Home » » Makalah Proses Nitrasi - MK Proses Industri Kimia

Makalah Proses Nitrasi - MK Proses Industri Kimia

BAB I
PENDAHULUAN
1.1     Latar Belakang
            Industri adalah hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan dari kehidupan manusia. Kemajuan suatu negara dapat dilihat dari perkembangan industri. Jika membicarakan industry, maka kita tidak dapat memisahkan dari proses produksi. Proses produksi yang terjadi di dalam industri kimia pastinya selalu melibatkan suatu proses kimia. Beberapa reaksi kimia yang terdapat dalam industri kimia adalah reaksi redoks, reaksi sulfonasi, reaksi nirasi, reaksi halogenasi dan reaksi hidrogenasi.
Pada makalah ini akan dibahas salah satu proses kimia yaitu proses nitrasi. Nitrasi yaitu suatu reaksi terbentuknya senyawa nitro atau masuknya gugus nitro pada suatu senyawa. Biasanya dilakukan dengan campuran asam sulfat dan asam nitrat atau yang biasa disebut dengan mixed acid. Guna asam asam sulfat dalam nitrasi ini adalah sebagai zat penarik air (pada reaksi nitrasi akan terbentuk air), sehingga reaksi berlangsung sampai berakhir. Nitrasi merupakan reaksi isotermis, yaitu reaksi yang menghasikan zatzat yang dapat meledak. Proses nitrasi banyak digunakan dalam industri kimia seperti industri pengolahan kelapa sawit, pengolahan plastik, industri bahan peledak, dll.
1.2     Rumusan Masalah
1.         Apa itu proses nitrasi ?
2.         Apa saja reagen atau zat penitrasi yang digunakan ?
3.         Apa saja macam-macam proses nitrasi ?
4.         Bagaimana thermodinamika reaksi nitrasi ?
5.         Apa saja aplikasi penggunaan proses nitrasi ?
1.3     Tujuan
1.         Mengetahui apa itu proses nitrasi.
2.         mengetahui zat penitrasi yang digunakan dalam proses nitrasi.
3.         Mengetahui macam-macam proses nitrasi.
4.         Mengetahui thermodinamika reaksi nitrasi.
5.         Mengetahui aplikasi proses nitrasi.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1     Pengertian Nitrasi
Nitrasi diartikan sebagai reaksi terbentuknya senyawa nitro atau masuknya gugus nitro pada suatu senyawa. Biasanya dilakukan dengan campuran asam sulfat dan asam nitrat atau yang biasa disebut dengan mixed acid. Guna asam asam sulfat dalam nitrasi ini adalah sebagai zat penarik air (pada reaksi nitrasi akan terbentuk air), sehingga reaksi berlangsung sampai berakhir. Nitrasi merupakan reaksi isotermis, yaitu reaksi yang menghasikan zatzat yang dapat meledak.
Saat proses nitrasi, gugus nitro akan menggantikan atom monovalen atau beberapa group atom. Pada reaksi nitrasi, gugus nitro dapat berikatan dengan atom yang berbeda, yaitu :
a.                  Gugus nitro yang berikatan dengan atom Karbon (C) akan membentuk senyawa nitroaromatik atau nitroparafinik.
b.                  Gugus nitro yang berikatan dengan atom Oksigen (O) akan membentuk senyawa nitrat ester
c.                  Gugus nitro yang berikatan dengan ataom Nitrogen (N) akan membentuk senyawa nitramin
Gugus nitro yang berikatan dengan atom hidrogen akan banyak dibahas karena reaksi tersebut merupakan kepentingan teknis yang terbesar. Pada alkil halida tertentu dapat bereaksi dengan perak nitrat dan menghasilkan nitrat ester, atau bereaksi dengan perak nitrit dan menghasilkan suatu senyawa nitro seperti yang ditunjukkan oleh reaksi berikut ini.
RCl + AgNO3 è RONO2 + AgCl
RCl + AgNO2 è RONO2 + AgCl
Pada jenis nitrasi aromatik yang terjadi pada asam sulfonat atau golongan asetil, gugus nitro dapat melakukan substitusi seperti pada gambar berikut.

Gambar 1. Reaksi nitrasi pada senyawa aromatic
Nitrasi merupakan suatu reaksi yang sangat penting pada sebuah industri, terutama industri yang bergerak pada bidang kimia organik sintetis. Produk yang banyak dihasilkan dari hasil nitrasi adalah pelarut, pewarna, bahan peledak, dan juga dalam bidang farmasi. Hasil dari reaksi nitrasi juga dapat menghasilkan amina, yaitu dari reaksi reduksi senyawa nitro.
2.2     Penitrasi
Berbagai macam reagen dapat digunakan dalam proses nitrasi. Reagen tersebut adalah asam nitrat (gas, pekat, maupun dalam bentuk larutan), campuran asam nitrat dan asam sulfat (mixed acid), asetat anihidrida, asam asetat, asam fosfat, dan kloroform. Nitrogen pentaoksida (N2O5) dan nitrogen tetraoksida (N2O4) juga digunakan dalam reaksi nitrasi dalam fasa gas
Mixed acid adalah media nitrasi yang paling penting dan mungkin juga media yang paling baik diantara semua media penitrasi lainnya. Penelitian menyebutkan bahwa terdapat asam nitrat berbentuk ion Nitril (NO2+) di dalam asam sulfat. Reaksi ionisasi asam nitrat dapat dituliskan dalam persamaan berikut.
HNO3 + 2H2SO4 è NO2+ + H3O+ + 2HSO4-
Larutan asam nitrat memiliki tiga jenis spektrum penyerap ultraviolet yang berbeda. Pada larutan yang encer, spektrum muncul karena adanya ion nitrat (NO3-). Pada pelarut polar inert yang lemah seperti kloroform, spektrumnya sama dengan etil nitrat, menunjukkan bahwa terdapat kandungan asam nitrat dalam bentuk HNO3 yang belum terionisasi. Spektrum jenis ketiga adalah karakteristik dari larutan asam sulfat dari asam nitrat dan esternya, menunjukkan bahwa tidak ada kandungan asam nitrat, baik dalam bentuk ion nitrat maupun dalam bentuk HNO3 yang belum terionisasi.
Ion yang berasal dari asam nitrat pada asam sulfat memiliki muatan positif. Hal tersebut telah dibuktikan dengan percobaan elektrolisis. Dari percobaan elektrolisis tersebut ditemukan bahwa asam nitrat bergerak dari anoda ke katoda.
Hubungan antara jumlah air yang terdapat dalam asam sulfat dengan persen molekul asam nitrat yang terionisasi untuk membentuk ion nitril terdapat pada grafik berikut.
Gambar 2. Efek kandungan air pada ionisasi asam nitrat pada asam sulfat

