sebagai papan partikel.  Setiap batang kelapa sawit dapat diperoleh kayu sebanyak 0,34 m3.  Sifat-sifat yang dimiliki kayu kelapa sawit tidak berbeda jauh dengan kayu-kayu yang biasa digunakan untuk perabot rumah tangga sehingga berpeluang untuk dimanfaatkan secara luas  (Fauzi dkk, 2006).
e.         Batang Dan Pelepah Sawit Untuk Pakan Ternak
Batang dan pelepah dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Pada prinsipnya terdapat 3 cara pengolahan batang kelapa sawit untuk dijadikan pakan ternak yaitu pengolahan menjadi silase, perlakuan NaOH dan pengolahan dengan menggunakan uap. Untuk pelepah sawit, pengolahan yang paling efisien adalah dengan membuat silase. Pengalaman peternak sapi di Malaysia pada usaha penggemukan sapi dengan skala 1.500 ekor, menggunakan komposisi makanan campuran dengan perbandingan 50 % pelepah kelapa sawit dan 50 % konsentrat  (Fauzi dkk, 2006).
2.6       Warna pada Minyak Kelapa Sawit
Warna pada minyak kelapa sawit merupakan salah satu faktor yang mendapat perhatian khusus, karena minyak kelapa sawit mengandung warna-warna yang tidak disukai oleh konsumen. Menurut Ketaren. S, zat warna dalam minyak kelapa sawit terdiri dari dua golongan yaitu :
1.         Zat warna alamiah
Yang termasuk golongan zat warna alamiah, ini adalah zat warna yang terdapat secara alamiah di dalam kelapa sawit, dan ikut terekstraksi bersama minyak pada proses ekstraksi. Zat  warna tersebut antara lain terdiri dari a-karoten, b-karoten, xanthopil, kloropil dan antosianin. Zat-zat warna tersebut menyebabkan minyak berwarna kuning, kuning kecoklatan, kehijau-hijauan dan kemerah - merahan.
Pigmen berwarna kuning disebabkan oleh karoten yang larut di dalam minyak. Karoten merupakan persenyawaan hidrokarbon tidak jenuh, dan jika minyak dihidrogenasi, maka karoten tersebut juga berikut terhidrogenasi sehingga intensitas warna kuning berkurang. Karetonoid bersifat tidak stabil pada asam dan suhu tinggi dan jika minyak dialiri uap panas, maka warna kuning akan hilang, dan karetonoid juga bersifat asseptor proton.
2.         Zat warna dari hasil degradasi zat warna almiah.
Warna akibat oksidasi dan degradasi komponen  kimia yang terdapat pada minyak, diantaranya:
a.         Warna Gelap
Warna gelap ini disebabkan oleh proses oksidasi terhadap tokoferol (vitamin E). Jika minyak bersumber dari tanaman hijau, maka zat klorofil yang berwarna hijau turut terekstraksi bersama minyak, dan klorofil tersebut sulit dipisahkan dari minyak. Warna gelap ini dapat terjadi selama proses pengolahan dan penyimpanan, yang disebabkan beberapa faktor yaitu:
1.    Suhu pemanasan yang terlalu tinggi pada waktu pengesan dengan cara hidrolik atau ekspeller, sehingga sebagian minyak teroksidasi. Di samping itu minyak yang terdapat dalam suatu bahan dalam keadaan panas akan mengekstraksi zat warna yang terdapat dalam bahan tersebut.
2.    Pengepresan bahan yang mengandung minyak dengan tekanan dan suhu yang tinggi akan menghasilkan minyak dengan warna yang lebih gelap.
3.    Ekstraksi minyak dengan menggunakan pelarut organik tertentu, misalnya campuran pelarut petroleum-benzen akan menghasilkan minyak dengan warna lebih merah dibandingkan dengan minyak yang diekstraksi dengan pelarut trikloretilen , benzol dan heksan.
4.    Logam seperti Fe, Cu dan Mn akan menimbulkan warna yang tidak diingini dalam minyak.
5.    Oksidasi terhadap fraksi tidak tersabunkan dalam minyak, terutama oksidasi tokoperol dan chrom qoinon menghasilkan warna kecoklat-coklatan.
b.         Warna Coklat
Pigmen coklat biasanya hanya terdapat pada minyak yang berasal dari bahan yang telah busuk atau memar. Hal ini dapat terjadi karena reaksi molekul karbohidrat dengan gugus pereduksi seperti aldehid serta gugus amin dari molekul protein dan yang disebabkan oleh karena aktivitas enzim-enzim seperti phenol oxidase, poliphenol oxidase dan sebagainya.
c.         Warna Kuning
Warna kuning selain disebabkan oleh adanya karoten yaitu zat warna alamiah juga dapat terjadi akibat proes absorbsi dalam minyak tidak jenuh. Warna ini timbul selama penyimpanan dan intensitas warna bervariasi dari kuning sampai ungu kemerah-merahan.
Umumnya warna yang timbul akibat degradasi zat warna alamiah amat sulit dihilangkan, timbulnya warna ini dapat diindentifikasikan bahwa telah terjadi
kerusakan pada minyak. Sehingga untuk mencegah hal ini, pada proses umumnya ditambahkan zat anti oksidan sedangkan minyak kelapa sawit itu sendiri telah mengandung zat anti oksidan walaupun dalam jumlah sedikit.






