Home » » Temulawak sebagai Bahan Herbal Potensial untuk Antivirus dan Imun Booster

Temulawak sebagai Bahan Herbal Potensial untuk Antivirus dan Imun Booster


https://www.semuanyaadasaja.blogspot.com
Temulawak (Curcuma xanthorriza) merupakan tanaman obat asli Indonesia sejenis temu-temuan yang banyak digunakan dalam industri obat sebagai bahan pembuatan jamu, obat herbal terstandar dan obat fitofarmaka.
Temulawak


Pada tahun 2004, pemerintah melalui Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) mencanangkan Gerakan Nasional Minum Temulawak sebagai minuman kesehatan. Gerakan ini didasarkan pada hasil survei yang menyebutkan bahwa temulawak memiliki khasiat dapat menyembuhkan 24 jenis penyakit. Temulawak merupakan salah satu dari 10 jenis tanaman obat yang paling banyak digunakan dalam ramuan jamu.


Komponen aktif dan Manfaat

Khasiat temulawak antara lain sebagai penambah nafsu makan, pereda nyeri lambung, obat sariawan, memperbanyak produksi Air Susu Ibu (ASI), mengobati gangguan saat haid dan nifas, serta membersihkan wajah dari bakteri penyebab jerawat. Selain memiliki khasiat sebagai obat, temulawak juga digunakan dalam produk pangan dan kosmetik. Dalam pengobatan modern, temulawak memiliki manfaat sebagai antihepatitis, antikarsinogenik, antimikroba, antioksidan, antihiperlipidemia, antiviral, antiinflamasi, dan detoksifikasi. 

Senyawa bioaktif utama yang berkontribusi terhadap manfaat temulawak adalah senyawa kurkumin, yang juga ditemui pada kunyit dan jahe dan temu-temuan lain. Senyawa ini memberikan karakter warna kuning pada temulawak dan kunyit. Tepung temulawak mengandung kurkumin antara 3–6%, sedangkan ekstrak temulawak memiliki kadar kurkumin 30- 60%, sangat dipengaruhi oleh proses ekstraksi dan pelarut yang digunakan untuk mengekstrak. Komponen bioaktif lainnya dari temulawak adalah xanthorrizol, memiliki aktivitas terhadap bakteri dan fungi patogen. 

Xanthorrizol juga berfungsi untuk penyembuhan penyakit liver karena memiliki aktivitas hepatoprotektor dan mengurangi gejala hati mengandung banyak lemak.

Hasil uji in vitro terhadap kurkumin dari beberapa genus Curcuma termasuk temulawak menunjukkan aktivitas kuat sebagai senyawa antiviral terhadap virus penyebab hepatitis C (HVC). 

Kurkumin memberikan interaksi yang kuat antara kurkumin terhadap reseptor 4GAG, sebuah protein yang terlibat dalam infeksi virus hepatitis C, juga memiliki interaksi yang baik dengan reseptor protein lainnya, yang memainkan peran penting dalam replikasi HCV. 
Terkait penanganan Covid-19, penggunaan kurkumin baik secara tunggal maupun gabungannya bisa membantu dalam meningkatkan daya tahan tubuh sebagai imunomodulator. Hasil penelitian telah membuktikan bahwa ekstrak etanol temulawak mampu meningkatkan sistem imun dengan memicu proliferasi sel.


Kandungan Kimia Temulawak

Rimpang temulawak mengandung kurkuminoid, minyak atsiri, pati, protein, lemak, selulosa, dan mineral. Pati merupakan komponen terbesar dalam rimpang temulawak. Pati biasanya berwarna putih kekuningan karena mengandung kurkuminoid.

Kurkuminoid adalah zat pemberi warna kuning pada temulawak dan kunyit. Dalam temulawak terkandung:
  • 0,37% abu
  • 1,52% protein
  • 1,35% lemak
  • 0,80% serat
  • 79,96% karbohidrat
  • 15 ppm kurkumin
  • 11,45 ppm kalium
  • 6, 38 ppm natrium
  • 19,07 ppm kalsium
  • 12,72 ppm magnesium
  • 6,38 ppm zat besi
  • 0,82 ppm mangan
  • 0,02 ppm kadmium

*) Ppm (part per million) atau bagian per sejuta, merupakan satuan konsentrasi yang dinyatakan dalam mg/Kg.