Berdasarkan grafik pada gambar 2, saat konsentrasi asam sulfat kurang dari 86%, ionisasi asam nitrat yang terjadi sangat sedikit tetapi terus meningkat dengan cepat seiring dengan konsentrasi asam sulfat yang semakin besar. Pada konsentrasi asam sulfat sebesar 94%, asam nitrat telah terionisasi sempurna menjadi ion nitril.

2.3     Nitrasi Aromatik
Nitrasi senyawa aromatik dapat digambarkan dengan persamaan sebagai berikut.
ArH + HNO3 è ArNO2 + H2O
Senyawa penitrasi merupakan reaktan yang bersifat elektrofilik, yaitu sifat suatu senyawa yang memiliki kecenderungan untuk “menyukai” elektron karena senyawa itu sendiri kekurangan elektron. Reaksi akan terjadi pada atom karbon di dalam cincin aromatik dimana kerapatan elektronnya paling besar. Gugus nitro dapat masuk pada posisi ortho, meta, atau para (sebagai isomernya). Proporsi dari produk isomer ini bergantung pada jenis substituennya karena substituen memiliki efek yang besar pada kerapatan elektron di sekitar atom karbon. Perbandingan proporsi ortho, meta, dan para dari berbagai substituen terdapat pada tabel berikut.
Table 2.1. Nitration of Various Monosubstituted Benzenes.

Pada tabel di atas terlihat bahwa proporsi ortho, meta, dan para berbeda setiap substituennya.

2.4     Nitrasi Naftalena dan Anthraquinon
Pada reaksi nitrasi naftalena, sebanyak dua buah gugus nitro memungkinkan untuk masuk ke dalam cincin aromatik dan membentuk 1-nitronaftalena dan 2-nitronaftalena. Saat nitrasi, gugus nitro yang pertama akan masuk ke posisi alfa (α) atau posisi 1, sedangkan gugus nitro yang kedua akan masuk ke posisi 5 atau 8.