BAB III
PENUTUP

3.1              Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang diperoleh dari penulisan makalah ini adalah kelapa sawit merupakan tumbuhan monokotil berakar serabut. Jika aerasi cukup baik, akar tanaman kelapa sawit dapat menembus kedalaman 8 m di dalam tanah, sedangkan yang tumbuh ke samping dapat mencapai radius 16 m. Keadaan akar tersebut bergantung pada umur tanaman, sistem pemeliharaan, dan aerasi tanah. Di sekitar pangkal batang keluar akar-akar adventif yang menggantung. Jika sudah mencapai tanah, akar-akar adventif akan berubah menjadi akar biasa (Sastrosayono, 2003).
Minyak sawit dapat dimanfaatkan di berbagai industri karena memiliki susunan dan kandungan gizi yang cukup lengkap. Berbagai hasil penelitian mengungkapkan bahwa minyak sawit memiliki keunggulan dibandingkan dengan minyak nabati lainnya.  Menurut Pahan (2008) salah satu keunggulannya adalah sifat minyak kelapa sawit cukup menonjol dibandingkan dengan minyak nabati lainnya, karena memiliki keluasan dalam ragam kegunaan baik di bidang pangan maupun non pangan.
            Minyak kelapa sawit yang dipergunakan sebagai produk pangan dalam bentuk minyak goreng, margarin, butter, vanaspati dan shortening. Kegunaan minyak sawit dapat dihasilkan berbagai kosmetik dan obat-obatan seperti Cream, Shampo, Lotion, Pomade dan Vitamin. Selain itu minyak sawit juga dimanfaatkan debgai bahan bakar alternatif (palm biodiesel). Manfaat minyak sawit untuk kesehatan yaitu dapat mencegah terjadinya kanker, menjaga kesehatan sistem kardiovaskular, meningkatkan sistem kekebalan tubuh, menjaga kesehatan mata, menjaga kesehatan mental, detoksifikasi hati dan meningkatkan kecantikan kulit dan rambut.

2 comments:

Muhammad Ilham Mattotorang mengatakan...

Kurang bermanfaat. Gak bisa di download

Unknown mengatakan...

Cukup bermanfaat, walau sedikit sulit untuk downloadnya

PopAds.net - The Best Popunder Adnetwork

Popular Posts - Last 30 days

 

Dapatkan Hosting dengan Diskon Hingga 20%


Selesaikan misinya dan dapatkan hingga ratusan dolar per hari


Download Aplikasinya dan Dapatkan Promo Menarik


Get paid to share your links!
Support : Chemical Engineering | Himatemia Unimal 2014/2015 | Teknik Kimia
Copyright © 2018. Berkah Mencari Ilmu - All Rights Reserved
Contact us +6281288573161
Published by Mhd Haris lazuar Saragih Saragih | Linda Ratna Sari
Proudly powered by Berkah mencari Ilmu