BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Termokimia
Termokimia adalah ilmu kimia yang mempelajari
perubahan energy panas (kalor) yang menyertai reaksi kimia. Dalam mempelajari
termokimia dikenal istilah sistem dan lingkungan. Sistem adalah zat atau bagian
alam semesta yang menjadi objek penelitian, sedangkan lingkungan adalah bagian
alam semesta yang membatasi sistem atau daerah yang berada di luar sistem.
Ada tiga jenis sistem yang berhubungan dengan pertukaran energi, antara lain:
Ada tiga jenis sistem yang berhubungan dengan pertukaran energi, antara lain:
1. Sistem terbuka
Pada sistem terbuka
terjadi pertukaran energi dan materi dengan lingkungan, atau sistem yang dapat
dilewti energi atau zat. Misalnya air panas dalam panci yang tidak ditutup akan
menguap sambil mengeluarkan panas ke lingkungan.
2. Sistem tertutup
Pada sistem tertutup
terjadi pertukaran energi tetapi tidak terjadi pertukaran materi dengan lingkungan.
Misalnya air panas di dalam gelas yang tertutup.
3. Sistem terisolir atau tersekat
Pada sistem
terisolir tidak terjadi pertukaran energi atau materi dengan lingkungannya.
Dengan kata lain suatu sistem yang tidak dapat ditembuskan atau dilewatkan
energi panas atau zat. Misalnya air panas dalam termos (Priyo Kuncoro,2008). Sukardjo 1984,
mengatakan bahwa termokimia adalah bagian dari
termodinamika yang mempelajari perubahan–perubahan panas yang meliputi
reaksi-reaksi kimia. Banyak panas yang timbul atau diperlukanpada reaksi kimia
disebut panas reaksi. Pada volume tetap sama dengan perubahan energi dalamnya.
Besarnya panas reaksi tergantung pada jenis reaksi, keadaan fase zat-zat dalam
reaksi, jumlah zat yang bereaksi, dan suhu reaksi (Team jurusan Teknik Kimia, 2012).
2.2 Reaksi Eksoterm dan Endoterm
Berdasarkan arah perpindahan kalor,
reaksi dibedakan menjadi reaksi eksoterm dan reaksi endoterm.
1. Reaksi
eksoterm
Reaksi eksoterm
adalah reaksi kimia yang melepaskan atau membebaskan panas (kalor) dan terjadi
perpindahan panas dari sistem ke lingkungan. Jadi pada reaksi eksoterm sistem
membebaskan energi. Pada reaksi ini entalpi zat hasil reaksi (H produk) lebih
kecil dari pada entalpi pereaksi (H reaktan). Oleh karena itu, perubahan
entalpinya bertanda negatif. Hal ini dapat diamati dari naiknya suhu
lingkungan.
2. Reaksi
endoterm
Reaksi
endoterm adalah reaksi yang menyerap panas (kalor) dan terjadi perpindahan
panas dari lingkungan ke sistem. Pada reaksi ini entalpi zat hasil (H produk)
lebih besar dari pada entalpi pereaksi (H reaktan). Oleh karena itu perubahan
entalpi bertanda positif. Hal ini dapat diamati dari turunnya suhu lingkungan.
2.3 Panas Reaksi
Panas
reaksi dapat dinyatakan sebagai perubahan energy produk dan reaktan pada volume
konstan (∆E) atau pada tekanan konstan (∆H).
Reaktan (T) →
Produk (T)
∆E
= E(produk) – E(reaktan) ..….………… (2.1)
Pada temperatur
konstan dan volume konstan.
∆H =
H(produk) – H(reaktan) ..….………… (2.2)
Jika
∆E dan ∆H positif, reaksi dikatakan endoterm dan jika ∆E dan ∆H negatif, reaksi
dikatakan endoterm.
2.4 Kapasitas
Panas
Kapasitas panas adalah banyaknya
panas yang diperlukan untuk menaikkan suhu suatu zat sebanyak 1OC
(atau 1OK). Banyaknya panas
yang dibutuhkan akan bergantung pada cara panas itu diserap atau dilepaskan.