Pada reaksi nitrasi anthraquinon, gugus nitro yang memungkinkan untuk masuk ke dalam cincin aromatik adalah sebanyak tiga buah (dengan menggunakan mixed acid). Produk yang dihasilkan adalah 1-nitroanthraquinon, 1,5-dinitroanthraquinon, dan 1,8-dinitroanthraquinon.
2.5     Teori Substitusi Aromatik
Substituen dapat mempengaruhi kerapatan elektron dengan menggunakan dua jenis efek, yaitu efek Induktif (I) dan efek Mesomeri (M). Terdapat dua jenis efek induktif, yaitu efek –I yang menarik elektron dan efek +I yang menolak elektron. Hal yang sama juga terjadi pada efek Mesomeri (–M dan +M). Efek induktif sangat berkaitan dengan momen dipol dari senyawa, seperti C6H5 – X. Jika X berada pada dipol/kutub negatif, maka X tersebut akan menarik elektron keluar cincin dan efek yang timbul adalah efek –I. Jika X berada pada kutub positif, maka kerapatan elektron pada cincin aromatik akan bertambah karena elektron tidak keluar dari cincin, sehingga efek yang timbul adalah efek +I. Gugus yang menghasilkan efek –I adalah –Nme3+, –NO2, –COOEt, dan –halogen. Gugus yang menghasilkan efek +I adalah –O- dan beberapa jenis alkil. Efek +I mengakibatkan seluruh posisi di dalam cincin semakin reaktif dan semakin kuat daripada posisi pada benzena yang belum tersubstitusi, sehingga posisi ortho dan para akan lebih reaktif daripada posisi meta. Efek –I akan menurunkan tingkat reaktivitas dari seluruh posisi pada cincin benzena. Akan tetapi, efek penurunan reaktivitas tersebut berpengaruh lebih besar pada posisi ortho dan para, sehingga posisi meta lebih reaktif.
Jenis substituen yang memiliki elektron bebas dapat meningkatkan kerapatan elektron dalam cincin aromatik karena efek mesomeri +M. Jenis substituen lainnya dapat menurunkan kerapatan elektron dalam cincin aromatik karena efek –M. Ilustrasi dari efek mesomeri yaitu sebagai berikut.
Gambar a menunjukkan efek mesomeri +M karena terjadi perpindahan elektron dari substituen menuju cincin aromatik. Perpindahan tersebut akan menyebabkan cincin aromatik akan semakin kuat pada posisi orto dan para daripada posisi meta. Gambar b menunjukkan efek mesomeri –M karena terjadi perpindahan elektron keluar dari cincin aromatik menuju substituen. Perpindahan tersebut akan menyebabkan seluruh posisi dalam cincin terdeaktivasi, tetapi posisi meta lebih sedikit terkena deaktivasi tersebut. Group yang menunjukkan efek +I dan +M pasti tersubstitusi pada posisi ortho dan para, sedangkan group yang  menunjukkan efek –I akan mengakibatkan proses substitusi menjadi lebih sulit sehingga akan lebih dominan ke posisi met.a Ketika dua efek yang bertentangan direaksikan, maka produk yang dihasilkan akan lebih sulit diprediksi. Efek bertentangan tersebut contohnya efek +I dan –M serta –I dan +M.
2.6     Rasio Ortho : Para
Efek substituen terhadap rasio ortho:para dapat dipengaruhi oleh faktor lain, seperti faktor sterik (ukuran substituen). Semakin besar ukuran substituen, maka semakin sulit pula untuk mencapai posisi ortho dan rasio produk ortho:para juga semakin kecil. Contoh yang dapat diambil adalah  proses mononitrasi alkilbenzena seperti yang ditunjukkan pada tabel berikut.
Table 2.2.. Proportion of Products Formed in the nitrations of alkylbenzenes.
Tabel diatas menunjukkan bahwa semakin besar ukuran substituen, maka kemungkinan untuk berada di posisi ortho atau para akan semakin kecil dan rasio ortho:para akan menurun.
Faktor lain yang dapat mempengaruhi rasio ortho:para adalah efek I dan M seperti yang dijelaskan pada bagian sebelumnya. Efek induktif akan bekerja lebih kuat pada posisi ortho daripada posisi para, sedangkan efek mesomeri akan lebih kuat pada posisi para daripada posisi ortho. Senyawa yang memiliki efek +I, akan menghasilkan rasio yield ortho:para yang lebih besar daripada senyawa yang memiliki dominan efek + M. Begitu juga dengan senyawa yang efek dominannya adalah –I akan menghasilkan rasio yield ortho:para yang lebih kecil daripada senyawa yang memiliki dominan efek –M.
Rasio ortho:para juga dipengaruhi oleh media nitrasinya. Distribusi isomer yang hasilnya berasal dari nitrasi anilina dan anilida pada beberapa macam media terdapat pada tabel berikut.
Table 2.3. Nitration of Aniline and anilides
Nitration with 80 per cent HNO3 in glacial acetic acid
Table 2.4. Nitration of Analine and Anilides (Continued)
Nitration with 94 per cent HNO in concentrated H2SO4
Nitrasi asetalinida dengan senyawa penitrasi mixed acid menghasilkan nitroasetanilida dengan rasio ortho:para kurang dari 0,1. Ketika medium nitrasinya dalam asam nitrat, rasio ortho:para nya sebesar 0,7, dan ketika medium yang digunakan adalah asetil nitrat di dalam asetat anihidrida, produk seluruhnya adalah o-nitroasetanilida. Pada asam kuat (asam nitrat dan asam sulfat), aniline sangat terionisasi. Persamaan reaksinya adalah sebagai berikut.
C6H5NH2 + HA + C6H5NH3+ + A-
Ion anilium (C6H5NH3+) akan terdeaktivasi karena efek –I pada substituen –NH3+. Nitrasi tersebut akan menghasilkan isomer pada posisi meta. Senyawa amina bebas akan teraktivasi karena efek +M dari group –NH2- sehingga menghasilkan isomer posisi para. Pada lingkungan asam lemah seperti asam asetat, konsentrasi ion anilium lebih sedikit daripada asam kuat.
2.7     Kinetik dan Mekanisme Nitrasi Aromatik
Kinetika reaksi nitrasi bergantung pada media reaksinya. Misalnya reaksi terjadi pada asam sulfat. Senyawa yang mengalami nitrasi pada keadaan tersebut adalah senyawa yang memiliki efek efek –I dan efek –M yang kuat seperti nitrobenzena, anthraquinon, dan etil benzoat. Laju dari nitrasi tersebut sebanding dengan konsentrasi asam nitrat dan substrat organik lain yang ditambahkan. Laju reaksinya adalah sebagai berikut.
Rate = k (HNO3) (ArH)
Efek dari kandungan air pada proses nitrasi ditunjukkan oleh grafik di bawah ini.
Gambar 3. Efek kandungan air pada nitrasi dan ionisasi trifenil karbinol