Selain itu, ada tiga zat aktif yang terkandung dalam rimpang temulawak, yaitu:
  • Germakron, antiradang dan menghambat pembengkakan.
  • P-toluilmetillkarbinol dan seskuiterpen d-kamper, meningkatkan produksi dan empedu.
  • Tumeron, antimikroba.
 

Produk Temulawak

Penggunaan rimpang temulawak terbanyak pada produk minuman fungsional, sejenis jamu atau minuman herbal lain, yaitu dalam bentuk rimpang segar dan simplisia kering atau bentuk serbuk temulawak. Ekstrak dan serbuk temulawak juga banyak ditambahkan pada produk olahan pangan seperti susu dan minuman lain.
Minuman Temulawak


Senyawa kurkumin sebagai komponen bioaktif memiliki kelarutan yang rendah dalam air, sehingga aplikasinya dalam terapi menjadi terbatas. Kurkumin juga memiliki pH asam dan sifat fisiologis serta bioavaibilitas rendah. Salah satu upaya mengatasinya adalah dengan mengolah dalam bentuk emulsi diantaranya dengan pengecilan ukuran menjadi berukuran nano, dengan menambahkan surfaktan. 

Hasil penelitian BB Pascapanen menunjukkan, nanoemulsi ekstrak temulawak (5-10 % ekstrak temulawak) yang dihasilkan dengan proses emulsifkasi high energy (50–100 bar) memiliki karakteristik ukuran droplet emulsi 150–220 nm dengan aktivitas antioksidan IC50 900–1200 ppm. Hal ini menunjukkan bahwa nano emulsi ekstrak temulawak memiliki aktivitas antioksidan yang lebih baik daripada ekstrak temulawak pada konsentrasi yang disetarakan.

Bentuk nanoemulsi akan mengatasi kekurangan minuman fungsional selama ini, seperti terjadinya penggumpalan, pengendapan, pemisahan dan ketidakstabilan fisik yang lain.


Dosis dan Efek Samping

Beberapa produk suplemen kesehatan menyajikan kurkumin 150–250 mg dalam bentuk tepung temulawak. Dosis harian yang diizinkan untuk kurkumin dalam bentuk ekstrak adalah 500–2000 mg. WHO telah menetapkan ADI 
(Acceptable Daily Intake) untuk kurkumin sebesar 0-3 mg/ kg berat badan, dan FDA telah menyatakan keamanan kurkumin. Toleransi dan keamanan kurkumin telah ditunjukkan berdasarkan uji klinis, yaitu dosis antara 4000 dan 8000 mg/hari dan dosis hingga 12.000 mg/hari dengan konsentrasi 95% dari tiga kurkuminoid yaitu kurkumin, bisdemeoksikurkumin, dan desmetoksikurkumin.

Konsumsi kurkumin secara berlebihan dalam jangka waktu lama tidak dianjurkan karena mempertimbangkan beberapa efek samping. Kurkumin dapat berfungsi sebagai pengencer darah sehingga sangat tidak dianjurkan bagi orang yang akan melakukan tindakan pembedahan. Kemampuan kurkumin sebagai antidiabet akan memberikan efek penurunan gula darah secara drastis. Kurkumin dalam temulawak memiliki kemampuan menghambat absorpsi zat besi sehingga sebaiknya penderita defisiensi zat besi menghindari konsumsi temulawak.
https://www.semuanyaadasaja.blogspot.com

0 comments:

PopAds.net - The Best Popunder Adnetwork

Popular Posts - Last 30 days

 

Dapatkan Hosting dengan Diskon Hingga 20%


Selesaikan misinya dan dapatkan hingga ratusan dolar per hari


Download Aplikasinya dan Dapatkan Promo Menarik


Get paid to share your links!
Support : Chemical Engineering | Himatemia Unimal 2014/2015 | Teknik Kimia
Copyright © 2018. Berkah Mencari Ilmu - All Rights Reserved
Contact us +6281288573161
Published by Mhd Haris lazuar Saragih Saragih | Linda Ratna Sari
Proudly powered by Berkah mencari Ilmu