Panas dapat diserap dalam keadaan volume tetap atau dalam keadaan tekanan
tetap. Kapasitas panas pada volume tetap Cv dapat dinyatakan sebagai berikut:
Cv
= ...….………………
(2.3)
2.5 Energi
Ikatan
Energi ikatan adalah jumlah energi
yang dibutuhhkan atau yang timbul untuk memutuskan atau menggabungkan suatu
ikatan kimia tertentu. Pada reaksi eksoterm besarnya energi yang timbul dari
penggabungan ikatan lebih besar dari pada energi yang diperlukan untuk
memutuskan ikatan.
2.6 Perubahan
Entalpi
Perubahan entalpi adalah perubahan
panas dari reaksi pada suhu dan tekanan yang tetap, yaitu selisih antara
entalpi zat-zat hasil dikurangi entalpi zat-zat reaktan.
∆H = Hh–Hr ……..….………….
(2.4)
Keterangan:
∆H = perubahan
entalpi
Hh = entalpi
hasil reaktan
Hr = entalpi zat
reaktan
Perubahan entalpi yang mengikuti
perubahan fisik atau kimia dapat diukur dengan kalorimeter. Pengukuran itu
dilakukan dengan memantau perubahan temperatur yang mengikuti proses yang
terjadi pada tekanan tetap. Salah satu cara untuk melakukan ini pada reaksi
pembakaran adalah denngan menggunakan kapasitas kalor sebagai faktor konversi.
Cara lain untuk mengukur ∆H adalah dengan
mengukur perubahan energi dalam dengan kalorimeter bom, kemudian mengubah ∆U
menjadi ∆H. Karena padatan dan cairan mempunyai volume moralitas yang kecil,
maka PV menjadi sangat kecil. Nilai ∆H dan ∆U hampir sama untuk reaksi yang
tidak melibatkan gas. Salah satu cara untuk melakukan ini pada reaksi
pembakaran adalah denngan menggunakan kapasitas kalor sebagai faktor konversi.
2.7
Hukum
Hess
Bunyi hukum Hess adalah “Kalor
reaksi dari suatu reaksi tidak bergantung apakah reaksi tersebut berlangsung
satu tahap atau beberapa tahap”. Di mana panas reaksi ditambahkan atau dikurangi secara aljabar, disebut hukum
Hess mengenai penjumlahan panas konstan. Dasar dari hukum ini adalah entalpi
internal adalah suatu besaran yang tidak bergantung pada jalan reaksinya.
Setiap reaksi memiliki ∆H yang tetap dan tidak bergantung pada jalan reaksi
atau tahap reaksi, ∆H dari beberapa reaksi dapat dijumlahkan sesuai dengan
penjumlahan reaksi-reaksinya.
2.8 Panas
Pembakaran
Panas pembakaran adalah panas reaksi
di mana mol zat dioksidasi secara sempurna. Jika senyawa berisi C, H, O, dan N.
Produk teroksidasi adalah CO2, H2O, N2, dan
persamaannya dapat diseimbangkan untuk senyawa yang mengandung halogen, sulfur,
fosfor, dan lain-lain.
2.9 Definisi
Termodinamika
Termodinamika adalah kajian tentang kalor
(panas) yang berpindah. Termodinamika juga merupakan cabang ilmu pengetahuan
yang mempelajari hubungan antara panas dan bentuk energi lain (kerja).
1. Kerja
Kerja
adalah hasil kali antara gaya dan jarak. Kerja dapat berupa kerja mekanik
seperti pada pengembangan gas, dapat pula berupa kerja elektrik, kerja magnetik,
dan bentuk-bentuk kerja yang lain.
2. Panas
Panas
merupakan yang ditransformasikan sebagai akibat adanya perbedaan suhu. Energi
panas selalu berpindah dari sistem panas ke sistem dingin.
Panas merupakan faktor ekstensif yang artinya tergantung pada jumlah zat. Suhu
adalah faktor intensif dan besarnya tidak tergantung pada jumlah zat. Dalam
termodinamika kami akan banyak membahas tentang sistem dan lingkungan. Kumpulan
benda-benda yang sedang ditinjau disebut sistem, sedangkan yang berada di
sekeliling (diluar) sistem disebut lingkungan.
2.10 Usaha Luar
Usaha luar dilakukan oleh si\stem,jika
kalor ditambahkan (dipanaskan) atau kalor dikurangi (didinginkan) terhadap sistem.
Jika kalor diterapkan kepada gas yang menyebabkan perubahan volume gas, usaha
luar akan dilakukan oleh gas tersebut. Usaha yang dilakukan oleh gas ketika
volume berubah dari volume awal V1 menjadi volume akhir V2
pada tekanan P konstan dinyatakan sebagai hasil kali tekanan dengan perubahan
volume.