Laju reaksi akan meningkat dengan tajam seiring dengan meninggkatnya konsentrasi asam sulfat dan mencapai titik maksimum pada saat konsentrasi asam sulfat sebesar 90%. Akan tetapi, laju reaksinya menurun drastis pada saat konsentrasi asam sulfat lebih dari 90%. Kenaikan laju reaksi disebabkan karena naiknya konsentrasi ion nitril yang terbentuk. Grafik tersebut juga menunjukkan konstanta kesetimbangan (k) dari tris p-nitrofenilkarbinol meningkat seiring dengan meningkatnya laju reaksi. Trifenilkarbinol akan mengalami ionisasi dalam asam sulfat dan menghasilkan ion karbonium seperti yang terjadi pada ionisasi asam nitrat yang menghasilkan ion nitril. Reaksi yang terjadi adalah :
(Ar)3COH + 2H2SO4 è (Ar)2C+ + H3O + 2HSO4-
Sesuai dengan grafik pada gambar 3, laju reaksi nitrasi akan menurun pada saat konsentrasi asam sulfat di atas 90%. Penyebabnya adalah adanya interaksi antara substrat organik dan asam sulfat sehingga akan menurunkan kerapatan elektron di dalam cincin. Penurunan kerapatan elektron tersebut akan mengakibatkan berkurangnya reaktivitas dari cincin tersebut. Kemungkinan interaksi yang terjadi adalah pembentukan ikatan Hidrogen antara nitrobenzena dan asam sulfat. Kekuatan ikatan tersebut akan semakin kuat pada keadaan asam (dalam hal ini adalah asam sulfat). Berkurangnya kandungan air pada asam sulfat (kenaikan konsentrasi asam sulfat) akan meningkatkan interaksi yang semakin kuat antara asam dan substrat organik sehingga elektron akan semakin keluar dari cincin. Keluarnya elektron tersebut mengakibatkan laju reaksi nitrasi menurun.
2.8     Nitrasi pada Pelarut Organik
Pada pelarut organik seperti nitrometana atau asam asetat, proses kinetika nitrasinya bergantung pada senyawa aromatik yang akan dinitrasi. Senyawa seperti nitrobenzena atau etil benzoat yang merupakan group pendeaktivasi, akan dinitrasi pada laju yang sebanding dengan konsentrasi substratnya (reaksi orde satu). Senyawa yang lebih reaktif dari benzena (toluen, xilene, p-kloranisol) akan bereaksi pada laju yang berbeda dengan substratnya (reaksi orde nol). Mekanisme pembentukan ion nitril adalah sebagai berikut.
2HNO3 è H2NO3 + NO3-
H2NO3+ è H2O + NO2+
Langkah pertama yaitu proses transfer proton dari satu molekul asam nitrat ke molekul asam nitrat lainnya dengan sangat cepat. Laju reaksi langkah kedua, yaitu pembentukan ion nitril, bergantung kepada media yang digunakan. Pada asam kuat, pelarut yang sangat polar (asam sulfat pekat), reaksi akan berjalan sangat cepat. Sebaliknya, pada asam yang relatif lemah seperti asam asetat atau nitrometana, reaksi tersebut akan berjalan lambat.
2.9     Nitrasi pada Larutan Asam Nitrat
Substrat yang sangat reaktif akan menunjukkan reaksi berorde nol, sedangkan senyawa yang kurang reaktif akan menunjukkan reaksi berorde satu (pada 40% larutan asam nitrat). Laju reaksi nitrasi dari senyawa reaktif akan sama dengan laju pertukaran O18 antara HNO318 dan H2O16. Pertukaran oksigen anatara asam  nitrat dan air terjadi pada reaksi berikut ini :
2HNO318 H2NO318+ + NO318-
H2NO318+  H2O18 + NO218+
ion nitril yang terbentuk akan segera bereaksi dengan air
NO218+ + H2O16 è H2NO16O218+
2.10   Efek Asam Nitrit pada Nitrasi
Asam nitrit (HNO2) atau nitrogen dioksida (NO2) dapat menghambat reaksi (inhibitor), dan dapat juga mempercepat reaksi (katalis). Efek menghambat terjadi ketika nitrasi terjadi pada senyawa yang tidak memiliki gugus pengaktivasi, yang reaksinya menggunakan medium asam nitrat kuat atau mixed acid. Pada media tersebut asam nitrit akan membentuk ion nitrosil (NO+).
HNO2 + HNO3 è NO3- + NO3- + NO+ + H2O
HNO2 + 2H2SO4 è H3O+ + 2HSO4- + NO+
Ion nitrosil yang terbentuk akan mengurangi konsentrasi ion nitril sehingga menurunkan laju reaksinya. Efek mempercepat reaksi terjadi pada nitrasi substrat reaktif seperti anisol atau dimetianilina, yang reaksinya menggunakan asam nitrat lemah (konsentrasi ion nitril rendah). Efek katalitik muncul karena pembentukan senyawa nitroso yang teroksidasi menjadi senyawa nitro. Mekanismenya adalah.
ArH + NO+ è ArNO + H+
ArNO + HNO3 è ArNO2 + HNO2
Ion nitrosil bersifat lebih lemah daripada ion nitril, sehingga ion tersebut hanya dapat bereaksi dengan senyawa aromatik yang sangat reaktif seperti anisol atau dimetilanilina. Syarat yang harus terpenuhi agar asam nitrit bisa menyebabkan reaksi katalitik adalah :
a.         Substrat yang digunakan harus cukup reaktif, sehingga ion nitrosil bisa menyerang dengan mudah.
b.         Media reaksi harus memiliki konsentrasi ion nitril yang rendah, sehingga ion nitrosil dapat berkompetisi dengan ion nitril secarasetara untuk berikatan dengan substrat
2.11   Oksinitrasi
Oksinitrasi adalah reaksi yang terjadi antara benzena dan sekitar 50% asam nitrat yang mengandung 0,2 molar merkuri nitrat. Hasil dari reaksi tersebut adalah 85% dinitrofenol dan asam picric. Mekanisme yang terjadi saat oksinitrasi adalah sebagai berikut :
Mula-mula benzena akan dikonversi menjdi fenilmerkuri nitrat yang kemudian akan direaksikan dengan nitrogen dioksida untuk membentuk nitrosobenzena. Nitrosobenzena yang dihasilkan dapat bereaksi dengan dua cara. Pada asam nitrat (<50%), nitrosobenzena akan bereaksi dengan nitrogen oksida dan menghasilkan fenilazodium nitrat. Garam diazonium yang terbentuk dari reaksi selanjutnya akan dikonversi menjadi fenol dengan bantuan air, yang kemudian akan dinitrasi dan menjadi produk akhir. Pada asam nitrat (>50%), nitrosobenzena dikonversi secara langsung menjadi p-nitrofenol tanpa melalui pembentukan senyawa diazonium. P-nitrofenol yang terbentuk kemudia dinitrasi dan menghasilkan dinitrofenol dan asam picric.
2.12   Nitrasi pada Senyawa Parafin
2.12.1 Reaksi Fasa Gas
Tidak seperti nitrasi aromatik yang mudah diserang oleh reagen elektrofilik seperti ion nitril, senyawa parafin memiliki sifat inert kepada reagen tersebut. Senyawa parafin sangat rentan diserang oleh atom tertentu dan radikal bebas. Pada reaksi nitrasi senyawa parafin, ciri-ciri yangterjadi adalah :