W = P∆V =
P(V2-V1) ..……..….…..…….
(2.5)
Secara umum, usaha dapat dinyatakan
sebagai integral tekanan terhadap perubahan volume yang ditulis sebagai:
W = .……..….………….
(2.6)
Tekanan dan volume dapat diperoleh
dalam grafik P-V. jika perubahan tekanan dan volume gas dinyatakan dalam bentuk
grafik P-V, usaha yang dilakukan gas merupakan luas daerah dibawah grafik P-V.
Hal ini sesuai dengan operasi integral yang ekivalen dengan luas daerah dibawah
grafik.
Gas dikatakan melakukan usaha
apabila volume gas bertambah besar (mengembang) dan V2>V1. Sebaliknya gas
dikatakan menerima usaha (atau usaha dilakukan terhadap gas) apabila volume gas
mengecil V2<V1, dan usaha gas bernilai negative.
2.11 Energi Dalam
Suatu gas yang berada dalam suhu tertentu
dikatakan memeiliki energi dalam gas berkaitan dengan suhu gas tersebut dan
merupakan sifat mikroskopik gas tersebut. Meskipun gas tidak memiliki dan
melakukan apapun atau menerima usaha, gas tersebut dapat memiliki energi yang
tidak tampak lagi tetapi terkandung dalam gas tersebut yang hanya dapat
ditinjau secara mikroskopik.
Berdasarkan teori kinetika gas, gas
terdiri atas partikel-partikel yang berada dalam keadaan gerak yang acak.
Gerakan partikel ini disebabkan energi kinetik rata-rata dari seluruh partikel
yang bergerak. Energi kinetik ini berkaitan dengan suhu mutlak gas. Jadi energi
dalam dapat ditinjau sebagai jumlah keseluruhan energi kinetik dan potensial
yang terkandung dan memiliki oleh partikel-partikel didalam gas tersebut dalam
skala mikroskopik. Dan energi dalam gas sebanding dengan suhu mutlak gas. Oleh
karena itu, perubahan suhu gas akan menyebabkan perubahan energi dalam gas. Secara
matematis perubahan energi dalam gas dinyatakan sebagai:
Untuk gas
monoatomik
∆U
= ……..….………….
(2.7)
Untuk gas
diatomik
∆U
= ……..….………….
(2.8)
Di mana ∆U
adalah perubahan energi dalam gas, n adalah jumlah mol gas, R adalah konstanta
umum (R = 8,31 J/mol K), dan ∆T adalah perubahan suhu gas.
2.12 Sistem
Termodinamika
Sistem termodinamika adalah bagian
dari alam semesta yang kita tinjau. Sistem biasanya merupakan benda, tetapi
tidak selalu mempunyai volume yang konstan. Sebagai contoh, ruang kosong
didalam suatu bejana dapat dikatakan sebagai suatu sistem, atau bejana ini
sendiri berikut ruang kosongnya. Bila bejana berisi sebagian dengan air
dan sebagian uap air maka sistem dapat
dipilih air + uapnya. Untuk menghindari kekacauan, sistem tersebut dibatasi
oleh batas yang memisahkannya dengan bagian lain yang disebut lingkungan. Batas
dapat riil atau imajiner dan dapat pula bergerak, seperti apa yang terjadi bila
gas dikompresi.
2.13 Proses
Reversible dan Irreversible
Keadaan dari fluida kerja (liquid
vapor atau gas) dapat dinyatakan oleh suatu titik pada suatu diagram dengan
menggunakan dua sifat miliknya sebagai koordinat. Proses reversible dari suatu
sistem adalah suatu proses yang berlangsung sedemikian rupa dimana terjadi
sedikit sekali perubahan sifat dari sistem. Ini berarti bahwa system mengalami
suatu seri langkah yang kecil tak terhingga di mana pada setiap langkah selalu
berada dalam kesetimbangan.
Didalam praktek fluida yang
mengalami proses perubahan tidak dapat berlangsung sacara kesetimbangan. Proses
ini dikatakan proses irreversible ditunjukan oleh garis putus-putus. Garis
putus-putus ini menunjukan adanya tekanan antara.
Definisi yang tepat dari proses reversible
adalah sebagai berikut bila suatu fluida mengalami suatu proses reversible maka
baik fluida maupun lingkungannya dapat selalu dikembalikan ke keadaan awal.
Kriteria untuk memperoleh keadaan
reversible adalah sebagai berikut:
1. Proses
perubahan harus tanpa gesekan. Fluidanya sendiri tidak mempunyai friksi
internal dan tidak ada fraksi mekanis lainnya.
2. Perbedaan
tekanan antara fluida dan lingkungan selama yang proses berlangsung harus kecil
tak terhingga. Hal ini berarti bahwa proses yang berlangsung lambat sekali,
sehingga gaya untuk menggerakkan batas sistem kecil tak berhingga.
3. Perbedaan
temperatur antara fluida dan lingkungan selama proses berlangsung kecil tak
berhingga. Hal ini berarti panas yang diterima dan yang dibuang dari fluida
harus pindahkan secara lambat sekali.
Dengan kriteria di atas dapat
dijelaskan bahwa tidak ada proses alamiah dapat tergolong sebagai suatu proses
reversible. Tetapi beberapa proses mendekati proses reversible seperti pada
proses ‘rotary machinery’ pada turbin
merupakan proses irreversible tingginya tingkat turbulensi (Yusuf Mu’min, 1985).
2.14 Hukum I Termodinamika
Jika kalor diberikan
kepada sistem, volume dan suhu sistem akan bertambah (sistem akan terlihat
mengembang dan bertambah panas) sebaliknya jika kalor diambil dari sistem,
volume dan suhu sistem akan berkurang (sistem dapat mengerut dan terasa lebih
dingin).
Prinsip ini
merupakan hukum alam yang penting dan salah satu bentuk dari hukum kekekalan
energi.
Sistem yang mengalami perubahan
volume akan melakukan usaha dan system yang mengalami perubahan suhu akan
mengalami perubahan energi dalam. Jadi, kalor yang diberikan pada sistem akan
menyebabkan sistem melakukan usaha dan melakukan atau
mengalami perubahan energi dalam. Prinsip ini dikenal sebagai hokum
kekekalan energi dalam termodinamika atau disebut hukum I termodinamika,
ditulis sebagai:
Q
= W + ∆U ……..….………….
(2.9)
Di mana Q adalah
kalor, W adalah usaha, ∆U adalah perubahan energi dalam. Secara sederhana,
hukum I termodinamika dapat dinyatakan sebagai berikut “Jika suatu benda,
misalnya kerupuk dipanaskan atau digoreng yang berarti diberi kalor Q, benda
(kerupuk) akan mengembang atau bertambah panas yang berarti mengalami perubahan
energi dalam”.
2.15 Proses
Isotermik
Suatu sistem dapat mengalami proses
termodinamika di mana terjadi perubahan-perubahan di dalam sistem tersebut.
Jika proses yang terjadi berlangsung dalam suhu konstan, proses ini dinamakan
proses isotermik. Karena berlangsung dalam suhu tetap, tidak terjadi perubahan
energi dalam, dan berdasarkan hukum I termodinamika kalor yang diberikan sama
dengan usaha yang dilakukan sistem
Proses isotermik
dapat digambarkan dalam grafik P-V. Usaha yang dilakukan sistem dan kalor dapat
dinyatakan sebagai :
Q
= W = ln ……..….…………. (2.10)
Di mana V2 dan V1 adalah volume akhir dan
awal gas.
2.16 Proses Isokhorik
Jika gas melakukan proses
termodinamika dalam volume yang konstan, gas dikatakan melakukan proses isokhorik. Karena gas berada dalam
volume konstan (∆V = 0), gas tidak melakukan usaha (W = 0) dan kalor yang diberi
sama dengan perubahan energi dalamnya. Kalor disini dapat dinyatakan sebagai
kalor gas pada volume konstan.
QU
= ∆U ……..….………….
(2.11)
2.17 Proses
Isobarik
Jika gas melakukan proses
termodinamika dengan menjaga tekanan tetap konstan, gas dikatakan melakukan
proses isobarik. Karena gas berada dalam tekanan yang konstan, gas melakukan
usaha. Kalor di sini dapat dinyatakan sebagai kalor gas pada tekanan konstan.
Berdasarkan hukum I termodinamika, pada proses isobarik berlaku:
QP
= W +∆U ……..….………….
(2.12)
Sebelumnya telah dituliskan bahwa
perubahan energi dalam sama dengan kalor yang diserap gas pada volume konstan.