a.         Terdapat temperatur optimum dimana didapatkan yield tertinggi.
Dengan menggunakan butana dan asam nitrat pekat (rasio 15:1), waktu kontak sebesar 1,6 detik, hasil nya adalah sebagai berikut.
Tabel diatas menunjukkan konversi asam nitrat terbesar pada temperatur 425oC. Pada temperatur 435oC konversi asam nitrat dan yield berdasarkan butana menurun.
b.         Penambahan oksigen meningkatkan yield berdasarkan asam nitrat tetapi juga menaikkan oksidasi butana.
Efek yang ditimbulkan ditunjukkan pada grafik di bawah ini.
Penambahan oksigen juga meningkatkan produksi nitrometana dan nitroetana, tetapi menurunkan produk nitrobutana. Ketika rasio O2:HNO3 = 1, yield berdasarkan butana yang bereaksi meningkat dari 32% ke 45%. Penggunaan uap sebagai pencair dengan bantuan oksigen juga mengurangi efek oksidatif dari oksigen dan membantu meningkatkan konversi.
c.         Nitrogen bereaksi dengan parafin dan menghasilkan nitroparafin.
Pada temperatur 325oC, waktu kontak selama 1,9 menit, rasio propana:NO2 = 4,2, konversi NO2 sebesar 16,6% dan yield berdasarkan mol hidrokarbon sebesar 51%. Penambahan oksigen akan menurunkan temperatur optimum serta meningkatkan konversi dan yield. Pada temperatur 285oC, waktu kontak 3 menit, rasio O2:NO2 = 0,75, konversinya adalah sebesar 29% dan yield sebesar 71%.
d.         Bromin memiliki efek menguntungkan terhadap konversi dan yield nitroparafin dengan menggunakan asam nitrat.
Pada temperatur 423oC, waktu kontak selama 1,5 detik, rasio propana:O2 = 8,2, rasio propana:asam nitrat = 9,9, rasio air:asam nitrat = 15, dan Br2:HNO3 = 0,015, konversi yang terjadi adalah sebesar 55,5%. Produk lainnya yang terbentuk yaitu :
CO2 = 0 %
CO = 3, 6%
C3H6 = 9,7 %
C2H4 = 4,1 %
aldehida dan keton = 27 %
e.         Hidrokarbon dengan cabang yang banyak akan mengalami pembelahan yang lebih sedikit daripada isomernya yang bercabang lebih sedikit.
Substitusi hidrogen lebih memungkinkan untuk terjadi ketika struktur hidrokarbon bercabang banyak mengalami nitrasi. Perbandingan nitrasi isomer butana dan pentana berdasarkan rasio molar produk yang diakibatkan oleh pembelahan ditunjukkan pada tabel berikut ini.





Ketika skeleton karbon lebih semakin bercabang, substitusi hidrogen semakin berkurang.
f.         Koefisien temperatur untuk substitusi hidrogen berada pada urutan primer > sekunder > tersier.
Laju substitusi akan berlawanan pada temperatur yang rendah. Seiring dengan meningkatnya temperatur reaksi, laju reaksinya juga semakin setara.

2.12.2 Reaksi Fasa Liquid
Reaksi ini tidak begitu banyak dilakukan karena yield yang dihasilkan sedikit, konversi yang terjadi rendah, dan munculnya reaksi-reaksi samping yang tidak diinginkan.  Prinsip nitrasi liquid ini adalah pergantian atom hidrogen dengan gugus nitro. Reaksi ini berjalan relatif lambat karena kelarutan antara senyawa parafin dan medium nitrasi rendah. Karena titik didih parafin yang lebih tinggi, hidrokarbon bercabang banyak dapat dinitrasi pada temperatur yang tinggi dan reaksi berjalan lebih cepat daripada hidrokarbon yang memiliki berat molekul kecil.
Mononitroparafin yang pertama kali terbentuk bersifat lebih larut pada asam nitrat daripada hidrokarbon, sehingga reaksi akan terus berlanjut dan menghasilkan polinitroparafin. Hasil lainnya adalah produk oksidasi berupa asam lemak, alkohol, dan oksida karbon.
Ketika parafin bercabang banyak pada fasa liquid dinitrasi dengan asam nitrat pada fasa vapor, reaksi akan berjalan lancar pada temperatur yang rendah. Pencampuran reaktan dicapai dengan cara mengalirkan asam nitrat melalui kumparan yang terhubung dengan senyawa parafin liquid. Liquid parafin dijaga temperaturnya agar tetap diatas 121oC (titik didih maksimum dari 65-70% asam nitrat), sedangkan uap asam yang terbentuk didifusikan melalui plat berpori dan membentuk gelembung. Tabel di bawah ini menunjukkan hasil nitrasi n-dodekana pada suhu 180-190oC dengan menggunakan prosedur yang sama.
Data diatas menunjukkan bahwa rasio asam nitrat:parafin yang besar akan mengakibatkan terbnetuknya senyawa polinitro dan asam lemak dalam jumlah yang besar. ketika rasio parafin:asam nitrat dikurangi menjadi 1:2, hanya 42% parafin yang telah digunakan dan produk utamanya adalah  mononitrododekana.  Sejumlah parafin (sampai dengan 19%, tergantung pada kondisi) akan rusak karena proses oksidasi.
2.13   Nitrasi Olefin Fasa Liquid
Senyawa penitrasi yang digunakan biasanya adalah Nitrogen dioksida. Penambahan udara juga dilakukan untuk mengoksidasi senyawa nitrat oksida menjadi dioksida. Produk mula-mula adalah dinitroparafin dan nitronitrit. Senyawa nitronitrit yang tidak stabil akan dioksidasi dengan bantuan udara menjadi senyawa yang lebih stabil, yaitu nitronitrat. Nitronitrit yang tersisa akan dikonversi menjadi nitroalkohol.
Reaksi dilakukan dengan penambahan olefin ke dalam nitogen dioksida secara perlahan pasa temperatur sebesar -10 sampai +25oC. Penggunaan eter sebagai pelarut makan meminimalisisr reaksi samping yang bersifat oksidatif. Reaksi dapat berlangsung selama 1-2 jam. Total yield yang dihasilkan adalah sebesar 65-85%.
2.14   Thermodinamika Nitrasi
Reaksi nitrasi adalah reaksi yang sangat eksotermik karena melepaskan panas. Permasalahan panas dititikberatkan karena panas cairan asam penitrasi yang akibat esensial untuk pemahaman yang memadai tentanng proses unit.
Sebuah fungsi yang sesuai untuk digunakan dalam perhitungan tersebut adalah entalpi (H), atau disebut juga kandungan panas yang terkandung. Karakteristik dari fungsi ini yaitu memiliki nilai tertentu disetiap bagian tertentu pada system, nilainya ditentukan seluruhnya oleh temperatur , tekanan, komposisi dan setiap koordinat thermodinamik lainnya yang  bersangkutan. Nilai ∆H ditentukan semata-mata oleh besaran H di bagian awal dan akhir dan tidak terpengaruh oleh proses di mana sistem tersebut berpindah dari satu bagian ke bagian yang lain. Dalam perubahan eksotermik, entalpi akan menurun. Besarnya penurunan setara dengan panas yang hilang, tetapi ini terjadi bila hasil reaksi tanpa kinerja yang berguna dan ketika sistem dibawa kembali ke suhu dan tekanan awal.
Asumsi bahwa kondisi ini terus belangsung secara implisit yang biasanya penulisan persamaan termokimia, di mana ∆H berarti panas yang benar-benar diserap dalam reaksi jumlah berat yang menunjukkan rumus gram. Misalnya, pembentukan benzena dari unsur-unsurnya ditulis:
6C(diamond) + 3H2 (gas) è C6H6 (liquid)  ΔH295K = +9,7 kg-cal
Hal ini menunjukkan reaksi yng terjadi membutuhkan  6 g atom atau 72,1 g karbon dan 3 mol atau 6 g hidrogen untuk membentuk benzena cair. Perubahan entalpi sebagaimana tertulis diartikan bahwa jumlah yang bereaksi pada tekanan konstan dan pada suhu konstan yaitu 295oK (22oC atau 71.6oF) menyerap 9,7 kg-cal panas dari sekitarnya. Perubahan entalpi positif tersebut menunjukkan reaksi endoterm. Nitrasi, di sisi lain, seperti yang telah disebutkan, adalah sangat eksotermik dan perubahan entalpi bernilai negatif.
1.         Panas yang di hasilkan dari Nitrasi.
Reaksi nitrasi harus dikontrol oleh pendinginan sistemik yang dirancang untuk mennyerap  energi yang berubah. Ketika semua set energi bebas dengan reaksi eksotermis maka akan muncul sebagai panas, jumlah panas itu akan hilang karena menggunakan mekanisme pendinginan yang sama saaj dengan penurunan entalpi:
Di sini Q, panas reaksi, merupakan jumlah total panas yang hilang oleh sistem yang bereaksi dari awal reaksi sampai produk dan kembali ke suhu dan tekanan awal dari sistem.
2.         Sifat thermal nitrasi asam
Memanaskan larutan. Untuk menentukan panas yang berubah selama proses nitrasi hidrokarbon oleh asam campuran, tidak hanya perlu mempertimbangkan panas nitrasi tetapi juga berbagai memanaskan larutan. Ini dapat diperoleh dari tabel entalpi yang dikembangkan oleh Mc Kinley dan Brown. Untuk masing-masing dari tiga komponen, entalpi diambil sebagai nol pada keadaan standar, yang terdiri dari komponen cairan murni pada suhu 32oF dan tekanan 1 atm. Diplot terhadap absis yang sama tetapi melawan koordinat yang berbeda adalah data panas spesifik untuk sistem. Dari angka ini, yang mengandung kedua entalpi relatif 32oF dan spesifik memanaskan, entalpi dari setiap campuran cair dari komponen pada suhu biasa dapat dengan mudah dihitung dengan membaca entalpi relatif diinginkan di 32oF.
3.         Integrasi kalor nitrasi
Dalam nitrasi hidrokarbon dengan cara campuran nitrat pekat dan asam sulfat, total panas dibebaskan adalah sama dengan panas larutan asam campuran awal minus panas larutan asam menghabiskan akhir minus panas larutan asam nitrat memasuki reaksi ditambah panas dari reaksi nitrasi. Meskipun memanaskan nitrasi yang relatif besar, kontrol cara paling sederhana untuk mengintegrasikan reaksi efek panas yang terlibat dalam menjumlahkan entalpi pada kedua sisi persamaan reaksi lengkap dengan menggunakan kalor nitrasi
Metode ini dapat diilustrasikan dengan menggunakan data operasi khas untuk nitrasi benzena dalam nitrator Hough. Ini mengikuti digambarkan sebagai "nitrasi tidak langsung" dalam detik. XI. The nitrator hough ditandai oleh dua terowongan eksternal, masing-masing dilengkapi dengan pengaduk. Sirkulasi asam siklus dan asam diperkaya sampai melalui terowongan dan luapan melalui port ke dalam tubuh utama nitrator dan melewati kumparan pendingin. Benzena yang akan dimasukkan ke nitrasi asam siklus difortifikasi dalam terowongan dan mengapung di atas asam siklus. Tingkat asam siklus atau asam diperkaya disimpan di atas tingkat overflow dari port, dan pada dasarnya itu adalah asam yang bersirkulasi melalui terowongan sebagai hasil nitrasi. Segera setelah memperkuat umpan asam dimulai ke dalam terowongan, dengan metode yang sama sebagai umpan hidrokarbon awal, siklus ditarik melalui bagian bawah nitrator tersebut. Tingkat pada nitrator yang demikian dipertahankan konstan. Asam siklus ditarik mengandung sejumlah kecil nitrobenzena dan kemudian dikembalikan ke proses sebagai asam siklus untuk berhasil nitrations. Sebuah diagram dari nitrator Hough.
4.         Datatermal yang berkaitan dengan persiapan dan penggunaan senyawa nitro
Dari paragraf sebelumnya, telah menjadi jelas bahwa proses nitrasi disertai dengan  panas. Dalam seri benzena toluena parafin dan fenol, jelas bahwa semakin dekat kelompok intro adalah satu sama lain dalam cincin benzena, semakin besar ketegangan dalam molekul dan bawah panas pembentukan. Jadi o-dinitrobenzene dan orto-mononitro senyawa dari seri toluena dan fenol memiliki terkecil kalor pembentukan. Perbedaan antara orto dan para derivative  terbesar untuk benzena dan setidaknya untuk seri fenol. Dalam kasus turunannya trinitro, kedekatan kelompok memiliki efek yang sama.