QV
= ∆U ……..….………….
(2.13)
Dari sini usaha
dapat dinyatakan :
W
= QP – QV ……..….………….
(2.14)
Jadi usaha yang
dilakukan oleh gas (W) dapat dinyatakan sebagai selisih energi (kalor) yang
diserap gas pada tekanan konstan dengan energi yang diserap gas pada.
2.18 Proses
Adiabatik
Dalam proses adiabatik tidak ada
kalor yang masuk (diserap) ataupun keluar (dilepaskan) oleh sistem. Dengan
demikian, usaha yang dilakukan gas sama denngan perubahan energi dalamnya. Jika
suatu sistem berisi gas yang mula-mula mempunyai tekanan dan volume
masing-masing P1 dan V1 mengalami proses adiabatik
sehingga tekanan dan volume gas berubah menjadi P2 dan V2, usaha yang dilakukan gas
dapat dinyatakan sebagai:
W = -) ……..….………….
(2.15)
Di mana adalah konstanta yang diperoleh perbandingan
kapasitas kalor molar gas pada tekanan dan volume konstan dan mempunyai nilai
yang lebih besar dari 1(.
Proses adiabatik dapat digambarkan dalam grafik P-V pada proses isotermik, namun
dengan kelengkapan yang lebih curam (Dogra, S. 1990).
2.19
Hukum II Termodinamika
Hukum II termodinamika
terbagi menjadi proses spontan dan tak spontan.
Proses spontan adalah proses yang dapat berlangsung dengan sendirinya
dan tidak dapat balik tanpa pengaruh dari luar .
Manfaat Proses Spontan:
1. Energi panas dapat menggerakkan mesin panas.
2. Ekspansi gas dapat menggerakkan piston (motor bakar).
3. Air terjun untuk menggerakkan turbin listrik.
Proses tak spontan
adalah proses yang tidak dapat berlangsung tanpa pengaruh dari luar. Contohnya
adalah panas tak dapat mengalir dari suhu rendah ke suhu tinggi tanpa pengaruh
dari luar.
CC
2.20 Entropi
Selain perubahan
entalpi, perubahan kimia maupun fisika melibatkan perubahan dalam relatif dari
atom-atom, molekul-molekul ataupun ion-ion. Ketidakteraturan suatu sistem
disebut entropi. Contoh hukum II
termodinamika:
1. Gas yang diwadahi dalam suatu labu 1L memiliki entropi
lebih besar daripada gas dengan kuantitas yang sama ditempatkan dalam labu 10
ml.
2. Natrium Klorida dalam bentuk ion-ion gas mempunyai
entropi lebih tinggi daripada bentuk kristal padat.
3. Air (cair) pada suhu 0oC mempunyai entropi
lebih tinggi dari pada es dengan temperatur yang sama
(Sukarjo. 1984)
BAB III
METODELOGI PRAKTIKUM
3.1 Alat
dan Bahan
3.1.1 Alat – alat:
1.
Tabung reaksi dan rak
secukupnya
2.
Termometer
3.
Sumbat karet
3.1.2 Bahan – bahan:
1.
Larutan HCl 0,1 N 2ml
2.
H2SO4
pekat 1 ml
3.
Aluminium Klorida 2
gram
4.
Logam Zn
3.2. Cara
kerja
1. Reaksi
Penguraian
Diisi
2 tabung reaksi dengan 2 ml air suling, kemudian diukur suhunya dengan
termometer yang dicelupkan. Setelah mengangkat termometer pada tabung pertama,
di masukkan 2 gr NH4Cl dan dicatat suhunya. Pada tabung kedua diteteskan
larutan H2SO4 pekat 1 ml melalui dinding tabung dan
dicatat suhunya.
2. Reaksi
pada Ruangan Tertutup dan Terbuka
Diisi
dua tabung reaksi dengan HCl 0,1 N sebanyak 2 ml kemudian dimasukkan secuil
longam Zn. Tabung satu ditutup aluminium foil dan tabung kedua dibiarkan terbuka
. Setelah 5 menit dicatat suhu masing-masing larutan yang ada di dalam tabung
reaksi. Tabung mana yang suhunya lebih tinggi.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Tabel 4.1 Hasil Data Pengamatan Reaksi Penguraian
No
|
Tabung
|
Suhu awal
|
Suhu akhir
|
Reaksi
|
1.
|
2 ml
H2O + 1 gr NH4Cl
|
17 0C
|
24 0C
|
Eksoterm
|
2.
|
2 ml H2O + 2 ml H2SO4
|
47 0C
|
41 0C
|
Endoterm
|
Tabel 4.2 Hasil Data Pengamatan Reaksi Ruang Tertutup dan
Terbuka
No
|
Tabung
|
Suhu awal
|
Suhu
akhir
|
Reaksi
|
1.
|
2 ml HCl + secuil
logan Zn ( tabung
tertutup)
|
28 0C
|
28.5 0C
|
Eksoterm
|
2.
|
2 ml HCl + secuil
logan Zn (tabung terbuka)
|
27.5 0C
|
28 0C
|
Eksoterm
|
4.2 Pembahasan
Dari
hasil percobaan pada reaksi penguraian
didapat
bahwa
2 ml air suling ditambah 1 gram amonium klorida yang suhu awalnya 17 0 C dan
suhu akhirnya 240C yang mana
pada reaksi ini terjadi kenaikan suhu yang menandakan bahwa reaksi ini adala
reaksi eksoterm. Reaksi eksoterm adalah reaksi yang melapaskan panas (kalor)
dan terjadi perpindahan panas dari sistem kelingkungan. Reaksi yang terjadi
adalah:
NH4Cl + H2O → NH4OH
+ HCl ……..….………….
(4.1)
Dan
pada tabung selanjutnya 2 ml air suling ditambah asam sulfat pekat mealui
dinding tabung reaksi, pada bagian bawah tabung agak panas. Yang suhu awalnya
47 0 C dan suhu akhirnya 410 C. Berarti pada reaksi ini
terjadi reaksi endoterm. Di mana pada reaksi endoterm terjadi perpindahan panas dari lingkungan
kesistem. Reaksi yang terjadi adalah:
H2SO4 + H2O
→ HSO4 + H3O+ ……..….………….
(4.2)
Pada percobaan tabung tertutup dan
terbuka, pada tabung yang pertama yaitu tabung yang terbuka: larutan HCl 0.1 N
2 melalui ditambahkan secuil logam Zn .Lalu didiamkan selama lima menit. Suhu awalnya
adalah 27.5 0 C dan setelah 5 menit suhu diukur kembali suhunya yaitu 28 0C.
Dan pada reaksi ini terjadi reaksi eksoterm,
karena adanya perpindahan panas dari sistem ke lingkungan.
Reaksi yang terjadi adalah:
2 HCl +Zn → ZnCl2
+ H2 ……..….…………. (4.3)
Pada tabung yang tertutup: 2 ml HCl 0.1 N
dan ditambah secuil logam Zn lalu tertutup.didiamkan selama 5 menit yang suhu awalnya adalah 28 0C
,dan suhu akhirnya 28.5 0C dan reaksi ini merupakan reaksi eksoterm.
Dimana di sini terjadi pelepasan kalor dari sistem ke lingkungan. Reaksi
yang terjadi adalah :
HCl +Zn → ZnCl2 + H2 ……..….………….
(4.4)
Pada
system tertutup dan terbuka pengaruh temperature juga berdampak pada laju
reaksi, Zn yang dimasukkan kedalam larutan HCl kemudian ditutup dia akan lebih
mudah bereaksi dibandingkan dengan Zn yang dimasukkan dalam HCl yang terbuka,
karena kalau ditutup padas tidak keluar kelingkuangan sehingga mempercepat laju
reaksi.
BAB
V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah didapatkan,
maka disimpulkan bahwa :
1.
Penambahan NH4Cl
kedalam air suling mengalami reaksi eksoterm.
2.
Penambahan asam
sulfat ke dalam air
suling mengalami reaksi endoterm.
3.
Pada reaksi
endoterm perpindahan panas terjadi dari sistem ke lingkungan.
4.
Pada reaksi
eksoterm peerpindahan panas terjadi dari lingkungan ke
sistem.
5.
Pada tabung
tertutup dan terbuka akan menghasilkan suhu yang berbeda.
6.
Pada tabung
tertutup dan terbuka keduanya terjadi reaksi eksoterm.
5.2 Saran
Untuk praktikum selanjutnya alat-alat yang digunakan sebaiknya
disediakan. Seperti stopwatch dan
alat-alat yang lain yang digunakan agar praktikum berjalan lancar
0 comments:
Posting Komentar