2.15.  Proses Peralatan Untuk Teknik Nitratsi
1.         Jenis peralatan proses
Nitrations, sebagai proses industri teknis, telah berevolusi dari batch-jenis operasi menggunakan kapal batuan dan operasi tangan menjadi mesin yang dapat dikontrol secara otomatis terus-menerus. Tingginya memanaskan reaksi dan dilusi yang terlibat dalam nitrasi, awalnya diserap dengan menempatkan kapal batu ware dalam bak air, kini diambil oleh kumparan atau jaket didinginkan oleh air garam. Ide remote control mengimbau kepada desainer peralatan untuk pembuatan. Setiap jenis proses memiliki keunggulan khas sendiri.
Dalam arti luas, proses batch memiliki keuntungan sebagai berikut dibandingkan dengan proses yang kontinyu:
a.         Fleksibilitas
Batch-peralatan proses memiliki kegunaan umum karena setiap materi batch yang lewat melalui proses yang terpisah, atau hampir terpisah. Hal ini biasanya lebih mudah untuk memperkenalkan variasi proses ke proses batch daripada continue.
b.         Buruh Penggunaan
Untuk tingginya tingkat produksi ketika batch besar digunakan efisiensi tenaga kerja proses batch mungkin sama baiknya seperti yang untuk proses yang berkesinambungan. Hal ini tampaknya benar untuk produksi skala besar industri nitrogliserin dan nitrotoluene misalnya.
Proses yang kontinyu, secara umum, akan ditemukan memiliki beberapa keuntungan atas proses batch:
a.         Menurunkan biaya modal
Untuk tingkat produksi tertentu, peralatan yang dibutuhkan untuk proses kontinyu lebih kecil daripada untuk proses batch.
b.         Keselamatan
Karena peralatan proses kontinyu ukurannya yang relatif kecil


c.         Buruh penggunaan
Dalam bidang nitrasi, proses yang kontinyu adalah pengguna tenaga kerja lebih efisien daripada proses batch.
2.         Batch Nitration
Nitrasi biasanya dilakukan dalam wadah besi atau baja tertutup. Praktik modern yang digunakan adalah baja karbon yang ringan. Ketika penitrasi dicampur  dengan asam (nitrat-sulfat), masa pakai nitrators tersebut baik, dan setiap kegagalan masanyaa yang singkat biasanya dapat ditelusuri melalui air yang berlebihan atau nitrat kandungan asam rendah yang terdapat dalam limbah asam. Secara umum, nitrator terdiri dari sebuah kapal silinder tegak yang mengandung beberapa jenis permukaan pendinginan, alat agitasi, inlet umpan atau inlet, dan lini produk outlet. Nitrators kebanyakan juga dilengkapi dengan garis besar diammeter pembuangan yang cepat untuk penggunaan darurat jika reaksi keluar atau suhu meningkat karena kegagalan agitasi, pendinginan, atau sebaliknya. Dalam keadaan darurat tersebut,  isi nitrator dapat dibuang dengan cepat ke dalam volume besar air.
Dua faktor utama yang dirancang penting dari nitrator adalah (1) agitasi derajat, (2) kontrol suhu. Agitasi umumnya harus efisien, bahkan kekerasan, untuk mendapatkan reaksi halus dan untuk menghindari overheating lokal yang bisa terjadi jika tempat itu ada di nitrator tersebut. Pendinginan atau kontrol suhu di nitrators umumnya dilakukan dengan gulungan tabung melalui baik air dingin maupun air garam untuk pendinginan beredar atau air panas atau uap untuk pemanasan. untuk kontrol untuk suhu di nitrations, jaket dinding biasanya tidak cukup efisien kecuali dalam kasus kapal kapasitas sangat kecil. Kebutuhan untuk permukaan pendinginan besar dan untuk kecepatan tinggi media pendingin dan isi nitrator melewati permukaan menentukan penggunaan tabung pendingin.
Mungkin jenis yang paling umum dari sistem mengagitasi digunakan dalam nitrators terdiri dari poros vertikal dengan satu atau lebih baling-baling dipasang di atasnya. Ini poros baling-baling dipasang di pusat berbentuk silinder dari satu atau lebih bank koil pendingin. Sebuah lengan silinder yang sebenarnya di kadang-kadang dipasang di tengah kumparan bank untuk memastikan sirkulasi isi nitrator adalah sebuah diinginkan. Ketika pakan reaktan untuk nitrator adalah dari atas ke tengah lengan pengaduk, sirkulasi oleh baling-baling biasanya turun melalui pusat dan sekitar dan naik melalui kumparan pendingin. Ketika pakan adalah di bawah tingkat cairan, di bagian bawah lengan, dan asam siklus digunakan, sirkulasi mungkin atas melalui lengan dan sekitar dan turun melalui tepi kumparan. Perpindahan panas yang baik pencampuran dan efisien diperoleh dengan ini Ketika asam siklus tidak digunakan "pengaturan lengan-dan-baling.", Sirkulasi turun melalui lengan sehingga umpan hidrokarbon ke dalam lengan dekat bagian bawah dengan cepat tersebar dalam asam campuran dan segera melewati kumparan pendingin.
3.         Nitrasi kontinyu
Yang terkenal awal aplikasi prosedur kontinyu untuk nitrasi dari alkohol polihidrat seperti gliserin dan hidrokarbon seperti benzena dibuat di Eropa. Metode yang digunakan untuk produksi kontinyu yaitu produk yang likuid, dan karenanya dapat dipisahkan dari cairan bercampur lain seperti menghabiskan asam penitrasi dengan decanting prosedur, serta nitrations yang cepat dan tidak oleh karena itu memerlukan waktu lama reaksi-tunjangan, yang pertama dikembangkan. Kemudian, peralatan untuk proses yang lebih kompleks telah bekerja. Saat itu aman untuk menganggap bahwa nitrations kebanyakan bisa ditangani oleh prosedur kontinyu.
Reaksi nitrasi yang sebenarnya dalam suatu proses kontinyu yang dilakukan dalam jenis yang sama seperti yang digunakan untuk nitrations batch, dengan pengecualian bahwa pipa overflow pengaturan penahan  disediakan untuk operasi kontinyu ditunjukkan pada Gambar. 4-9 dan 4-10. Gambar 4-9 menunjukkan jenis nitrator dirancang untuk sistem Schmid-Meissner Jerman. Dalam alat ini bahan yang akan nitrasi dimasukkan ke bagian atas nitrator dan segera ditarik ke bawah melalui lengan dan intim dan dicampur dengan asam dihabiskan dan bahan bereaksi. Di bagian bawah nitrator, asam campuran segar makan dan immediatelymixed dengan reaktan lain dengan cara laju aliran tinggi diinduksi oleh pengaduk dan baffle disediakan. Bahan bereaksi kemudian lulus ke atas dengan kecepatan tinggi melalui tabung yang dikelilingi oleh air garam didinginkan beredar di jaket. Produk dan asam menghabiskan ditarik terus menerus dari nitrator melalui saluran meluap.
Keselamatan tindakan yang harus hadir dalam operasi nitrasi serupa untuk proses baik terus menerus dan batch. Hal ini umum untuk menyediakan otomatis menghentikan pakan dari bahan yang akan nitrasi dalam hal kenaikan temperatur yang tidak semestinya di nitrator tersebut, kegagalan sirkulasi pendingin atau air garam, atau kegagalan agitasi. Hal ini umum untuk mensyaratkan bahwa pengamatan terus-menerus suhu nitrator dipertahankan, pakan dari reaktan kemudian dapat dengan mudah dikendalikan oleh katup "mati-aman" yang dapat tetap terbuka hanya dengan tekanan manual. Solenoid-kontrol operasi yang "gagal-aman" juga sering digunakan. Ungkapan "gagal-aman" pada umumnya berarti bahwa operasi dapat dilakukan hanya bila semua layanan yang diperlukan seperti listrik, pendingin, atau agitasi yang berfungsi. Misalnya, dalam peralatan yang dirancang oleh Biazzi untuk nitrasi gliserin, gliserin lengan-pakan dapat diselenggarakan di tempat, turun atas pembukaan nitrator-pakan, hanya oleh aparat solenoid energi. Kegagalan daya listrik kemudian menyebabkan kumparan solenoid akan deenergized, dan ketika hal ini terjadi perubahan pakan lengan keluar dari tempat dan pakan gliserin terputus secara otomatis.


4.         Campuran Untuk Nitrasi Asam
Untuk memahami operasi dari pabrik nitrasi dengan lengkap, perlu untuk memahami sesuatu dari pengolahan asam campuran biasanya digunakan, termasuk, penyesuaian persiapan untuk kebutuhan nitrasi ini, penanganan menghabiskan asam, dan pembuangan limbah pulih dari itu. Gambar berikut menunjukkan aliran asam dalam operasi asam yang khas. Komposisi yang ditunjukkan adalah mereka untuk asam campuran yang digunakan untuk memproduksi trinitrate gliseril. Ekonomi operasi asam adalah sangat penting dalam biaya semua operasi dari proses nitrasi.
5.         Pengolahan asam
Materi yang memasuki asam pengolahan 65 persen oleum dari kontak-proses tanaman sulfat, 50-60 persen HNO3 dari pabrik ammonia-oksidasi, dan menghabiskan asam dari operasi nitrasi. Pengolahan menghasilkan asam campuran nitrogliserin, terkonsentrasi HNO3, dan 93 persen H2SO4. Biasanya 93 persen H2SO4 dihasilkan harus dibuang oleh penjualan ke produsen pupuk, untuk asam pengguna teknis untuk tujuan seperti asam logam atau, kadang-kadang, untuk produsen asam sulfat digunakan dalam sistem penyerapan kontak-proses. Uraian singkat berikut akan berfungsi untuk memberikan alasan untuk berbagai langkah yang ditunjukkan dalam diagram Gambar. 4-11. Oleum 65 persen disimpan dalam sebuah bangunan dipanaskan pada saat diterima oleh mobil tangki karena memiliki titik beku sekitar 41oF (5oC) dan readly membeku selama cuaca dingin. Untuk menghindari gangguan ini pembekuan, oleum kuat diencerkan dengan larutan yang disebut 40 persen oleum dan antibeku, dengan komposisi nominal sekitar 103 persen H2SO4, 6 persen HNO3 (dengan analisis volumetrik), yang solusi tetap cair baik melenguh 0oF9-18oC). Ini oleum 40 persen digunakan pertama untuk campuran dengan 97 persen HNO3 untuk membuat asam semimix untuk membuat penyesuaian akhir semimix tersebut, setelah analisis, dengan asam campuran yang diinginkan siap untuk digunakan dalam nitrations. 97 persen HNO3 dibuat dalam konsentrator makan dengan asam konsentrator campuran yang terbuat dari lemah, (55-60 persen) HNO3, 93 persen H2SO4, dan menghabiskan penitrasi asam dengan komposisi sekitar 35 persen H2SO4, 23 persen HNO3 . Asam campuran diumpankan ke operasi denitrating dan berkonsentrasi.
Dalam proses ini langkah pertama melibatkan makan asam encer ke puncak menara dikemas. Sebagai asam menetes turun melalui menara, dipanaskan oleh uap naik dari bawah. Ada cukup H2SO4 hadir untuk menahan air, dan HNO3 yang kuat bersama dengan oksida nitrogen volatilized dan lulus dari atas menara untuk pemutihan dan pembuluh penyerapan dimana oksida punya waktu untuk teroksidasi oleh udara mengakui dan bentuk encer HNO3 para HNO3. kuat yang dihasilkan oleh kondensasi uap awal dari menara akan dihapus pada operasi pemutihan. The HNO3 encer dihasilkan dalam sistem penyerapan diumpankan kembali ke menara denitrating. Produk lain dari operasi ini denitrating dan berkonsentrasi adalah asam sulfat encer, diambil dari bagian bawah menara denitrating sekitar 70 persen kekuatan. The H2SO4 encer ini kemudian dipekatkan dengan kekuatan 66oBe dalam bahan bakar-bakar minyak Drum konsentrator.

Pemutih dan penyerapan menara biasanya terbuat dari bahan keramik. Kecenderungan saat ini adalah untuk menggantikan menara penyerapan keramik yang single-pass menara logam, yang melibatkan beban pemeliharaan jauh lebih sedikit.



0 comments:

PopAds.net - The Best Popunder Adnetwork

Popular Posts - Last 30 days

 

Dapatkan Hosting dengan Diskon Hingga 20%


Selesaikan misinya dan dapatkan hingga ratusan dolar per hari


Download Aplikasinya dan Dapatkan Promo Menarik


Get paid to share your links!
Support : Chemical Engineering | Himatemia Unimal 2014/2015 | Teknik Kimia
Copyright © 2018. Berkah Mencari Ilmu - All Rights Reserved
Contact us +6281288573161
Published by Mhd Haris lazuar Saragih Saragih | Linda Ratna Sari
Proudly powered by Berkah mencari Ilmu